Mengapa para Nabi berasal dari Keluarga yang Sama?

Adakah dari kita yang bisa menjawab pertanyaan ini: “Mengapa para nabi berasal dari keluarga (‘ahlulbait’) yang sama?

Rupanya kawan yang bertanya itu baru selesai membaca Surat Ali-Imraan. Di antara hikmah yang bisa dipetik dari surat ketiga dalam Al-Quran itu, tetapi sekaligus termaktub pada banyak ayat lain dalam kitab suci itu adalah bahwa, ternyata semua tugas suci para nabi dilanjutkan secara turun menurun dalam sebuah keluarga.

Saya menduga, mungkin sekali hal itu berkaitan dengan bagaimana gen dan genetika bekerja yang banyak dipelajari ilmu kedokteran.

Oleh karenanya tidak aneh bila muncul pertanyaan, mengapa para nabi berasal dari ahlulbait yang sama, kakak-beradik, ayah ke anak dan bahkan hingga cucu?

Keluarga Nabi SAW ibarat perahu Nabi Nuh

Keluarga Imran (makanya disebut Aali Imran” (atau ahlil-bait Imran), misalnya, disebutkan turun-temurun dari Zakaria, Yahya, Maryam, Nabi Isa.

Lalu ada Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq. Kemudian Nabi Musa punya deputy Nabi Harun, adiknya. Lalu ada Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Semuanya anak-beranak atau figur yang berada dalam satu keluarga.

Apakah semuanya kebetulan saja. Bukankah mustahil Allah SWT ‘asal petik’ seorang figur menjadi Nabi, tetapi telah di-desain (dirancang) oleh-Nya, bahwa mereka harus “berasal dari sebuah keluarga tertentu.” Ini mengingatkan saya pada sebuah pernyataan kawan saya John, seorang Muslim dari AS yang pernah bilang, “Saya yakin bahwa tugas sesuci yang diemban seorang nabi harus diteruskan oleh orang-orang suci dari keluarganya sendiri, yang dipilih Allah.”

Sejalan dengan itu, ada hadis Nabi saw yang menyatakan, “Aku akan menjawab panggilan (kematian dari Tuhanku). Sungguh, aku tinggalkan pada kalian dua pusaka penting (tsaqalain): kitab Allah dan ahlulbaitku. Sungguh keduanya tidak akan berpisah sehingga datang menjumpaiku di telaga al-Haudh.

Hadis sahih dari Nabi Muhammad saw. ini diriwayatkan oleh lebih dari 30 sahabat dan dicatat oleh banyak ulama Sunni. Beberapa rujukan utama hadis tersebut, di antaranya:

  • Al-Hakim al-Naisaburi, al-Mustadrak `ala al-Sahihayn (Beirut), juz 3, hlm. 109-110, 148, dan 533). Dia menyatakan bahwa riwayat ini sahih berdasarkan kriteria al-Bukhari dan Muslim; al-Dzahabi membenarkan penilaiannya.
  • Muslim, Al-Sahih, (terjemahan Inggris), kitab 031, nomor 5920-3
  • Tirmidzi, Al-Sahih, juz 5, hlm. 621-2, nomor 3786 dan 3788; juz 2, hlm. 219 al-Nasa’i, Khasa’is’Ali ibn Abi Talib, hadis nomor 79
  • Ahmad b. Hanbal, Al-Musnad, juz 3, hlm. 14, 17, 26; juz 3, hlm. 26, 59; juz 4, hlm. 371; juz 5, hlm. 181-2, 189-190
  • Ibn al-‘Athir, Jami` al-‘usul, juz 1, hlm. 277
  • Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-nihayah, juz 5, hlm. 209. Dia mengutip al-Dzahabi dan menyatakan hadis ini sahih.
  • Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim, juz 6, hlm. 199
  • Nasir al-Din al-Albani, Silsilat al-Ahadith al-Sahiha (Kuwait: al-Dar al-Salafiyya), juz 4, hlm. 355-8. Dia menyusun banyak sanad yang dianggapnya dapat diandalkan.
  • Dan masih banyak lagi rujukan hadis ini yang tidak mungkin ditampilkan di sini.

Tetapi bukankah Nabi saw. mengatakan “Aku tinggalkan kitab Allah dan sunahku”?

Kata sebagian ulama, hal itu merupakan kesalahpahaman yang jamak. Faktanya, tidak ada dasar yang dapat diandalkan dari pernyataan itu yang dihubungkan pada Khutbah Terakhir Nabi saw. Riwayat itu sama sekali tidak ada dalam kitab sahih yang enam (kutub as-sittah).

Versi riwayat itu ada dalam Muwatta’ karya Malik, Sirat Rasul Allah Ibnu Hisyam, dan dalam Ta’rikh milik al-Thabari, semuanya terdapat sanad yang tidak lengkap dengan beberapa mata rantai sanad yang hilang.

Riwayat lain yang memiliki sanad lengkap (isnad) — yang jumlahnya sangat sedikit — semuanya terdapat periwayat yang disepakati tidak dapat dipercaya oleh ulama rijal Sunni terkemuka. Fakta luar biasa ini dapat dikonfirmasi oleh mereka yang tertarik dalam penelitian dengan merujuk kitab terkait.

Tentu saja, tidak ada yang mengatakan bahwa, sunah Nabi saw. tidak harus diikuti. Sebagaimana telah disebutkan, Nabi saw. meminta umat muslim untuk merujuk pada ahlulbaitnya sebagai sumber terpercaya, murni dan terjaga bagi sunah-sunahnya.

Ketika ditanya, lalu bagaimana dengan hadis yang menyebutkan untuk berpegang pada “Al-Quran dan sunnah” seperti yang dinukil di atas, kawan saya mengajukan pendapatnya, begini: Sebagian ulama percaya bahwa “dua pusaka peninggalan” Nabi Muhammad saw. adalah Quran dan ahlulbait (anggota keluarganya). Tetapi, berhubung ahlulbait adalah ‘sumber terpercaya sunah Nabi saw, maka hanya dengan menerima pengajaran dari kedua sumber tersebutlah, seorang muslim dapat mencapai petunjuk sejati.

Wallahua’lam.

Anies Baswedan & Presidential Election.

All’s fair in Indonesian presidential race.

Anies with Christmas Carrol participants, Jakarta, December 2019. (Anies disambut umat Kristiani).

Benarkah, Anies harus lebih ke “tengah”? Ada sinyalemen bahwa, jika ingin meningkatkan elektabilitasnya dalam pemilihan presiden tahun 2024 mendatang, maka Anies Baswedan harus “bergeser” ke tengah. Sebagai disiratkan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, Anies (yang pernah dituduh membiarkan dirinya dipakai oleh kelompok Islam tertentu untuk meraih kemenangannya dalam Pilkad DKI 2017 silam) agar bergeser lebih ke “tengah.” Tetapi banyak bukti menunjukkan bahwa sebenarnya Anies selalu berada di tengah: berbagai kegiatannya selama memimpin Jakarta memperlihatkan hal itu. Tulisan di The New Straits Times 4 September ini menjelaskannya.

The article has been published in The New Straits Times, Malaysia, 4 September 2022 under the title, “All’s fair in Indonesian presidential race. (click here).

Adi Prayitno, a political analyst and the Executive Director of Parameter Politik Indonesia, gave an interesting argument about the electability of Jakarta Governor Anies Baswedan for the 2024 presidential election.

He argued that Anies needs to shift more to the “middle” to improve his electability, seen fair and affective in the eyes of the citizens, as found in the Parameter’s surveys.

Over the years, Baswedan has been accused for using religious sentiments to win the 2017 Jakarta gubernatorial election, beating incumbent Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, who then was jailed for blasphemy.

He was also labelled as an “inflexible leader”, leaning to certain Islamic groups to hold his electability. Yet, no compelling proof have been found on that innuendo. Instead, after five years in office, Anies exhibited tolerance by supporting diverse religious events in Jakarta.

It should be noted that recently Anies invited Ahok to his daughter’s wedding, where Ahok sent a congratulatory wreath at the reception in Ancol on July 29.

Political polls show that Anies ranks highest among the top three potential candidates for the 2024 presidential election. Two others are two-time candidate and Gerindra party chairman (and Defense Minister) Prabowo Subianto, and Central Java Governor Ganjar Pranowo, from the ruling Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P).

Taking 1,200 respondents from 34 of Indonesia’s provinces, the Parameter survey found that 52.7 per cent picked a leader based on emotional or psychological connections, more than rational (30.1 per cent) or sociological (2.2 per cent). With the six simulations done, Ganjar, Prabowo, and Anies consistently topped the electability factor.

Based on the survey, Ganjar was presumed to be elected due to his performance as governor in Central Java (26.2 per cent), down-to-earth behaviour (24.4 per cent), and kindness (14.0 per cent). Prabowo was picked for his bravery and firmness (39.1 per cent); and Anies was picked based on his current leadership performance (42.9 per cent) and diligence (10.1 per cent).

Anies always strived to stay in the “middle” through his fairness and tolerance. He supported not only Islamic organisations, but also other religions’ activities through facilitations and funds.

To promote unity, Anies provided operational assistance funds for the houses of worship (known as BOTI), allocated in the city government grant budget. In 2022, Jakarta’s Regional Budget, 352 billion rupiahs were allocated for places of worship and religious institutions in the capital, showing an improved effort from the budgeted 140 billion rupiahs in 2021.

Anies’s government had collaborated with communities and citizens to hold Christmas celebrations in public spaces in 2019, and online in 2020 due to the pandemic. In 2021, the carols took place across the capital streets, involving 30 small and medium enterprises, as well as 30 performers from communities and residents.

Last year’s Christmas in Jakarta series took place from Dec 15, 2021, to Jan 1, 2022, in 15 locations, including Kota Tua, Hotel Indonesia’s Roundabout, Kendal Tunnel, Blok M MRT Station, and Semanggi’s interchange.

“I’ve been in Jakarta since childhood, but this is the first time I celebrate Christmas on the streets. Usually it’s only in our churches, at home or in hotels,” said one of the attendees in Kendal Tunnel, Menteng, Jakarta, on Dec 25, 2021.

In November 2019, Anies facilitated the first Deepavali Festival in Ancol, North Jakarta. In 2021, he even urged the capital’s enterprises to give Hindu workers a holiday to allow them to celebrate wholeheartedly.

Since his time in office, inter-community tolerance in the capital is strong. Credit to Anies for bringing a sense of equality and justice to all Jakarta citizens from all religious denominations.

Nevertheless, in a democratic contestation, choosing a leader invariably involves supporters, lovers, detractors, opponents, and haters.

Supporters and detractors are rational voters who base their decision on the measurable achievements of the candidate, whereas, lovers and haters measure through their limited perceptions and experiences, applying emotions as the foundation for their decision.

“This is one of the weaknesses in democracy and the cause for polarisation that cracks the nation’s unity,” said political analyst, Abdillah Toha in Kompas.com on August 1.

Anies has always been judged well by his proponents, yet his opponents tend to blame him for every fault that happens in the capital, like the accusation of relying on Islamic hardliners like Rizieq Shihab’s FPI, for his benefit.

Recalling the 2017’s Jakarta gubernatorial election between Ahok-Djarot Saiful Hidayat and Anies-Sandiaga Uno, Anies secured passage to the second run-off, having secured approximately 40 per cent of the vote on Feb 15, 2017, behind Ahok with 44 per cent, and well ahead of Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) with 16 per cent.

On April 19, 2017, Anies and Sandiaga won the run-off election, with approximately 58 per cent of the votes. Anies was sworn in as governor on Oct 16, 2017, replacing interim governor, Djarot Saiful Hidayat. It was found that Anies and Sandiaga won the second round due to the additional support from AHY’s supporters.

According to Abdillah, this showed that the hardliners’ support was not enough to lead Baswedan to win in the first round. Moreover, the hardliners were also not able to lead Prabowo to win during the 2019 presidential election, proving the limited power they carry in these contestations.

Therefore, Abdillah disagreed with the accusation that Anies is an opportunist and orchestrating support from Muslim hardliners.

“I rather believe that the support from the hardliners is from their own will, and not Anies’ effort to prohibit Ahok in becoming the governor. Had the hardliners supported Ahok and Djarot last 2017, would they reject it?”

Commenting further, Giora Eliraz from University of Washington was quoted as saying:

“Politicians, including in evolved, matured democracies, use political freedom to play on sensitive racial and religious sentiments for electoral interests. In this way, candidates worldwide inflame intolerance, xenophobia, and discrimination, particularly during election campaigns,” stated Eliraz.

Debat dengan Ateis ini Bagus Banget

Mahdi Hasan 2
Mehdi Hasan: debat yang menggemaskan tapi bermutu…

Debat di Oxford (Inggris) selalu menjadi perbincangan orang, khususnya di dunia akademik. Simak bagian debat (berdurasi 13 menit) di bawah ini, untuk menambah wawasan Anda:

 

 

Debat selengkapnya, dalam bahasa Inggris dapat disaksikan di situs Oxford Union ini (http://www.oxford-union.org/ ), atau bisa disimak per bagian melalui YouTube ini:

 

 

Anda juga tidak rugi jika menyaksikan video Fareed Zakaria di Harvard ini. Fareed adalah wartawan CNN, penulis ternama di AS. Dalam pesannya kepada alumnus Harvard (2013) ini, Fareed mencerahkan bukan saja para alumnus universitasnya, melainkan kepada kita semua di dunia. Pidato 18 menit ini sangat menyentuh dan ‘menyetrum’ yang menyimaknya:

 

Wasiat Terakhir Imam Ali – The Last Will of Ali

Setelah ditikam Ibnu Muljam saat solat di masjid Kufah (Irak) pada dini hari 19 Ramadhan 40 Hijriah , berikut di antara wasiat Khalifah Ali: “Perjuangkan kebenaran. Perangi para penindas, dan bantulah yang didzalimi. Jaga persatuan. (Bersatu kembali di atas perbedaan yang ada lebih berharga ketimbang semua solat dan semua jenis puasa –reconciliation of your differences is more worthy than all prayers and all fasting). Beri makan anak-anak yatim. Jaga hubungan baik dengan tetanggamu. Nabi saw berkali-kali mengingatkan soal tetangga, sehingga seolah-olah mereka itu berhak mendapatkan warisan.”

Dan seterusnya, silakan baca pesan-pesan wasiat beliau di bawah… Tentang saat-saat terakhir kehidupan Khalifah Ali silakan klik ‘Imam yang Syahid di Mihrab” ini.

Imam Ali‘s (AS) last will to his sons Imam Hasan (AS) and Imam Hussain (AS) after the attempt on his life by a stab from Ibn Muljam:

Honey Bee - Ali as
Jadilah seperti lebah madu: semua yang dimakannya bersih, segala yang dihasilkannya manis, dan ranting pohon yang didudukinya tidak patah. (Imam Ali as).

Wasiat terakhir Khalifah IV Ali bin Abithalib (as) kepada kedua putranya Hasan dan Husain setelah beliau ditikam (di Masjid Kufah) oleh Ibn Muljam:
  • Nasihatku untuk kalian, selalu ingatlah kepada Allah dan jaga agamamu sebaik-baiknya. Jangan mengejar dunia, dan jangan sampai tergoda olehnya. Jangan menyesali apa pun yang kau luput daripadanya (tidak memperolehnya). Perjuangkan kebenaran; dan beramal-lah untuk akhirat. Lawanlah para penindas (orang dzalim), dan bela mereka yang tertindas (terdzalimi).
  • Aku nasihatkan kepadamu, semua anak-anakku, keluargaku, dan siapa saja yang menerima pesan ini, ingat (bertakwa)-lah selalu kepada Allah; hilangkan semua perbedaan, dan jagalah selalu tali persatuan (ukhuwah). Aku pernah mendengar kakek kalian (Nabi saw) berkata: “Menyambungkan perbedaan (silaturahim) lebih tinggi nilainya daripada semua solat dan segala (jenis) puasa.”
Tulisan ini awalnya ditayangkan pada 7 Januari 2013.

Continue reading Wasiat Terakhir Imam Ali – The Last Will of Ali

Hart Kultuskan Nabi saw?

Birthofmuhammed
Lukisan tentang kelahiran Nabi Muhammad saw (image via Wikipedia)

Memasuki bulan Rabiul Awwal ini, baiklah kita unggah kembali beberapa tulisan yang berkaitan dengan Maulid Nabi SAW. Tulisan yang pernah ditayangkan di sini lima tahun lalu ini adalah satu di antaranya:

Tragedi WTC Dorong Islam Berkembang Pesat

SURABAYA, KOMPAS.com — Dosen Universitas Paramadina Jakarta, Syafiq Assegaf, menegaskan bahwa tragedi serangan menara kembar WTC di AS pada 11 September 2001 justru mendorong Islam berkembang pesat di seantero dunia.

Kompas.Com; Jumat, 17 Februari 2012 | 22:24 WIB

“Tragedi WTC justru membuat orang penasaran sehingga banyak orang yang mulai mencari Al Quran dan mempelajari Islam,” katanya dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar Yayasan At-Tathir di Graha Indrapura, Surabaya, Jumat.

Dalam acara yang juga dihadiri para habaib/ulama di Surabaya dan pembicara lain Dr Umar Shihab (Jakarta) itu, dia menjelaskan bahwa perkembangan pesat Islam itu terlihat di Amerika dan sejumlah negara di Eropa.

“Di Amerika sekarang, setiap tahun ada sekitar 20.000 orang yang masuk Islam, sedangkan di Eropa juga sama. Awalnya, mereka penasaran dengan Islam yang dikait-kaitkan dengan terorisme, tapi akhirnya justru tertarik dengan Islam,” katanya.

Continue reading Hart Kultuskan Nabi saw?

Ilmu di mata Imam Ali as

Sejak 14 abad silam hingga kini, tak ada yang dapat menggambarkan pentingnya pengetahuan (knowledge), mencari ilmu dan belajar dalam hidup ini lebih dari Nabi Muhammad (SAW). Sesudah beliau, tokoh utama yang piawai dalam mencerahkan kita adalah ‘pintu kota ilmu’ sang Nabi, yakni Khalifah Ali bin Abithalib (ra). Berikut adalah beberapa Kata Mutiara dari Imam Ali (as) yang praktis dan indah luar biasa:

Honesty - Ali as
Kejujuran adalah bahasa Langit (Imam Ali as).

 

 

 

 

 

 

 

 

  • The most complete gift of God is a life based on knowledge. [Pemberian paling sempurna dari Tuhan adalah kehidupan yang dilandasi (dengan) pengetahuan].
  • Knowledge gives life to the soul. [Pengetahuan memberikan (menyalakan) ‘hidup’ pada jiwa].
  • To respect the learned is to respect God. [Menghargai orang bijak (berilmu) berarti menghargai Tuhan].

Continue reading Ilmu di mata Imam Ali as

Lagu Cantik dari Desa Kecil Spanyol

Salah satu Manuscrip kuno Islam yg ditemukan di Spanyol
Salah satu manuskrip kuno Islam yang ditemukan di Spanyol

Di sebuah desa kecil di Spanyol, pada tahun 1884, sebuah rumah dibongkar. Di dalamnya ditemukan sebuah manuskrip kuno dari abad ke-17. Manuskrip itu ditulis dalam bahasa Aljamiado, bahasa Arab orang-orang Morisco yang hidup di Spanyol — yang kemudian terusir dari negeri di bagian selatan Eropa itu pada tahun-tahun antara 1600-an hingga 1700-an.

Diperkirakan antara tahun 1609 hingga 1614, sekitar 300 atau 400 ribuan kaum Muslim Morisco (sekitar 4 % penduduk Spanyol saat itu) diusir secara sistematis oleh para raja Spanyol. (Selengkapnya lihat catatan di sini).  Sebagian besar mereka yang terusir itu kemudian mukim di Afrika Utara (negara-negara Magribi, seperti Marokko, dan Tunisia). Mereka yang berhasil menghindari ekspulsi itu secara bertahap berhasil menyerap budaya lokal setempat. Prosekusi terhadap Morisco terakhir terjadi di Granada pada 1727. Pada akhir abad ke-18, identitas penduduk Muslim dan orang-orang Morisco dianggap sudah lenyap sama sekali dari Spanyol. Lihat juga video tentang potongan sejarah Islam, Orang-orang Moor, di Eropa (klik di sini).

Pemilik rumah Morisco tersebut rupanya menyembunyikan naskah kuno itu di salah satu bagian atap rumah, sebelum ia dipaksa pergi dari situ.

Inilah di antara yang tertera dalam manuskrip tadi:

  • Yaa Habibiy Yaa Muhammad [Wahai cintaku, Wahai Muhammad];
  • Wa solaatu ‘alaa Muhammad [Solawat/rakhmat) Tuhan bagi Muhammad];
  • Wa ‘alaa Aaali Muhammad [Dan bagi keluarga /Ahlul Bait Muhammad].
  • Gusti, Kirimkan rahmatmu kepada-nya (Muhammad)
  • Dan tambahkanlah cinta kami kepadanya.
  • Jadikan dan bina kami (agar) berada di antara umatnya;
  • Di bawah bendera Muhammad.
  • Kata-katamu akan selalu terdengar;
  • Doamu (pasti) akan didengar;
  • Mohon kabulkan salam damai kami (baginya).
  • Beginilah (ajaran) yang dilakukan Muhammad;
  • Allahumma solliy ‘alaa al-Mustafa (Solawat /berkah Tuhan selalu bagi ia ‘sang terpilih’);
  • Habiibina Muhammad, alaihi-s-salaam; (Cintaku Muhammad, salam selalu kepadanya);
  • Meski kami ini hanya hamba yang lemah,
  • (Tapi) Tuhan memiliki kekuatan atas segala sesuatu.

Manuskrip berupa puisi pujian kepada Nabi Muhammad saw itu kemudian dinyanyikan grup musik Sufi “Al-Firdaus”, dengan judul ‘Madha Morisco’ – Madah Orang Morisco. Mengambil seting pengambilan gambar di Andalusia (Spanyol bagian selatan), dengan menyuguhkan situs-situs yang menjadi warisan dunia (menurut UNESCO), Masjid Besar Cordoba, dan Istana Alhambra, video tersebut jadi sebuah tontotan yang sungguh mengasyikkan.

Pengusiran orang-orang Morisco
Dokumen lukisan pengusiran  orang-orang Morisco dari Spanyol

Sesudah menonton yang di atas, jangan lewatkan yang di bawah ini: sebuah video lagu cantik berisi solawat yang dipuji banyak orang. Video ‘Celtic Salawat‘ berikut dipublikasikan pada tahun 2015 lalu, dan dinyanyikan oleh Ali Keeler dan kawan-kawan:

3 dari 5 Darurat Wahhabi di Indonesia

Apa sih ISIS, apa itu Wahhabi? Mengapa Mesti Membahasnya?

Sebuah situs Islam-Institute, Jakarta, belum lama ini menulis sebuah artikel yang sangat menarik. Di antaranya dikatakan bahwa, adalah penting untuk menjelaskan mengenai apa itu Wahabi, ciri-ciri dan akar genealoginya. Penulisnya, Sekjen ISNU Pusat M Kholid Syeirazi menjawab secara ringkas dalam beberapa poin berikut ini (saya kutip tiga di antaranya).

Pertama, Kalau mau diruntut, akar ideologi Wahabiitu Ibn Taymiyyah. Dari Ibnu Taymiyyah, mengalir ke murid-muridnya generasi awal, tokohnya antara lain Ibnu Qayyim al-Jawziyyah. Selang generasi kemudian, muncul Muhammad ibn Abdul Wahhab. Orang ini, menurut Hamid Alghar,  bukan ulama besar, tapi ideolog yang bersekutu dengan penguasa suku Dariyah, namanya Ibn Saud. Dari aliansi ini, kelak terbentuk Arab Saudi. Pada fase-fase konsolidasi awal, sekitar 1920-an, aliansi ideolog dan kepala suku kasar ini telah membunuh hampir setengah juta muslim yang tidak sealiran.

Selang generasi kemudian, muncul ideolog-ideolog lain seperti Taqyuddin Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir di Palestina) dan muridnya Nashiruddin al-Albani. Albani ini bekas tukang servis jam, terus menulis kitab tentang silsilah hadis sahih dan dhaif. Kitab ini jadi pegangan Wahabi untuk menilai kriteria hadis yang bisa dipakai menurut madzhab mereka sendiri.

isis1
Pawai sejumlah orang dengan bendera hitam yang sangat mirip dengan bendera ISIS

isis2a
Apakah yang begini akan dibiarkan merusakkan keutuhan NKRI?

Banyak hadis yang selama ini dipakai NU di-dhaif-kan (dianggap lemah) atau maudhu’kan oleh Albani. Jadi kalau kita temukan buku, pamflet, majalah, narasi, dan tayangan yang mengutip hadis terus diembel-embeli dengan kata-kata disahihkan atau di-dhaifkan oleh Albani, itu ciri-ciri aliran Wahabi.

Baca juga: Kesesatan Nashiruddin Al-Albani.

Kalau di kalangan NU dikenal kutub sittah (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, dan Ibn Majah), mereka mengangkat imam hadis, namanya Albani. Hadis-hadis yang dinyatakan Sahih atau Hasan oleh keenam perawi hebat itu belum cukup, sebelum ditashih oleh Albani.

Baca juga: 

  • Kanker itu Bernama Wahhabi.
  • Anda tak Bisa Pahami ISIS, Bila Tidak Mengetahui Sejarah Wahhabisme: artikel menarik di Huffington Post.

Kedua, Pada generasi mutakhir, kerajaan Arab Saudi mengangkat ‘polisi fatwa’ untuk mengawasi ajaran Islam antara lain Bin Baz, dan kemudian digantikan Utsaimin. Hati-hati kalau beli kitab. Lihat cetakannya. Sekarang ini banyak kitab-kitab yang jadi rujukan NU diberi anotasi (di-tahqiq atau diberi syarah) oleh Wahabi. Riyadhus Salihin karya Imam Nawawi, misalnya, disyarah oleh Utsaimin. Banyak bagian yang tidak cocok (dengan mereka) ‘disortir’, kalau-pun dipertahankan ya diberi catatan-catatan jelek. Itulah cara-cara Wahabi untuk mendikite umat agar mengikuti mereka. Pinter sekali orang-orang Wahabi fait a comply orang untuk ikut ajaran mereka, sebab kalau tidak akan dituduh murtad, sesat dan bid’ah. Orang awam agama, daripada dianggap sesat, akhirnya nurut mereka.

Ketiga, Ada yang menyebut, Wahabisme adalah bentukan Inggris. Sebenarnya, Wahabisme pada awalnya bukan bentukan Inggris. Ia lahir tahun 1700-an (Muhammad ibn Abdul Wahab lahir tahun 1703).  Dalam perjalanan, Inggris mendekati Asia Barat Daya yang kaya minyak. Inggris perlu resources untuk menghadapi kekuatan lain yaitu Perancis, Jerman, Rusia, dan Turki. Pada 1865, seorang kolonel Inggris menemui Raja di Istana Saud di Riyadh, menawarkan uang dan bantuan. Deal yang lebih jelas diteken pada 1915.

Lebih jauh, kiranya pembaca dapat langsung menyimak tulisan aslinya di tautan (link) berikut ini: (klik di sini).

Baca juga:

  • Penyebaran Islam di Nusantara.
  • Teori Kedatangan Islam di Nusantara-1.
  • Strategi Dakwah Hadapi Salafi-Wahabi: Dari NU Online.
  • Sejarah Paham Wahabi (klik ini).
  • Kanker itu bernama Wahabi.
  • Media Arab Bercorak Wahabi dalam Fenomena ISIS (klik di sini).
  • Membendung Sektarianisme: Kolom Azyumardi Azra di Republika.

Kanker itu Bernama Wahhabi

Awas mazhab ini, awas aliran itu. Si anu sesat, si polan kafir.
Itulah di antara ancaman-ancaman yang belakangan sering muncul di Indonesia ini. Sumber ancaman dan pengkafiran itu biasanya datang dari sekelompok orang yang mengikuti paham Wahhabi (atau Salafi) Takfiri, sebagaimana kita saksikan dalam berbagai media massa atau pun media sosial yang kini makin ramai. Di bawah ini sedikit ringkasan paham Wahhabi, sebagaimana dimuat dalam situs ini .

Baca juga: Ternyata, Ada 8 Mazhab Islam

Apa dan bagaimana Wahhabi.

Ulama Saudi abad 19
Ulama Saudi abad 19

 

Pencetus pertamakali sebutan nama WAHHABI adalah seorang bernama Hempher, seorang mata-mata kolonial Inggris yang ikut secara aktif menyemai dan membidani kelahiran sekte WAHHABI.

Tujuannya: untuk menghancurkan kekuatan ajaran Islam dari dalam, dengan cara menyebarkan isu-isu kafir-musyrik dan bid’ah.

Dengan fakta ini maka terbongkarlah misteri SIKAP WAHHABI yang keras permusuhannya kepada kaum muslimin yang berbeda paham. Itulah sebabnya kenapa ajaran Wahhabi penuh kontradiksi di berbagai lini keilmuan, dan kontradiksi itu akan semakin jelas manakala dihadapkan dengan paham Ahlussunnah Waljama’ah (ASWAJA).

Baca berita di Merdeka.Com berikut: “Wahhabi Kotori Kesucian Mekah dan Madinah“.
Dan satu lagi: “Umat Islam Mesti Memboikot Haji dan Umrah.”

Walaupun begitu, ironisnya mereka tanpa risih mengaku-ngaku sebagai kaum ASWAJA. Atas klaim sebagai ASWAJA itu, lalu ada pertanyaan yang muncul, sejak kapan WAHHABI berubah jadi Ahlussunnah Waljama’ah? Wajar jika pertanyaan itu muncul, sebab bagaimanapun mereka memakai baju Ahlussunnah Waljama’ah, ciri khas ke-wahabiannya tetap kentara sekali. Selain dinamakan Wahhabi, pengikut sekte ini juga sering disebut dengan ‘Salafi‘, ‘Najdi‘ atau ‘Ahlil Hadits‘.

Continue reading Kanker itu Bernama Wahhabi

Doa Anti Miskin

Di antara doa mulia yg dianjurkan cucunda Nabi SAW, Imam Ja’far bin Muhammad As-Shadiq (as), untuk sering dibaca adalah yang di bawah ini.

Di dalam doa pendek ini ada permohonan agar dijauhkan dari kefakiran (dengan meminta kekayaan Allah), dijadikan bijak, dan diberi kekuatan. Continue reading Doa Anti Miskin

3 Musibah Yang Jadi Ringan

Pada sebuah ceramah, Ustadz Muhammad bin Alwi (asal Jawa Timur) menceritakan tentang Imam Ali Zainal Abidin as (yang dikenal dengan gelaran As-Sajjaad, ahli bersujud. Alkisah, kata Ustadz, seorang murid As-Sajjaad mengeluh kepadanya mengenai kehidupan, dan meminta nasihat beliau.

Menanggapi hal itu, beliau menjelaskan yang kurang lebih begini redaksinya: “Kasihan anak Adam (kita-kita ini maksudnya), karena setiap hari selalu menghadapi tiga musibah. Tetapi kalau saja kita mengambil satu di antaranya sebagai pelajaran, maka kita akan melihat seluruh musibah itu ‘ringan.”

Membantu yang membutuhkan: manfaat umur dengan beramal...
Membantu yang membutuhkan: manfaat umur dengan beramal…

Continue reading 3 Musibah Yang Jadi Ringan

Adakah Cinta di antara Kita?

Berbagai kasus korupsi belakangan ini menunjukkan kita krisis cinta pemimpin. Rakyat di negara manapun ingin pemimpin mereka menjaga kepercayaan dan mengabdi pada kepentingan rakyat.

Orang Arab punya pepatah, “Pemimpin suatu kaum itu adalah orang yang melayani mereka.” Orang Inggris bilang, pegawai negeri itu pelayan masyarakat (civil servant).

Presiden SBY bersama Ketua KPK Abraham Samad dan Kapolri Timur Pradopo: para pengabdi rakyat...
Presiden SBY bersama Ketua KPK Abraham Samad dan Kapolri Timur Pradopo: para pengabdi rakyat…

Sebenarnya menjadi pemimpin yang melayani rakyat itu mudah. Ia tak harus terlalu pandai dengan sederet gelar dan tak perlu jago berorasi apalagi bersilat lidah. Kuncinya, memimpin secara adil dengan hati yang penuh cinta.  Continue reading Adakah Cinta di antara Kita?