Daripada Mengeluh, Belajarlah dari Penderitaan Gadis Ini


Bernyanyi di Perahu Penyelamat.

Gadis cantik dalam video ini, Aisha Chaudhary, lahir dengan kelainan kekebalan tubuh (Immunodeficiency disorder), dan diperkirakan hanya bisa bertahan hidup satu tahun. Pada usia 6 bulan, Aisha harus menjalani transplantasi sumsum tulang guna menanggulangi kelainan kekebalan tubuh itu. Tetapi efek samping chemotherapy yang dijalaninya memunculkan penyakit pulmonary fibrosis, dalam paru-parunya.

Penyakit idiopathic pulmonary fibrosis (diderita setidaknya oleh 200.000 orang di AS), merupakan kelainan yang menyebabkan paru-parunya “mengeras” dan menyebabkan sangat sulit bernafas.

Sangat sulit diobati, jaringan paru-paru dan gelembung udara (alveoli) penderita pulmonary fibrosis sangat terdampak. Studi yang ada menunjukkan bahwa biasanya makin hari kerusakan makin memburuk, dan kematian selalu membayangi penderitanya.

Dalam video ini, Aisha menceritakan perjalanan hidupnya, yang pada awalnya bagaikan “hidup dalam kapal yang tenggelam” (in the middle of a shipwreck), tapi kemudian diubahnya dengan merembeskan semangat membara. Bagaikan Voltaire, Aisha yakin bahwa ia bisa menari dalam kehidupan kapal yang karam.

Video Aisha: lima resep sebelum Aisha wafat

Meski dia divonis meninggal dalam usia sangat muda, terbukti bahwa semangat dan optimisme menjadikannya bertahan hidup lebih lama.

  1. Percaya pada keajaiban (miracles).
  2. Hidup lah pada saat ini, jangan memikirkan yang sudah lewat.
    Jika kita melihat hidup hari ke hari, dari jam ke jam, dari menit ke menit, maka kebahagiaan kita akan berlipat-lipat. Alih-alih dari merasakan kesedihan duduk di kursi roda tanpa aktivitas, Aisha membayangkan gambaran-gambaran indah kehidupan… menyanyi, menari, dan sebagainya.
  3. Selalu ada kesempatan dalam kesulitan. Pada tahun-tahun awal dia merasa akan sulit bersekolah, tapi belakangan Aisha sudah belajar matematika dan seni. “Bahkan saat sakit begitu saya lebih produktif ketimbang saat saya sehat,” katanya. Aisha kemudian menunjukkan dua lukisan menggunakan pastel yang dibuatnya.
  4. Impikan sesuatu, cita-cita setinggi mungkin. Dare to dream.
    Meski berada di kursi roda dan tidak bisa melangkah, setiap malam Aisha mengimpikan bahwa dirinya berjalan di tengah pasar, dan membayangkan dirinya berdansa saat perkawinan sepupunya. Aisha memvisualisasikan segalanya secara terinci, warna baju yang (akan) dipakaiya, lagu yang akan dinyanyikan, setting panggung, bahkan ketika dia berlarian bersama dua anjingnya . “Saat itu saya putar film diri saya, yang pada saat itu tampaknya mustahil. Tapi kenyataannya, saya bisa berjalan di tengah pasar di London bersama teman-teman; dan saya berhasil menari pada pernikahan sepupu, dan saya benar-benar berjalan dan meninggalkan kursi roda,” kata Aisha.

“Ingatlah,” katanya, “segala sesuatu terjadi dua kali: pertama di kepala kita, dan kedua dalam realitas.”

  1. Hewan peliharaan adalah obat terbaik. Bagi Aisha, memelihara anjing merupakan hobby yang sangat bermanfaat baginya. Pets diketahui memiliki sifat therapeutic, katanya.

Well, saya tidak tahu apa hewan kesukaan Anda dan tidak ingin memperdebatkan soal hewan peliharaan (seperti anjing yang bagi sebagian umat Islam dianggap kurang “pas”), tetapi yang penting adalah resep seorang pemudi seperti Aisha untuk bersikap optimis itulah yang kiranya yang perlu kita catat.

Aisha yang lahir pada 27 Maret 1996 meninggal dalam usia 18 tahun, pada 24 Januari 2015 silam.

Buku yang ditulis gadis India ini, “My Little Epiphanies” diterbitkan sehari sebelum Aisha wafat. Sebuah film berjudul The Sky is Pink dibuat berdasarkan kisah hidup Aisha. Sejak usia 15 tahun hingga kematiannya, putri Niren Chaudhary ini menjadi pembicara yang memotivasi banyak orang.

Semoga bermanfaat.

Silakan Beri Komentar