Ketika Habib Menyembunyikan Amal

BILA Anda berkunjung ke Solo pada akhir Desember ini, Anda akan menyaksikan ramainya orang di sekitar jalan Gurawan, Pasar Kliwon. Berpusat di Masjid Riyadh, yang berada di selatan keraton Solo itu, ribuan orang datang dari berbagai kota, guna menghadiri peringatan wafatnya (khaul) Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, ulama kenamaan asal Hadhramaut, Yaman, yang menulis kitab maulid Nabi SAW berjudul Simtud-Dhirar.

Artikel ini aslinya dimuat dalam Kompas.Com, 31 Desember 2018 (klik di sini).

Tak jauh dari situ, dahulu bermukim habib Muhammad bin Abdullah Alaydrus, yang namanya dikenal luas di Solo. Banyak tamu datang ke rumahnya setiap hari, pagi sampai malam. Mereka selalu dijamu makan minum; tamu dari luar kota sering menginap di kediamannya, seberang RS Kustati, di kota batik itu. Muhammad Alaydrus sengaja membangun semacam paviliun kecil di bagian depan rumahnya,lengkap dengan kamar mandi, yang khusus diperuntukkan bagi para tetamu yang menginap. Kediamannya berlokasi di Jalan Kapten Mulyadi, seberang agak ke selatan RS Kustati.

Suasana Khaul Hb Ali Alhabsyi -Solo
Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi Ke-107 1440 | 29 Desember 2018. (Tangkapan layar Youtube/Majelis Ar-Raudhah)

Continue reading Ketika Habib Menyembunyikan Amal

Beginilah Percakapan Para Habib

Tradisi sehari-hari di kalangan habib sering menjadi contoh bagaimana sikap sangka baik (husnu-dzan) dan toleransi menjadi kunci dakwah yang efektif.

Habib atau jamaknya ‘habaib’ adalah komunitas Arab yang mempunyai garis keturunan dari Nabi Muhammad saw. Kata ini hanya populer di tengah mereka yang berasal dari Hadramaut, sebuah provinsi di bagian selatan Yaman. Sementara para keturunan Nabi saw lain yang bukan berasal dari Hadramaut lazimnya disebut dengan kata ‘sayyid’ atau ‘syed’ atau ‘syarif’, bukan dengan kata “habib“.

Tulisan menarik ini merupakan karya Ustadz Husein Muhammad Alkaff. Jarang ada yang membahas masalah ini, ringan tetapi sangat menarik.  Oh ya, saya mengeditnya sedikit dan menambahkan foto dan ilustrasi di dalamnya, guna lebih menghibur pembaca.
Foto banyak habaib
Sebagian auliya habaib yang terkenal di Nusantara.

Secara umum para habib masih mempertahankan tradisi keagamaan para leluhur mereka. Dalam urusan ritual, mereka mengikuti ‘Thariqah Alawiyah (Tarekat Alawiyah) yang sudah mapan dan ajek. Mereka , misalnya, melazimkan membaca ‘Ratib’, baik ‘Ratib al-Haddâd’, atau pun ‘Ratib al-Attâs’. Selain itu, ada pula ‘Ratib al-‘Aydrûs ‘.  Biasanya para habib dan jamaahnya melantunkan bacaan Ratib setiap bakda solat Magrib.

Ada pula beberapa kebiasaan lain, seperti membaca ‘al-Wird al-Latif’ setelah solat Subuh; ‘Maulid Nabi’ SAW (dari kitab ‘Simth al Durar’ tulisan Habib Ali Al-Habsyi, dan ‘Al-Dibai’) setiap malam Jum’at ; lalu ‘Burdah al-Bushiri’ seminggu sekali, dan sebagainya. Amalan-amalan itu mereka jalankan secara turun temurun, baik sendiri maupun berjamaah.

Lazimnya, dalam acara Maulid para jamaah berzikir, di antaranya membaca solawat pada Nabi SAW, mengenang dan menyampaikan sejarah keteladanan Nabi yang mulia itu.  Tidak ada kejelekan di dalamnya, melainkan justru ucapan-ucapan kebaikan dan ajakan untuk mencontoh akhlak Nabi SAW.

Thariqah Alawiyah dicetuskan oleh Imam Muhammad bin Ali al-Faqih al-Muqaddam (574-653H), kakek moyang para habaib di Indonesia dan Yaman, lalu dirumuskan secara apik dan final oleh Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad (1044-1132 H) dalam dua karyanya; al Nashâih al Diniyyah dan Risâlah al Muâ’wanah. Rujukan utama Thariqah ini dalam bidang tasawwuf adalah kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, karya monumental Imam Abu Hamid al-Ghazzâli (450-505 H), ulama kelahiran Persia (Iran sekarang), dan dalam bidang fiqih adalah Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i atau dikenal dengan sebutan Imam Syafii (150-204 H). Sedangkan dalam bidang aqidah-teologi adalah Abu Hasan al-Asy’ari (260- 324 H).

Continue reading Beginilah Percakapan Para Habib

Teroris dan Bom Syahid di Mata Habib

English: 11th Century North African Qur’an in ...
Al-Qur’an abad ke-11 dari Afrika Utara (di British Museum) – sumber: Wikipedia

Bom demi bom meledak di sana sini. Sesudah Solo, kemarin dulu bom meledak di Depok. Ada apa sebenarnya? Apa nasihat Habib?

Dari samping mihrabnya di masjid, Habib bicara tentang mati syahid. “Konsep syahid telah disalahpahami,” katanya. ”Mari kita luruskan.” Habib memulai khutbahnya dengan penyesalan atas terjadinya bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh Solo, Ahad lalu.

“Kita berdoa semoga pelakunya segera diseret ke muka hukum dan diganjar seberat-beratnya, tetapi tetap dengan menjunjung keadilan,” kata Habib. Ia melihat sejak awal tahun ini telah terjadi beberapa tindakan kekerasan yang amat merisaukan, tetapi seolah ada pembiaran.

Oleh: Syafiq Basri Assegaff. Artikel ini aslinya berjudul,“Bom Syahid di Mata Habib”, dimuat di: Kompas, Rabu 28 September 2011 – halaman 7. Sengaja dimuat ulang dengan sedikit revisi, berkaitan dengan peristiwa terorisme yang terjadi belakangan ini di Solo, Depok, dan lain-lain. (SBA, 11 September 2012).

Continue reading Teroris dan Bom Syahid di Mata Habib