Masa’ Syekh Al-Azhar Bicara Syiah?


Syiah? Sheikh Al-Azhar bicara Syiah; masa’ siiiih?” tanya teman Kiwir.

Eh, ternyata benar. Simak saja wawancara wartawan tentang Syiah itu dengan sang Sheikh Al-Azhar di bawah ini.

Awal Mei 2018 Sheikh Agung Al-Azhar, Mesir, Grand Sheikh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb berkunjung ke Indonesia. Itu kunjungannya yang kedua. Sebelumnya, pada 2016 ulama nomor satu dalam mazhab Sunni sedunia itu juga bertandang ke Indonesia. Selain menghadiri pertemuan (KTT) Islam  Garis Tengah (Wassatiyyat Islam (yang antara lain digagas tokoh Muhammadiyah Din Syamsudin) di Bogor pada Selasa 1 Mei 2018, beliau juga bertemu Presiden Jokowi, dan berkunjung ke Kantor PBNU. Dalam berbagai pertemuan itu, Sheikh Ath-Thayeb menekankan perlunya persatuan dalam Islam, dan menjawab pelbagai pertanyaan seputar perkara penting dalam Dunia Islam.

Terkait masalah mazhab Syiah itu, Grand Sheikh Al-Azhar pernah menyampaikan pandangannya ketika menjawab pertanyaan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan wartawan Channel Nil Mesir. (Lihat situs Islam Indonesia.) Mirip dengan Rektor Al-Azhar yang lama, Sheikh Mahmud Syaltut (wafat 1963), Sheikh Ath-Thayyeb menegaskan pentingnya persaudaraan sesama Muslim, termasuk dengan penganut Muslim Syiah.  Menurutnya, ‘penganut mazhab Sunni tidak boleh mengkafirkan kelompok Syiah karena perbedaan pendapat.’ Karena menurut beliau, mereka (penganut mahzab Syiah) adalah saudara Muslim. Hasil wawancara itu juga diunggah situs resmi Kementerian Agama RI, bimasislam.kemenag.go.id. Berikut ini kutipannya:

Bagaimana ajaran Syiah menurut Anda?
Tidak ada masalah dengan ajaran Syiah. 50 tahun lalu, Syaikh Syaltut berfatwa bahwa Syiah adalah mazhab kelima dalam Islam dan sama seperti mazhab-madzab Islam yang lain.

Anak-anak kita akan menjadi Syiah. Apa tindakan kita?
Biar saja mereka menjadi Syiah. Apakah kita akan menyalahkan orang yang berpindah mazhab dari Hanafi ke Maliki? Mereka (yang menjadi Syiah) hanya berpindah dari mazhab keempat ke mazhab kelima.

Fatwa Syaltout - English
Fatwa Rektor Al-Azhar dulu, Sheihk Syaltut, tentang Syiah sebagai bagian dari Islam
Fatwa Syaltut ttg Syiah
Sejak lama para ulama, termasuk Syaikh Al-Azhar Mahmoud Syaltout dalam dokumen Fatwa ini menyatakan bahwa Syiah termasuk salah satu mazhab Islam yang sah.

Orang Syiah menjadi kerabat kita. Mereka menikah dengan anak-anak kita. 
Apa masalahnya? Pernikahan antar mazhab itu dibolehkan.

Kabarnya Al-Quran mereka berbeda dengan Al-Quran kita.
Itu omong kosong. Tidak ada perbedaan antara Al-Quran kita dan mereka. Bahkan ‘rasmul khat‘ mereka sama dengan Al-Quran kita.

23 ulama dari sebuah negara (Saudi) berfatwa bahwa Syiah adalah kafir dan rafidhi.
Hanya Al-Azhar yang bisa berfatwa untuk muslimin. Fatwa mereka (ulama Saudi) tidak kredibel.

Selain pernah mengajar di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud (Jāmi’āt Al-Imām Muhammad bin Saud Al-Islāmiyah), Riyadh, Arab Saudi, mantan Rektor Al-Azhar itu kini (sejak 2010) menjadi pejabat tertinggi Syaikh Agung Al-Azhar ke-44, sekaligus juga merupakan jabatan tertinggi di Institusi Al-Azhar yang berpusat di Kairo, Mesir. Guru besar dalam bidang Akidah dan Filsafat itu menggantikan Syaikh DR. Muhammad Sayyid Thanthawy yang wafat pada tahun 2010. Pada tahun 2017/2018 Ath-Thayyeb dinobatkan sebagai satu di antara Muslim Yang Paling Berpengaruh di Dunia, The World’s 500 Most Influential Muslims.

Sheikh Al-Azhar (kiri) bersama Presiden Jokowi dan ulama lain.
Sheikh Al-Azhar (kiri) bersama Presiden Jokowi dan ulama Arab Saudi dalam KTT Islam Wasatiyah di Bogor , Mei 2018

Lalu bagaimana dengan perselisihan Syiah-Sunni yang dikemukakan mereka?
Perselisihan itu adalah politik luar negeri yang ingin memecah belah Syiah dan Sunni.

Saya punya pertanyaan serius. Syiah tidak menerima Abu Bakar dan Umar. Bagaimana bisa Anda menyebut mereka muslim?
Memang mereka tidak menerima. Tapi apakah meyakini Abu Bakar dan Umar termasuk prinsip agama Islam? Kisah tentang mereka berdua adalah kisah sejarah. Sejarah tidak berkaitan dengan prinsip akidah.

Ada satu kritikan terhadap Syiah. Mereka berkata bahwa imam zaman mereka masih hidup semenjak 1000 tahun lalu.
Mungkin saja,kenapa tidak mungkin? Tapi tak ada alasan kita mesti berkeyakinan sama seperti mereka.

Mungkinkah bocah berusia 8 tahun menjadi imam? Syiah meyakini bahwa bocah berusia 8 tahun menjadi imam.
Kalau bayi dalam buaian bisa menjadi nabi (Nabi Isa as-red) ,tidak mengherankan bocah usia 8 tahun menjadi imam. Meski kita sebagai Ahlussunnah tidak meyakini hal ini. Tapi keyakinan ini tidak merusak keislaman mereka. Mereka tetap orang muslim.

Setelah mendengar wawancara di atas, dosen Universitas Elm wa Shanat Dr. Shojaei Fard, berkata: “Wawancara ini sangat menarik untuk saya. Saya berusaha menghubungi Syaikh Thayyeb untuk berterima kasih kepadanya. Melalui telpon saya berkata kepada beliau, ‘Anda membela Syiah dengan sangat baik. Bahkan seorang ulama Syiah pun mungkin tidak akan melakukan pembelaan serupa. Minimal dia akan bersikap hati-hati. Tapi Anda berani mengatakan bahwa keyakinan kepada Abu Bakar dan Umar bukan bagian dari prinsip Islam’.

Syaikh Thayyeb berkata, “Saat Ayatullah Khamenei menghadapi Amerika dengan teguh dan membuat mereka bertekuk lutut dalam masalah nuklir, dan di sisi lain, Sayyid Hasan Nasrullah melawan Zionis dengan berani dan mengalahkan mereka dalam perang 33 hari, saya melihat mereka sebagai kebanggaan Islam. Amerika dan kawan-kawannya berniat mencitrakan mereka sebagai Syiah radikal dan menyebut Syiah sebagai rafidhi dan non-muslim demi mengambil kebanggaan ini dari Dunia Islam.”

“Supaya para pemuda kita merasa bahwa kebanggaan ini milik Islam, saya telah mengadakan 8 acara televisi untuk mengatakan bahwa Syiah adalah muslim, Syiah tidak berbeda dengan kita, dan Syiah adalah salah satu mazhab Islam.”

Sheikh Al Azhar ketika di PBNU
Sheikh Al-Azhar bersama Pemimpin NU, KH Said Agil Siradj.

Berikut adalah petikan wawancara wartawan dengan Ath-Thayyeb yang dimuat dalam situs Bimas Islam, Kementerian Agama RI tahun 2016 lalu, dan dikutip juga oleh salah satu situs berita Islam ternama, “Islam Indonesia” (klik di sini).

Menurut Ath-Thayyeb, perbedaan Sunni dan Syiah seharusnya tidak menjadi benih pertikaian. Demikian dikatakannya saat menyampaikan risalah di hadapan para ulama, Menteri Agama, tokoh agama, dan wartawan di gedung MUI, Jl. Proklamasi, Jakarta (22/2 — tahun 2016 lalu).

ktt ulama islam moderat Bogor Mei 2018
Acara KTT Wasatiyyat Islam (Islam Garis Tengah) di Bogor

Syi’ah saudara kita. Paham kebanyakan mereka yang berbeda dengan Sunni tak mengeluarkan mereka dari Islam. Penghinaan sahabat dan yang semacamnya yang sebagian dari mereka lakukan adalah kesalahan, tapi tak mmbuat mereka keluar dari Islam.Islam merangkul semua ahlul kiblat.

Lebih lanjut Ath-Thayyeb menyatakan, Syiah itu kelompok yang beragam, mereka tetap saudara. Mereka tetap Muslim, kita tidak bisa serta merta menghakimi mereka keluar Islam hanya karena satu perkara. Memang terdapat sikap berlebihan, (tapi) tidak di semua Syiah dan tidak semua ulama mereka demikian. Ketika saya berdialog dengan sejumlah tokoh mereka ihwal mencanci maki sahabat dan Abu Bakar RA, Aisyah RA dan Umar bin Khatab, iamengatakan: ”Mereka itu bukan representasi kami.”

Saksikan: Video-video tentang Syiah (klik di sini).

“Jika Anda telaah buku-buku Syiah klasik, maka Anda tak akan menemukannya. Mungkin Anda temukan kecenderungan sebagian demikian, tetapi mayoritas Syiah menghormati sahabat Rasulullah saw. Sebagian kecil ulama menganggap mencaci maki sahabat berarti keluar dari Islam, tetapi bagi kami al-Azhar tidak. Cacian terhadap sahabat sebagai bentuk kesesatan, maksiat, dan berdosa, namun tak serta merta keluar dari Islam. Kita tidak bisa kafirkan mereka.

Sheikh At Thayyeb ttg Syiah
Ringkasan pernyataan Grand Sheikh Al-Azhar tentang Syiah.

Imam Besar Mesir yang sangat berpengaruh itu melanjutkan, Sunni dan Syiah adalah sama-sama sayap Islam. Tentu saja yang kita bicarakan adalah Syiah moderat, seperti Imamiyah, Zaidiyyah, yang memiliki kedekatan dengan Sunni. Tetapi, ada sekte  menyimpang dan sesat yang mengangkat isu tasyayyu’ yang mengakui risalah selain untuk Muhammad saw. Mereka itu, seperti saya katakan, menyalahi apa yang ada dalam agama dan bisa dinyatakan keluar Islam. Tetapi, sebagian perbedaan kita dengan saudara Syiah kita, adalah perbedaan tidak prinsip, kecuali dalam soal imam. Syiah percaya imam sebagai bagian pokok agama, sedangkan kita, Sunni, soal itu termasuk tidak prinsipil. Isu imamah juga tak membuat Syiah serta merta keluar Islam.

Oleh karena itu, Grand Sheikh menyerukan persaudaraan antar mazhab dalam Islam.

Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan. Anda sebagai ulama hendak menebarkan perdamaian, sementara Anda sendiri tak berdamai dengan sesama ulama, maka seperti kata pepatah“Faqidus sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya, perbedaan ini berubah menjadi perselisihan yang rigid akibat fanatisme mazhab atau pemikiran tertentu dan mengklaim mazhab lain tidak benar,” terangnya.

Kecuali satu-dua situs Wahhabi yang tidak suka pada persatuan sesama Muslim, kebanyakan situs Islam memuat kembali hasil wawancara tersebut di atas — tentu dengan tujuan untuk mendekatkan kedua mazhab besar itu.

Sheikh Al-Azhar di Gontor
Saat Sheikh Ath-Thayyeb ke Pondok Gontor.

Mengapa begitu penting Sheikh Al-Azhar bicara tentang Persaudaraan Sunni-Syiah? Tidak lain karena memang keduanya merupakan dua mazhab besar di dunia Islam, yang bahkan Risalah Amman pun menegaskannya secara gamblang. Silakan cek link Risalah Amman ini: Ada 8 Mazhab dalam Islam.

 

Tiga Point Penting

Di antara ringkasan yang digagas 500-an ulama dari lebih 50 negara di dunia pada pertemuan di Amman itu, menyatakan bahwa ada tiga butir penting yang perlu menjadi perhatian seluruh ulama dan umat Islam sedunia.

  1. Bahwa seluruh ulama itu menerima keabsahan ke-8 mazhab dari Sunni, Syiah dan Ibadhi; dan teologi Asy’ariyah, Sufisme, dan ‘Pemikiran Salafi yang Benar’; serta menetapkan definisi yang tepat mengenai, “siapa yang disebut seorang Muslim”.
  2. Berdasarkan definisi itu, mereka melarang mengkafirkan sesama Muslim.
  3. Berdasarkan penetapan adanya 8 mazhab itu, mereka menetapkan syarat-syarat subjective dan objective sebelum seorang ulama membuat fatwa, dan menghindari tindakan bodoh dan tidak sah yang mengatasnamakan Islam.

Pengukuhan (endorsement) mengenai Amman Message dan Ketiga Butir penting itu dilakukan oleh lebih dari 552 ulama dari 84 negara di dunia, sebagaimana dapat dilihat daftarnya di link ini (klik di sini).

Simak Arsip Risalah Amman ini (klik di sini dan di situs Kedutaan Jordan di AS ini.)

Ketiga butir itu kemudian telah diadopsi oleh para pemimpin agama yang hadir pada pertemuan Akademi Figih Dunia Islam (International Islamic Fiqh Academy) di Jeddah, Arab Saudi, pada juli 2006. Selengkapnya silakan baca ringkasan dalam bahasa Inggris berikut:

These Three Points were then unanimously adopted by the Islamic World’s political and temporal leaderships at the Organization of the Islamic Conference summit at Mecca in December 2005. And over a period of one year from July 2005 to July 2006, the Three Points were also unanimously adopted by six other international Islamic scholarly assemblies, culminating with the International Islamic Fiqh Academy of Jeddah, in July 2006. In total, over 500 leading Muslim scholars worldwide—as can be seen on this website [click here to see the entire list]—unanimously endorsed the Amman Message and its Three Points.
This amounts to a historical, universal and unanimous religious and political consensus (ijma’) of theUmmah (nation) of Islam in our day, and a consolidation of traditional, orthodox Islam. The significance of this is: (1) that it is the first time in over a thousand years that the Ummah has formally and specifically come to such a pluralistic mutual inter-recognition; and (2) that such a recognition is religiously legally binding on Muslims since the Prophet (may peace and blessings be upon him) said: My Ummah will not agree upon an error (Ibn Majah, Sunan, Kitab al-Fitan, Hadithno.4085).

Baca juga:

 

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s