Apa yang harus dilakukan seorang anak ketika gurunya menyuruh menggambar wajah Nabi Muhammad saw, sedangkan ia tidak pernah melihat Sang Nabi, kendati ia sangat mencintainya?
Film pendek (sekitar 4 menit) ini mengisahkan adegan di sebuah sekolah di Perancis, negara yang terkenal dengan koran Charlie Hebdo yang sering melecehkan Islam dan Nabi Muhammad SAW itu. Sempat menyita perhatian banyak orang, film yang dilansir Mokhtarawards itu dimulai dengan adegan ketika seorang Ibu Guru menyuruh para siswa di kelasnya menggambar wajah Sang Nabi SAW.
Film yang diunggah Mokhtar Awards ke Youtube pada 9 Agustus 2015 itu hingga 1 Muharram 1437 H (Rabu, 14 Oktober 2015) telah ditonton 557.061 viewers.
Ketika Seorang Bocah Disuruh Menggambarkan Wajah Nabi Muhammad SAW
“Gambarlah Nabi Muhammad, seolah-olah ia menjadi halaman depan koran Charlie Hebdo besok,” kata Bu Guru.
Awalnya, si bocah lelaki itu hendak bertanya. Ia mengacungkan tangan. Tapi Bu Guru menolaknya. “Tidak ada pertanyaan,” kata Bu Guru. Sang bocah merenung sejenak. Kemudian ia mendapat inspirasi menuliskan beberapa kalimat pendek yang amat menyentuh. Seusai mengerjakan tugas itu, anak lelaki yang berwajah Timur Tengah itu meletakkan kertas tugasnya di bagian paling bawah tumpukan di meja Bu Guru.
Ini yang ditulisnya:
Duhai Rasulullah (SAW) yang sangat aku cintai,
“Hari ini di sekolah, guru kami meminta kami melukis wajahmu. Aku senang menggambar, tetapi aku tidak pernah melihatmu. Lalu aku menutup kedua mataku. Dan aku melihat air mata ibu saat membaca kisah mengenai dirimu. Aku melihat (bayangan) ayah sedang solat sepanjang malam. Datang pula bayangan wajah kakakku yang tersenyum tersenyum meski dia baru saja dihina orang (di jalan). Aku melihat kawanku meminta maaf meski (sebenarnya) akulah yang bersalah.

[Berwarna, dan keperakan, di atas kertas kecoklatan dengan ukuran 42.8 x 33 cm].
Aku ingin melukiskan semua gambaran ini. Di sini orang-orang ingin melihat semuanya, menyaksikan semuanya. Tapi aku menutup kedua mataku. Dan aku melihatmu datang kepadaku. Engkau datang kepada kami semua, dengan senyum yang paling indah, sempurna. Bagaimana mungkin aku bisa melukiskan senyum yang sempurna itu? [Kayfa yumkinu li insaani an yarsamu ibtisaamah raa-i’ah?]
Tetapi, Bu Guru tidak memberi kesempatan bicara saat saya ingin menjelaskan (hal-hal itu). Well, aku tidak menyalahkannya. Mungkin saja ia tidak pernah belajar mencintai seseorang yang tidak dilihatnya. Tapi aku… Daku mencintaimu, meski aku tidak pernah melihatmu. [Ammaa anaa, Fainniy uhibbuka… Uhibbuka ma’a anniy lam araaka]. But me, I love you without seeing you…
Memang aku tak begitu pandai melukis (Wahai Nabi), tetapi aku ingin menulis. Aku ingin menulis kepadamu Yaa Rasulullah. Kalau saja (seandainya) engkau dapat hadir pada kami selama beberapa jam, beberapa detik, atau beberapa saat saja, mungkin ia (Bu Guru) pada akhirnya dapat memahami.”
Pada adegan akhir film ditunjukkan tulisan nama “Muhammad” dalam bahasa Arab (Mim Khaa Mim dan Dal) yang dibuat sang bocah di balik kertas. Ibu Guru pun termenung di kursi taman. rupanya tulisan itu amat menyentuh perasaannya. Bagai bisu, ia tak bisa berkata-kata.
Film Nur
Pada film lain yang dilansir Mokhtar Awards itu terdapat pula sebuah kisah pendek Muslimah asal Vietnam yang berjudul “Nur”. Film pendek berdurasi kurang dari enam menit itu diinspirasi oleh Surat An-Nur.
Film Nur itu dibuat oleh Maira Nguyen, seorang Muslimah asal Vietnam yang tinggal di Australia. Maira Nguyen menceritakan bahwa ia kini belajar media dan sejarah di perguruan tinggi di Melbourne, Austarlia. “Aku sangat suka bercerita (storytelling) karena secara jujur saya percaya bahwa, melalui mendengarkan cerita itulah cara terbaik bagi kita, manusia, untuk belajar,” kata Maira.
“Melalui cerita kita belajar untuk merefleksikan kisah-kisah hidup kita, berempati pada orang-orang (lain), dan menemukan berbagai sifat Tuhan. Itu sebabnya Al-Qur’an memuat banyak sekali cerita; dan itu sebabnya kita mencintai buku dan film, dan karena itulah Allah menjadikan kisah tersendiri bagi diri kita masing-masing, memberi setiap individu berbagai kisah unik dalam hidupnya masing-masing. Aku ingin sekali memanfaatkan minat dan kecakapanku dalam membuat film untuk berbagai cerita yang bisa mengejawantahkan (memanifestasikan) Nama-nama Allah dan semoga itu bisa memberi inspirasi bagi orang banyak,” tulis Maira lagi di bagian bawah videonya.
Bila Anda punya film pendek yang bagus, Mokhtar Awards mengundang Anda untuk mengirimkannya kepada mereka sebelum 15 Desember 2015 mendatang. Coba saja, siapa tahu film Anda bisa memenangi penghargaan (award) dari mereka.
Baca juga:
- Film tentang Nabi Muhammad SAW: Jarang Ada Film Sebagus dan Sepenting ini.
- Muhammad (SAW) Manusia Biasa? — 12 Ribu Tahun Sebelum Adam.
- Kanker itu Bernama Wahhabi: tulisan lain di blog ini.
- 60 Hadir tentang Keutamaan Ahlul Bait.
- Krisis Mina dan Komunikasi.