Mengamati Prabowo dari Dekat


Nama Prabowo Subianto kian ramai dibicarakan orang. Sebagai bakal calon presiden RI 2014-2019 yang dianggap punya peluang besar, nama mantan Danjen Kopassus dan pengusaha kaya itu belakangan ini makin santer diberitakan. Yang terakhir, misalnya, ia diterima Presiden SBY pada 11 Maret 2013. Pertemuannya dengan SBY itu rupanya memantik beragam spekulasi dan pendapat. Ada penilaian ‘miring’, netral, atau pun positif. …

Selanjutnya lihat di bawah (setelah tanda tiga bintang ***) ].

Pengantar: Tulisan ini awalnya diunggah ke blog ini pada Maret 2013 lalu, tetapi menjelang Pemilihan Presiden 2014 belakangan ini tiba-tiba artikel tentang Prabowo ini kembali banyak dikunjungi orang — grafik dalam statistiknya tiap hari menunjukkan hal itu. Tidak aneh memang, karena bulan Juni 2014 ini adalah bulan kampanye Pilpres, dan kita tahu Prabowo adalah salah satu calon presiden yang bersama Hatta Rajasa akan bertanding dengan pasangan Jokowi – JK pada 9 Juli 2014 mendatang. [Tulisan asli tahun 2013 itu dimulai dari tanda tiga bintang (***) ke bawah ].

Yang menarik, belakangan ini ramainya nama Prabowo disebut bersamaan dengan nama adik beliau, Hasyim Djojohadikusumo, yang juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Juni 2014 ini, nama Hasyim banyak ditulis dalam berbagai media, khususnya terkait dengan Manifesto Perjuangan Partai Gerindra yang di dalam pasal 11  (halaman 40 dan 41) menuliskan tentang tekad agar negara menjamin kemurnian ajaran agama. Kabarnya karena banyak yang keberatan pada Manifesto itu, Gerindra akan merevisi Manifesto itu (seperti ditulis Antara), tetapi seorang pengamat (di Kompasiana) mengatakan hingga saat ini, belum ada perubahan yang dilakukan Gerindra.
Dalam berbagai media massa dan media sosial, nama Hasyim juga ramai dibicarakan dalam kaitannya dengan pidatonya dalam pertemuan di depan USINDO (forum lobi pengusaha, yayasan, dan individu dalam mengembangkan hubungan Indonesia-Amerika Serikat), 17 Juli 2013 lalu, yang menyebutkan tentang pemecatan pegawai Kristen dari Kementerian Pertanian,dan bahwa Prabowo sangat pro-Amerika. Sebagaimana dimuat Tempo, ‘Hasyim menjamin Amerika akan menjadi mitra spesial Gerindra’.
Pidato Hasyim pada 17 Juli 2013 itu terjadi pada acara makan siang USINDO, The United States-Indonesia Society Washington Special Open Forum Luncheon yang diadakan di Washington, DC, AS.
Selain bicara mengenai banyak hal tentang ekonomi, sosial dan politik secara makro dan mikro (seperti tampak pada Video lengkap Youtube pidato Hasyim ini) — Hasyim tampak sangat piawai dalam menjelaskan banyak masalah di Indonesia — ia bicara mengenai hubungannya dan hubungan Prabowo dengan AS.
Dengan bahasa Inggris yang sangat lancar dan bahasa tubuh yang penuh pesona, Hasyim juga membahas berbagai persoalan bangsa, termasuk masalah pertanian, bisnis perbankan, perkara penghijauan, dan insentif pemerintah kepada industri, infrastruktur dan sektor swasta.
Dalam video itu, mulai di menit ke 56 sampai dengan menit ke-57, Hasyim menjelaskan mengapa AS tidak perlu sanksi mengenai tekad Gerindra kepada negara itu.
Ini narasi Hasyim pada video itu:
“Prabowo graduated from American school. Prabowo is very pro-American. He’s been to American high school. He’s been to American great school. He’s been going to American school all his life. He went to special forces, he was in Fort Benning, he was in Fort Bragg. I’m pro American. Until recently I was an investor in California, in a big way. In the world of business. Yes, the US will be a privilege partner for Gerindra administration” 
Menjawab pertanyaan salah satu hadirin asal Indonesia, Sonya, [pada video mulai pada menit ke 66 (atau satu jam 6 menit)], mengenai ilusi negara Islam Indonesia dan radikalisme, Hasyim menjelaskan secara panjang. Dalam menjawab soal itu, di sini Hasyim menyebut contoh mengenai diberhentikannya 73 pegawai Kristen oleh Kementerian Pertanian yang dikepalai oleh Menteri dari PKS.
Berikut ini narasi yang dikatakan Hasyim pada bagian itu:
“I just give you an example. At the ministry of agriculture, which is controlled by the PKS, 73 Christian government officials have been fired in the last nine years and none have been replaced. In fact at this very moment there is no Christian government officials in the ministry of Agriculture. That tells you something, doesn’t it? It must tell you something. If this is allowed to continue unrestricted. You know what I mean. In one ministry alone 73 Christian government officials have been relieved from their posts in nine years, and none have been replaced. Not a single Christian government official in the post in the ministry of agriculture. That’s what I mean by political will. The government of Indonesia must stop this discrimination.”
Versi ringkas video di Youtube itu bisa dilihat di sini.
Dua hal di atas itu rupanya memancing banyak pertanyaan orang, sehingga diskusi pun bermunculan di berbagai media sosial dan media massa lainnya. Tempo, misalnya, juga memuat kedua hal itu, dengan judul,” Hasyim Pernah Keluhkan PKS di Forum USINDO.” Sementara TribuneNews menulis berita dengan judul, “Video Pidato Hashim Bahwa Prabowo Pro-Amerika Terus Beredar di Sosial Media.”

,

*** Nama Prabowo Subianto kian ramai dibicarakan orang. Sebagai bakal calon presiden RI 2014-2019 yang dianggap punya peluang besar, nama mantan Danjen Kopassus dan pengusaha kaya itu belakangan ini makin santer diberitakan. Yang terakhir, misalnya, ia diterima Presiden SBY pada 11 Maret 2013. Pertemuannya dengan SBY itu rupanya memantik beragam spekulasi dan pendapat. Ada penilaian ‘miring’, netral, atau pun positif.

Pertemuan Prabowo dan SBY: saling mendukung?
Pertemuan Prabowo dan SBY: saling mendukung?

Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Surabaya, Airlangga Pribadi, misalnya, berpendapat bahwa sebagai kandidat presiden Prabowo yang potensial – dengan popularitas lumayan tinggi — parpol pendukungnya perlu mencari dukungan kekuatan dari luar. “Di sini, Prabowo memiliki kepentingan terhadap kekuatan politik dari partai lain, tak terkecuali dari Demokrat,” kata Airlangga. Sebaliknya, SBY juga punya kepentingan terhadap para calon Presiden pemenang Pemilu 2014. Tujuannya, untuk mengamankan jaringan atau kekuatan politik SBY. “Namun pendekatan keduanya belum final dan merupakan pendekatan awal. Sehingga jangan ditafsirkan sebagai bentuk dukungan SBY kepada Prabowo,” kata Airlangga. Walhasil, kisah Prabowo dan polemik mengenai dirinya makin ramai diberitakan media.

Mantan Danjen Kopassus Prabowo Subiyanto (tengah) bersama sejumlah sesepuh Kopassus pada peringatan HUT Kopassus ke- 56 (2008). (Foto Antara)
Mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto (keempat dari kiri) bersama sejumlah sesepuh Kopassus saat HUT Kopassus ke- 56 (2008). (Foto Antara)

Namun ada yang luput dari pemberitaan, yakni ketika 500-an pemimpin organisasi dan pengusaha berkunjung ke kediaman Prabowo, di Desa Hambalang, Bojong Koneng, Bogor, Kamis pekan lalu (14 Maret 2013). Kediaman mantan Panglima Kostrad kelahiran 17 Oktober 1951 itu luasnya sekitar 4,8 hektar. Diperkaya sarana landasan helikopter (helipad), kolam renang, dan lahan untuk olahraga berkuda (ia memelihara sejumlah kuda jenis Lusiano), padepokan berarsitektur Jawa itu terasa kian sejuk berkat pepohonan pinus dan berbagai tanaman lain di sekelilingnya.

Tulisan ini sebelumnya ditayangkan pada portal “Inilah.Com”, Kamis, 21 Maret 2013

Rumah penggemar pencak silat itu juga diperkaya dengan perpustakaan, tempatnya menghabiskan waktu senggang membaca berbagai buku berbahasa Indonesia dan Inggris. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu memang kaya besar. Pada pemilihan presiden 2009 lalu, Prabowo adalah calon (wakil presiden) paling kaya, dengan harta yang diperkirakan bernilai sekitar Rp.1,5 triliun dan US$ 7,5 juta. Adik Bintianingsih dan Mayrani Ekowati itu kini juga pemilik bisnis Grup Nusantara yang dulu dibelinya dari Bob Hasan. Bersama Hashim Djojohadikusumo, adiknya, Prabowo mengelola 27-an anak perusahaan Grup Nusantara di dalam dan luar negeri.

Prabowo di tengah massa
Prabowo di tengah massa

Di ‘istana’ yang asri tersebut, Prabowo memaparkan konsep “Tantangan Masa Depan Indonesia,” yang membahas berbagai potensi yang kita miliki sekarang, dan tantangan Indonesia 20 tahun mendatang. Dalam acara yang diatur oleh ‘Indonesia Asia Institute’ – yang antara lain dihadiri Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) Prita Kemal Gani, dan pengusaha BRA Mooryati Soedibyo – terkesan bahwa Prabowo menguasai ‘public speaking’ dengan baik. Meski belum sempurna, cara bicara, intonasi dan ‘body language’-nya lebih menarik dari gaya sementara tokoh politik lain di Indonesia.

Padepokan Prabowo: 4,8 hektar
Padepokan Prabowo: 4,8 hektar

Tantangan Indonesia Prabowo — yang dalam penyusunan analisa dan konsep-konsep besarnya mengaku dibantu puluhan pakar (banyak di antaranya bergelar doktor) — mengetengahkan bahwa, sedikitnya ada empat tantangan serius yang kita hadapi di masa mendatang. Dua yang pertama adalah masalah menurunnya cadangan energi dan tingginya populasi penduduk kita, yang rata-rata naik 1,6 % per tahun, sehingga pada 2030 kita harus ‘memberi makan’ tambahan 76 juta jiwa baru. Tantangan ketiga, menurut putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu, adalah sistem pemerintahan yang lemah, tidak efisien, dan korup yang saling berkelindan bagaikan lingkaran setan. Terkait hal itu, Prabowo memberikan gambaran tidak efisiennya pengelolaan pemerintahan di Indonesia dibandingkan dengan India dan China. Menurut data Prabowo, 241 juta penduduk Indonesia diurus oleh 497 kabupaten. Sehingga, setiap badan otoritas itu sebenarnya hanya mengurus 484 ribu jiwa. Ini, katanya, jauh beda dengan India yang punya 1,2 milyar penduduk, dan hanya diurus oleh 35 badan pemerintahan. “Sehingga satu bupati atau walikota mengelola 34 juta jiwa.” Yang paling efisien adalah China: dengan penduduk 1,4 milyar diurus hanya oleh 33 badan otoritas – sehingga setiap badan pemerintah dari pusat hingga daerah di China mengurus 42 juta orang.

Gaya pidato Prabowo: bahasa tubuh yang bagus
Gaya pidato Prabowo: bahasa tubuh yang bagus

Terakhir, tantangan penting lainnya adalah ketidakseimbangan struktural perekonomian Indonesia. Untuk yang terakhir ini Prabowo mewanti-wanti, bahwa berhubung 60 % uang beredar di Jakarta dan 30 prosennya di kota besar lainnya, maka desa-desa kita hanya mendapatkan 10 prosen sirkulasi uang. “Ini tidak adil, dan jika kita tidak berhati-hati mengelolanya, saya kuatir bisa meledak,” kata Prabowo. Mungkin ledakan itu tidak secepat yang terjadi di Timur Tengah (Musim Semi Arab), karena menurutnya, ambang (threshold) penderitaan orang Indonesia lebih tinggi – artinya, rakyat kita relatif ‘lebih tahan’ menderita. Prabowo kemudian memberikan contoh, betapa di saat hujan turun di tengah kemacetan jalanan sekitar Kuningan, Jakarta, wong cilik penjaja minuman masih bisa senyum-senyum dan becanda dengan temannya.

Prabowo memasak bersama Megawati: pentingnya pertanian yang pro-rakyat
Prabowo memasak bersama Megawati: pentingnya pertanian yang pro-rakyat

Namun ia tetap optimis bahwa, bila dikelola secara benar dan baik, pada tahun 2030 mendatang Indonesia (yang kini berada dalam 16 besar dunia) bisa masuk dalam 10 besar negara di dunia. Maka ia pun menawarkan solusi lewat rencana besar yang disebutnya ‘strategi dorongan besar’, alias ‘big push strategy’. Mesti dijalankan secara simultan, di antara langkah penting yang harus dijalankan selama 20 tahun ke depan itu, misalnya adalah mengubah 16 juta hektar hutan rusak menjadi lahan pertanian yang produktif, dan ‘menyulap’ sedikitnya 10 juta hektar lahan untuk biofuel, dan enam juta hektar lainnya untuk hortikultura (atau mungkin palawija? – SB) “Menurut para ahli pertanian, untuk setiap hektar tanah yang dikelola secara produktif dapat menyediakan 6-10 tenaga kerja. Maka, dengan pengelolaan 10 juta hektar lahan produksi, umpamanya, minimal kita dapat menciptakan lapangan kerja bagi 40 juta orang,” kata Prabowo lagi. Pemaparan berakhir dengan tepuk tangan. Banyak yang berdecak kagum kepadanya, dan menjadi makin yakin bahwa ia bukan saja seorang pemimpin yang tegas, tetapi juga cerdas. Tetapi ada juga yang mengerenyitkan dahi, karena menganggap pemaparan tadi tak cukup sebagai modal calon presiden, karena yang lebih perlu adalah bukti nyata kedekatan kepada rakyat banyak. Sebagai calon pemimpin yang tampaknya peduli pada program yang pro-rakyat, Prabowo perlu meningkatkan reputasinya sebagai ‘petani’ yang ramah dan dekat dengan masyarakat banyak. Tidak perlu meniru gaya Jokowi yang doyan blusukan, masuk gorong-gorong, dan sebagainya, tetapi ada beberapa hal yang bisa dilakukannya. Umpamanya, makin serius menggeser kesan militeristik dengan gaya sipil, dan berkomunikasi secara lebih langsung, terbuka dan ramah dengan orang banyak.

Prabowo saat kampanye Jokowi dan Ahok
Prabowo saat kampanye Jokowi dan Ahok

“Sebaiknya ia lebih rileks, lebih banyak tersenyum dan lebih membumi – misalnya, mengikuti gaya kepemimpinan presiden China yang baru Xi Jinping, atau Presiden Iran Ahmadinejad,” kata seorang kawan yang hadir. “Ah, tetapi kan Anda baru sekali ketemu ‘kosong-delapan’ (kode panggilan Prabowo)?,” tanya saya pada kawan tadi, “Apa itu cukup buat bahan menilainya secara utuh?” Lalu seorang teman lain menimpali, “Selain program ekonomi kerakyatannya itu, beliau berani dan tidak ragu dalam bersikap. Ini yang jarang dimiliki pimpinan di Indonesia saat ini.” Baca juga:

3 thoughts on “Mengamati Prabowo dari Dekat

  1. Baik sekali jika kita tidak melupakan jejak sejarah yang ditorehkan Prabowo. Ayo Bung Syafiq, agar adil dan berimbang, tulis jugalah penggalan-penggalan penting & bermakna masa lalu Beliau.
    Hatur nuhun

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s