Ikut Al-Shugairi Keliling Eropa


Wartawan Arab Ahmad Al-Shugairi, punya program televisi yang menarik berjudul “Khawatir” di stasiun TV Aram. Ia sering keliling dunia.

eu-map-european-union-jpeg-ver-rlc-06-10-13
European Union: 28 negara

 

 

 

 

 

Beberapa tahun silam Al-Shugairi keliling Eropa, dan berhasil menunjukkan banyak pelajaran yang menarik — khususnya yang terkait dengan nilai-nilai Islam, termasuk ‘persaudaraan sesama Muslim’.

Shugairi 3
Ahmad Al-Shugairi
Ahmad Al-Shugairi lahir di Jeddah, Saudi Arabia. Setelah lulus dari SMA, ia pindah ke AS, tempat ia meraih B.A. dalam Management Systems, dan MBA dari California State University-Long Beach.  Pada tahun 1996, ia kembali ke Arab Saudi, dan mulai bekerja pada bisnis ayahnya. Shugairi  dikenal sebagai aktivis dan media figure dari Saudi. Ia sangat populer dengan program TV-nya Khawatir , yang berlangsung dari 2005 hingga 2015. Dikenal kritis, Shugairi tergolong orang yang amat populer di Media Sosial, dengan  17,7 jutaan followers di Twitter (pada 18 November 2017).
Salah seorang tokoh yang dikenal di negara-negara Arab (sebuah majalah di UAE pernah menempatkannya sebagai ‘salah seorang pemuda yang paling berpengaruh’), pada 2015 Shugairi pernah meraih penghargaan ‘Sheikh Mohammad Bin Rashid Al Maktoum Knowledge Award‘ (penguasa Dubai) senilai US$ 1 juta. Memulai karirnya pada 2002, dalam program TV, Yalla Shabab, dan program lain di kanal MBC yang merupakan kisah menarik perjalannya bersama Syekh Hamzah Yusuf “A Travel with Shiekh Hamza Yusuf”.
Hamza Yusuf
Hamza Yusuf di Forum Ekonomi Dunia
Hamza Yusuf sendiri merupakan icon Muslim AS yang piawai. Pendiri Zaytuna College, ia adalah tokoh utama studi Islam klasik di AS.  Sebagai penasihat di Pusat Studi Islam pada the Graduate Theological Union in Berkeley, Hamza Yusuf dikenal gencar mempromosikan ilmu-pengetahuan Islami dan metodologi pembelajaran Islam klasik di seluruh dunia. Penasihat pada Center for Islamic Studies di Berkeley, ia juga “One Nation”-nya George Russell. Bersama Ali Lakhani , Nihad Awad, Habib Ali Al-Jufri dan sejumlah tokoh Muslim dunia lainnya, Hamza Yusuf merupakan Salah seorang penandatangan A Common Word Between Us and You, sebuah surat terbuka dari pemikir Islam kepada para pemimpin Nasrani dunia untuk mengedepankan sikap damai dan saling pengertian. Media Inggris  The Guardian menulis bahwa “Hamza Yusuf adalah sarjana Muslim paling berpengaruh di Barat, sedangkan majalah The New Yorker magazine menyatakan bahwa Hamza Yusuf “barangkali merupakan sarjana Muslim paling berpengeruh di Dunia Barat”.

Dalam tayangan program itu, Shugairi menunjukkan betapa negara-negara Eropa telah ‘memberikan pelajaran’ kepada kita tentang nikmatnya persatuan dan saling-pengertian. (Klik videonya di sini).

Belajar Bersatu dari Eropa… 

Rupanya masyarakat Eropa termasuk bangsa yang pandai mengambil pelajaran dari sejarah — sedangkan banyak masyarakat di belahan dunia lain masih harus banyak belajar, karena masih suka saling cerca, berkelahi, atau bahan saling membunuh.

Sehabis Perang  Dunia pertama dan Perang Dunia ke-2, setidaknya 28 negara Eropa yang berbeda agama, ras, politik, dan bahasa, dapat bersatu membentuk Masyarakat Eropa Bersama (European Union), dan 19 di antaranya memiliki mata uang yang sama (Euro). Penduduk antar negara Eropa bebas tinggal dan bekerja di negara Eropa yang lain. Padahal (sekali lagi) bahasa mereka berbeda, agama, aliran, ras, dan suku mereka juga berbeda-beda. Malah, yang menyedihkan, belakangan ini, para pengungsi dari negara berpenduduk Muslim (seperti Syria, Irak, dan Libia) lebih suka mengungsi ke Eropa daripada ke negara Muslim lainnya.

Nah, di perbatasan antar negara-negara Eropa itu, yang ada hanya sekedar garis, atau marka saja (tanpa pagar kawat berduri atau tembok). Sehingga Ahmad Shugairi kagum melihat ada rumah yang separoh masuk wilayah Belanda dan setengahnya lagi masuk wilayah Belgia. Nomor rumah itu pun ada dua: nomor 2 untuk bagian rumah yang masuk wilayah Belgia, dan nomor 19 untuk bagian rumah yang berada di daerah Belanda.

 

Si ibu yg empunya rumah menjelaskan, bahwa berbagai hal yang menyangkut perlakuan dua negara (seperti listrik atau pajak) masing-masing sudah diatur rapi. Sama sekali gak ada permasalahan yang crucial.

Di perbatasan Perancis dan Swiss, Al-Shuqairi menunjukkan tanda pembatas yang hanya berupa marka, dan jenis aspal yang berbeda. Sedangkan kendaraan saling melintas batas secara santai, tanpa masalah… (Saksikan videonya di sini).

[Bila Anda naik kereta, bisa pakai satu karcis untuk berkeliling beberapa negara Eropa, dengan satu karcis saja, dan cukup satu visa].

Sementara itu, sejumlah 22 negara Arab yang mempunyai bahasa sama, agama yang sama, ras yang serupa, sampai sekarang masih saling cakar, saling fitnah, dan saling berperang. Demikian pula dengan banyak masyarakat Muslim di berbagai negara, seolah sulit sekali untuk bersatu, padahal Nabi saw mengatakan, di antaranya, “sesama Muslim saudara, bagaikan satu jasad.”

Mengapa demikian; mengapa kita, sesama Muslimin, sulit bersatu? Mungkin sekali sebab utamanya karena ‘hawa nafsu (ego) kita lebih besar dari akal sehat kita’.

Padahal Allah SWT berfirman (QS 3:103):

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Kurang lebih maknanya sebagai berikut: ‘Berpeganglah kalian bersama-sama pada ‘tali Allah’, dan janganlah saling bercerai berai; dan ingatlah nikmat Allah yang dianugerahkan-Nya pada kalian, ketika kalian saling bermusuhan, maka Dia mendekatkan di antara hati kalian (satu sama lain) sehingga kalian merasakan nikmat (dari)-Nya berupa adanya persaudaraan.’

Ayat di atas adalah bukti, bahwa sesungguhnya ‘persaudaraan’ sesama kita adalah sebuah nikmat dari Tuhan. ‘Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?’

  • Baca juga: Persatuan Umat di Mata Cak Nur, Quraish Shihab, dan Lainnya (klik di sini).
  • Download buku, “Menuju Persatuan Umat“.

Silakan Beri Komentar