Pernahkah Anda “Terjebak”?

Pernahkah Anda (merasa) terjebak? Seperti apa pengalaman Anda? Di bawah ini sedikit cerita saya.

Pada 6 Maret 2023 saya diundang teman ngopi-ngopi. Awalnya mau ketemu di sekitar Kuningan, Jakarta, tetapi kemudian dipindahkan ke sekitar Senayan. Saya pikir tadinya mau ngobrolin soal disertasi. Kebetulan pada saat itu kawan tadi — sebut saja namanya “W” — baru lulus sidang promosi doktor, sedangkan saya sedang mengejar ujian menyusulnya, sehingga maksud saya bisa tanya-tanya soal ujian itu padanya sebagai “kakak kelas.” (Alhamdulillah sejak 16 Agustus lalu saya sudah promosi doktor).

Tetapi di luar dugaan saya ia rupanya mengajak beberapa kawannya, yang belakangan baru saya ketahui bahwa, mereka itu adalah ‘upline‘ W di bisnis MLM yang ditawarkan pada saya. Singkat cerita, mereka pun melakukan presentasi sebuah bisnis yang katanya sangat bagus, produknya berkaitan dengan AI yang sekarang lagi ngetren. Ajakan dengan berbagai bumbu yang sangat menarik itu seolah menghipnotis saya. Dalam waktu relatif singkat, mereka berhasil memasukkan saya ke dalam jaringan usaha yang namanya adalah Talk Fusion. Rasanya saya telah “tersihir”. Sebelumnya saya memang merasa tenang karena adanya kawan W di situ. Juga pada saat diberitahukan ada kawan lain (sesama bekas wartawan) di dalamnya, saya pun sempat menelponnya di depan W. Kawan ex wartawan tadi pun meyakinkan saya. “Udah buruan masuk, segera transfer aja,” katanya dari balik telepon.

Ada sebuah blog dalam bahasa Indonesia yang membicarakan soal Talk Fusion ini. Dibuat beberapa tahun silam, blog atas nama Maxmanroe itu masih terus aktif sampai sekarang, dan menerima komentar banyak orang, pro dan kontra. Klik saja di tautan ini.

Walhasil, saya pun mentransfer uang ke rekening bank swasta yang diberikan “CP,” atasan (upline) W. Ternyata itu nomor rekening seseorang bernama “KS,” bukan nama perusahaan. Jumlahnya sekitar 36 juta rupiah, yakni setara US$ 2.000.

Sebelumnya, pada saat presentasi CP menunjukkan berbagai produk Talk Fusion yang juga tersedia dalam aplikasi “Suite” yang ada di Play Store Android HP kita. Produk yang ada di situ, antara lain adalah video conferencing, aplikasi meeting yang katanya lebih efisien daripada Zoom, dan lain-lain.

Bila melihat berbagai situs Talk Fusion seperti Facebook dan Twitter, tampak ada macam-macam aktivitas, tetapi tidak sebanyak yang diharapkan bagi sebuah perusahaan yang mengklaim dielu-elukan bisa membuat para partner yang bergabung menjadi kaya-raya. Dalam laman Facebooknya, misalnya, lebih banyak berisi propaganda yang mirip company profile perusahaan. Komentar pada konten yang diunggah dari followers (yang jumlahnya 64 ribu) juga rata-rata hanya dua sampai lima saja, kecuali saat ulangtahun Bob Reina, pendiri Talk Fusion pada 31 Mei 2023, yang meraih 17 komentar. Followers Talk Fusion (yang menyebut dirinya sebagai internet company) di Facebook berjumlah 64 ribu. Jangan menyatarakannya dengan raksasa seperti Alibaba atau Amazon yang mengantongi berjuta-juta followers, tetapi bandingkan saja dengan perusahan internet company lain seperti Baidu (China) yang mencapai 177 ribu followers, atau Naver (Korea) yang mengantongi 144 ribu followers. Tidak salah, sebab nama Talk Fusion belum masuk dalam daftar 105 perusahaan internet companies kelas dunia yang disajikan Wikipedia (klik di sini).

Alhasil, saya kemudian meneliti situs Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang sampai hari ini salah satu informasi yang masih bertengger di laman OJK adalah peringatannya mengenai Talk Fusion ini (dimuat dalam mengenai siaran pers OJK yang berjudul), “Satgas Waspada Investasi Perintahkan Talk Fusion Segera Hentikan Kegiatan,” yang bisa dilihat melalui tautan berikut ini.

Halaman Facebook Talk Fusion

Sekitar seminggu sesudah pertemuan 6 Maret itu saya mulai tanya-tanya, dan mencari informasi dari sana-sini. Ternyata di Internet banyak berita negatif soal ini dari berbagai media yang dipublikasikan mulai 2017. Di antara berita itu adalah:

  • Berita di Metro TV ini (tayang pada 13, Oktober 2017) hingga kini telah ditonton 46.485 kali. Judul dalam video yang sudah diunggah di YouTube itu adalah: “Kisruh Investasi Talk Fusion.” Seorang penonton YouTube itu (akun @elge4650) pada dua tahun lalu (yakni 2021) mengatakan bahwa, “Yang paling banyak menjadi korban TF ini justru teman dekat dan keluarga sendiri. Karena teman atau keluarga sendiri, maka jarang ada yang melapor ke polisi melainkan didiamkan saja.
  • CNN, september 2017: Iming-iming Merdu Pepesan Kosong, yang antara lain mengatakan bahwa, produk yang dijual oleh perusahaan asal Amerika Serikat itu tak berfungsi. CNN juga mengutip pernyataan seorang dokter yang mengklaim dirinya menjadi salah satu korban.
  • Detik, 28 Februari 2018: Sejumlah WNI di Melbourne merasa ditipu Talk Fusion (klik di sini). Macam-macam cerita para warga itu, yang intinya semua mengeluh, merasa dihipnotis, ditekan dan dirayu oleh teman yang mengajak mereka bergabung masuk dalam bisnis itu dengan menyetor uang (saat itu) sekitar $ 5.000.
  • Pada 16 September 2017 Merdeka.com, menulis antara lain bahwa, Ratusan orang merasa tertipu investasi MLM Talk Fusion. “Perusahaan yang didirikan di Tampa Florida Amerika Serikat sejak tahun 2007 ini masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 2012 yang dibawa oleh Mario Halim dan Marselinus Halim,” tulis Merdeka. Seluruh kegiatan Talk Fusion diselenggarakan oleh perusahaan Indonesia, V Trust. Lewat pemasaran tersebut para korban dijanjikan mendapatkan keuntungan jika berhasil merekrut anggota baru. Saat itu, Perwakilan korban, Azis Asopari mengatakan dirinya bersama ratusan warga lainnya merasa tertipu dengan investasi yang diikutinya di Talk Fusion. Talk Fusion dikatakannya adalah perusahaan MLM yang menjual aplikasi informasi dan teknologi. Aziz mengatakan, bersama korban lainnya merasa tertipu karena ternyata perusahaan ini belum memiliki izin. Bahkan oleh OJK perusahaan ini dirilis sebagai perusahaan investasi bodong oleh OJK pada Januari 2017 lalu.

Sesudah menerima berbagai informasi dari media dan tanya kanan-kiri, saya pun memutuskan untuk mundur dari Talk Fusion dan minta uang saya dikembalikan. Saya hubungi W dan CP melalui WhatsApp mereka dan menanyakan beberapa, di antaranya: (1) bagaimana caranya agar uang saya dikembalikan; (2) mengapa tidak ada kontrak tertulis semacam terms & conditions yang saya tandatangani; dan (3) mengapa waktu itu saya harus mentransfer uang ke nama pribadi seseorang yang tidak saya kenal (yakni “KS”) dan bukan kepada perusahaan (siapakah orang itu)? Untung bukti transfer uang itu masih saya simpan sampai sekarang. Sangat disayangkan, sampai sekarang ketika saya menulis ini, tetap tidak diberikan jawaban. Yang ada mereka minta saya atur waktu untuk bertemu agar mendapat penjelasan. Saya bilang, “jawablah dulu pertanyaan saya, dan nanti saya akan lihat apakah masih perlu bertemu atau tidak.

Saya bertanya-tanya ketika membaca berita-foto yang diunggah Sindonews (20 November 2017) ini. Di situ disajikan foto ketika Manajer Operasional PT Talk Fusion Indonesia (TFI) Rioavianto Soedarno berbincang dengan dua associate Talk Fusion di sela acara HERO 2017 yang digelar TFI di Econvention, Ancol, Jakarta, Minggu (19/11/2017). TFI sebagai perwakilan Talk Fusion Inc yang menjalankan bisnis penjualan langsung di bidang cloud service secara resmi beroperasi di Indonesia seiring dikeluarkannya Surat Izin Usaha Penjualan Langsung (SIUPL) oleh Kementerian Perdagangan RI pada pertengahan November lalu. << Pertanyaan saya, apakah perwakilan Talk Fusion itu bernama PT TFI, atau PT Teknologi Bumi Indonesia, sebagaimana yang dimuat pada media lain (lihat yang di bawah)?

Berita yang bernada positif juga ada. Misalnya yang ditayangkan Jatimtimes pada 12 Oktober 2022 ini (klik di sini), yang antara lain menyitir ungkapan dari Bob Reina tentang produk baru “Fusion Cloud,” yang merupakan penyimpanan data tak terbatas dan dilengkapi standard keamaman militer. Di samping itu, sebuah berita yang diunggah Liputan6 pada 7 September 2021 ini menunjukkan bahwa PT Teknologi Bumi Indonesia menerima penghargaan MURI pada 9 Agustus 2021, dan diterima Direktur PT Teknologi Bumi Indonesia, Charles. (Ya, namanya hanya ditulis Charles saja, tidak pakai nama belakang atau family name). [Catatan: sebagai mantan wartawan saya heran, “mengapa peristiwa bulan Agustus baru ditayangkan sebulan kemudian?”]

Ada beberapa berita lain yang diunggah Liputan6 terkait Talk Fusion ini. Di samping yang di atas, pada 6 Oktober 2017 media itu menayangkan kabar bahwa Usai OJK, BKPM Minta Talk Fusion Setop Penjualan Produk.

Kemudian, kalau suka bahasa Inggris, dalam review di glassdoor ini, terdapat berbagai pendapat pro yang datang dari “orang dalam” dan penilaian kontra dari orang yang lebih kritis.

Dari Twitter Talk Fusion (29 April 2023): (katanya) 56 % pemimpin keuangan perusahaan (CFO) akan menggunakan video conferencing demi mengurangi perjalanan yang tidak perlu.

Sebagaimana ditulis di atas, sebuah blog dalam bahasa Indonesia yang lumayan kritis membicarakan soal Talk Fusion ini, adalah blog atas nama Maxmanroe. Blog itu dibuat beberapa tahun silam, tetapi sampai kini masih terus aktif menerima komentar banyak orang, pro dan kontra. Diberi judul, “Talk Fusion Indonesia: Bisnis MLM atau Money Game?,” di bawah ini mari kita kutipkan sebagian ulasan yang ada dalam blog itu, antara lain:

Dari sudut pandang pebisnis dan sudut pandang konsumen. Beberapa kekurangan dari bisnis TF ini di antaranya: biaya bergabungnya yang terlalu mahal. Biaya membership yang memberatkan, padahal belum tentu produknya digunakan semua member. Produk yang ditawarkan TF bisa ditemukan pada layanan lain yang dapat digunakan secara gratis dengan kualitas lebih baik. Saya sudah lama STOP menjalankan MLM Talk Fusion. Alasannya, saya sangat kesulitan menjual produk dan bisnis Talk Fusion karena SEMUA teman yang saya tawarkan bisnis ini menganggap produknya kemahalan dan tidak worth it. Selain itu, layanan lain yang punya fitur sama bisa didapatkan secara GRATIS dimana kualitasnya justru lebih baik.  Kesimpulan saya, bisnis ini not recommended untuk orang yang ingin punya bisnis jangka panjang, tapi cocok untuk para oportunis.

Blog Maxmanroe.
halaman blog maxmanroe (klik di sini).

Memed Mahambra menulis bahwa ia pernah ditawari TF dan sempat menghadiri acara BBO (Building Busines Online) di Surabaya. Tiket masuk Rp.70 ribu plus biaya pesawat pp plus biaya hotel totalnya sekitar Rp. 2,5 jutaan. Saya berharap di sana bisa mendapatkan info lengkap ttg produk TF dan manfaatnya. Namun ternyata saya kecewa krn mereka hanya menampilkan keberhasilan dan kehidupan mewah para anggotanya yg “katanya” sdh berhasil dalam bisnis ini. Selanjutnya lihat yang ditulis Memed Mahambra di bawah.

Berikut yang ditulis Memed Mahambra di blog Maxmanroe itu:

  • Pembahasan tentang cara menggunakan produk TF sama sekali tidak disampaikan dalam acara tersebut. Akhirnya saya pulang tanpa mendapatkan gambaran apapun tentang TF kecuali iming2 menjadi kaya raya jika ikut didalamnya.
  • Saya juga beberapa kali meminta kepada teman yg mengajak saya untuk memperlihatkan fitur produk TF dan fungsinya melalui gadgetnya tetapi dia tdk pernah bisa memperlihatkan dengan alasan saat ini belum bisa digunakan krn menunggu era 4G yg menjadi platform produk ini. Dari pengalaman saya tersebut, bisnis TF ini dapat sy simpulkan sbb:
  1. Produk yg ditawarkan MLM ini sifatnya “absurd”. Setelah membayar mahal harga paket dan biaya bulanan, Anda tdk mendapatkan apa2 (bodong). Fitur yg ditayangkan di atas sama sekali tdk terbukti adanya.
  2. Untuk mengembalikan uang, anda terpaksa melanjutkan “kebohongan TF” agar bisa menjerat orang lain (tak peduli teman, kerabat atau siapapun). Jangan heran jika anda mempertanyakan produknya mereka selalu menyuruh untuk bergabung dulu kedalamnya. Bisnis ini sangat kejam dan sadis.
  3. Tentang sistem pembayaran bonus 3 menitan (yg menjadi andalan mereka) dapat saya jelaskan sbb:
    • Rekening yg menampung bonus bukanlah rekening bank yg sesungguhnya tapi hanya rek bayangan (Virtual Account) yg secara legal tetap miliknya Bob Reyna. Anda hanya diberi kewenangan untuk menggunakannya melalui kartu yg diterbitkan oleh Visa.
    • Itulah sebabnya “ting tong” bisa terdengar di gadget anda dlm 3 menit krn “uang bonus” tdk perlu ditransfer tetapi hanya dicatat di dalam Virtual Account tsb. Dana /saldo sesungguhnya tetap ada dlm rek bank a/n Bob Reyna dan sama sekali tidak berpindah atau ditransfer ke rek anda.
    • Dengan sistem ini kontrol atas Virtual Account tsb sepenuhnya ada pada Bob reyna. Artinya bisa dibuka atau ditutup sewaktu-waktu. Perusahaan MLM yang sejati akan meminta nomor rekening bank Anda dikirimkan kepada mereka untuk transfer bonusnya.

Seorang penanggap lain, bernama Frans Umbu Datta, pada 2 Maret 2023 lalu menulis di blog itu (dengan beberapa salah ketik di dalamnya). Berikut ini sebagian petikannya: Yg dimaksuf bekerja di TF “adalah mengumpulkan teman dan sahabat sebanyak-banyak untuk ambil uang mereka dan serahkan kpd Bob Reina, pemilik Talk Fusion [… ] biaya sewa video mail luar biasa mahal [… ] SAYA TELAH TERTIPU DUA KALI. Baru2 ini Jan 2023 krn saya diajak teman saya, saya kehilangan lg 40 juta rupiah,uang hasil keringat yg diperoleh susah paya, hilang bgt sj […] Kartu ATM VISA yg dijanjikan sd saat ini tdk kunjung dtg… Saya adalah tipe org yg sangat sulit “memasarkan“ TF ke org lain krn berat tanggugan moralnya ketika krn saya, org yg tertarik masuk ke MLM TF kemudian merasa saya yg tipu dan kehilangan uang bgt sj. KARENA ITU SAYA TIDAK AKAN REKOMENDASIKAN, KEPADA SIAPAPUN, walaupun katanya sdh ada ijin OJK setelah tahun 2017. Ada ijin atau tidak, ini MLM yg tdk jual produk tp menyewakan produk dg biaya sangat tinggi.