Apakah Engkau Melihat Tuhanmu?

Dia jauh (berjarak) tapi tidak terpisahkan…
Dhi’lib Al-Yamani bertanya kepada Khalifah ke-4, Imam Ali bin Abi Thalib as:

“Apakah engkau melihat Tuhanmu Ya Amiril Mu’minin?”

Sang Khalifah (Ali bin Abithalib ra) menjawab, “Bagaimana mungkin aku menyembah Tuhan yang tak ku lihat?”

Dhi’lib pun bertanya, “Bagaimana engkau melihatNya?”

Imam Ali as pun menjawab secara luar biasa mencengangkan, “Perhatikan wahai Dhi’lib. Mata tidak bisa langsung melihat-Nya, tetapi hati menyaksikan Dia melalui pengetahuan atas realitas yang otentik.

Dan selanjutnya, ini penjelasan murid terbaik Nabi saw itu kepada Dhi’lib:

Dia dikenali lewat bukti bukti yang mengarah pada-Nya, Dia diperikan oleh indikasi-indikasi, Dia tidak bisa dibandingkan dengan kondisi yang ada pada manusia, Dia tidak tersentuh oleh indera.

[Di atas adalah video (durasi 4 menitan): Penting untuk memahami “Siapa dan Bagaimana Tuhan yang kita sembah”, dari penjelasan Imam Ali bin Abithalib as kepada Dhi’lib.

Hai Dhi’lib, Tuhanku dekat dengan segala sesuatu tanpa menyentuhnya secara fisik.

Dia jauh namun tak terpisah, Dia berbicara tanpa perlu berefleksi, Dia mewujud tanpa perlu fisik, Dia membuktikan keberadaan-Nya walaupun mahluk tak diberi-Nya izin melihatNya secara langsung.

Dia terpisah namun tak berjarak. Dia dekat tapi tak kehilangan Keagungan-Nya. Dia berkehendak tanpa punya kepentingan. Dia membentuk dan menjadikan tanpa anggota badan (yg membantu proses ketika Dia menciptakan itu).

Dia mendapatkan keinginan-Nya tanpa kecurangan. Dia begitu halus tapi tak tersembunyi, Dia Maha Besar tapi tak angkuh, Dia Agung dalam Keagungan-Nya. Dia tak bisa dikatakan besar dengan ukuran (tak terukur). Dia Megah dan Indah dalam Kemegahan dan KeindahanNya.

Dia Maha Mendengar tanpa telinga, dan Maha Melihat tanpa mata, Dia Maha Pengampun (suka mengampuni) tanpa menjadikan-Nya lemah.

Dia Ada sebelum yang lain ada, sehingga tiada keberadaan sebelum Dia, dan Dia ada saat yang lain telah tiada, sehingga kata “setelah” tidak bisa disematkan pada apapun selain Dia.

Dia Ada pada segala sesuatu tanpa bercampur, tapi juga tak terpisahkan dari segala sesuatu itu.

Dia Wujud Sejati tanpa perlu mengejawantah Diri-Nya (pada makhluk).

Dia bertindak bukan karena terpaksa.

Dia menentukan tanpa gerakan.

Jangan kalian membatasi-Nya; Dia tidak dibatasi oleh waktu; Atribut-atribut tidak bisa mendefinisikan Dia sebagaimana Dia yang sebenarnya.

Tidur bukan kebutuhanNya, KeberadaanNya mendahului waktu, Keberadaan-Nya juga mendahului ketiadaan, KeabadianNya mendahului semua yang awal.

Dia Penguasa sebelum ada yang dikuasai, Dia Tuhan bahkan kala tiada segala sesuatu untuk bertuhan, Dia mengetahui sebelum ada segala sesuatu untuk diketahui, Dia mendengar saat belum ada segala sesuatu untuk didengar.

Wajah wajah tertunduk dihadapan KeagunganNya. Semua hati terguncang penuh ketakutan pada-Nya, Jiwa jiwa berjuang dengan segala upaya dan keputusasaan namun penuh pengharapan untuk mendapatkan keridhaan-Nya.

***

Bagi yang berminat, dapat menyimak Khutbah Imam Ali ke 179 dalam Nahjul Balaghah, yang memuat sumber yang di atas: klik tautan tulisan dalam bahasa Inggris melalui situs ini.

Simak juga video (6 menit) berikut dari ceramah Sayid Ammar Nakhshavani tentang Tiga (3) Keutamaan Imam Ali as menurut Rasulullah saw: