Kedermawanan Keluarga Nabi saw


Jika ingin melihat kedermawanan (generosity) terbaik, tengoklah keluarga putri Rasulullah saw, Siti Fatimah Zahra (as.) Beliau juga tidak pernah sekalipun berkata-kata yang menyinggung suaminya, Imam Ali as.

Karbala 2
Puluhan juta peziarah di makam Al-Husain (as), putra Siti Fatimah az-Zahra (as) dan Sayidina Ali bin Abithalib (as), di Irak: contoh perjuangan dan kedermawanan.

Saksikan video 7 menitan, ceramah Sayid Ammar Nakshavani ini:

https://youtu.be/YdBz8APaAcs

Di antara yang dikisahkan dalam video di atas:

Suatu ketika Siti Fatimah Zahra (ra) sakit, dan beliau ingin buah delima (pomegranate). Tapi ia tak ingin menyusahkan Sayidina Ali bin Abithalib ra, suaminya.  Namun Ali bilang, apa susahnya sebuah delima? Sesudah memperoleh delima itu (dari hasil bekerja hari itu), Ali membawa sebuah delima untuk isterinya. Di jalan ia berjumpa seorang ibu tua yg sedang sakit. Ali membelah delima itu jadi dua: setengah untuk ibu sepuh itu, dan separuhnya lagi untuk sang isteri di rumah. “Jazaakallah-khairal jazaa,” kata Az-Zahra.

Tidak lama datang sahabat Salman Al-Farisi ra, membawa sembilan (9) delima untuk keluarga Ali.

  • “Tidak mungkin ini dari Rasulullah (saw),” kata Ali kepada Salman.
  • “Mengapa begitu?” tanya Salman.
  • “Karena beliau mengatakan, balasan (jazaa‘) untuk sebuah kebaikan itu sepuluh kali lipat.”

Salman tersenyum, dan memberikan sebuah delima lagi, yang sengaja disembunyikannya (untuk menguji Sayidina Ali ra).

 

Pada kesempatan lain (video di atas menit ke 03;50) Sayidina Ali melihat Siti Fatimah pucat. Ali bertanya kepada Fatimah, “apa yang terjadi, mengapa engkau tidak mau bilang ke saya?

Sayidah Zahra ra menjawab, “Saya tidak ingin menyusahkamu.”

‘Hendaknya, baik suami mau pun isteri mesti menjaga lidah; jangan sampai menyakiti masing-masing pihak,’ kata Sayid Ammar.

Setelah didesak Sayidina Ali, Az-Zahra ra bilang bahwa, tidak ada makanan di rumah…

Ali pergi meminjam uang satu dinar untuk membeli makanan.  Di jalan Sayidina Ali berjumpa dgn sahabat Miqdad ra, yg awalnya menghindar. Setelah didesak, Miqdad bilang bahwa ia _bokek_, tidak ada sedikit pun uang sementara anak-anakku lemas (sakit), kurang makan. Begitulah keluarga yg penuh pengorbanan (sacrifice). Setelah solat magrib di Masjid, Rasulullah saw memanggil Ali, dan mengatakan bahwa nanti beliau ingin makan malam di rumah Ali ra.

Gundah, sesegera sampai rumah Ali mengabari Siti Fatimah ra tentang rencana ayahnya yang akan berkunjung untuk makan malam.

Periwayat kisah itu menulis bahwa az-Zahra’ pun berdoa, “Ya Allah ketika Isa putra Mariam berdoa, Rabbanaa Anzil ‘alainaa maaidatan minas samaa‘, Engkau turunkan hidangan dari surga. Dan aku Fatimah, putri Nabi-Mu, mohon (agar Engkau) berikan makanan untuk ayahku.” Periwayat cerita itu mengatakan, tidak lama turun malaikat Jibril dengan membawa sejumlah makanan yg tidak saja cukup bagi Rasulullah saw, tapi juga bagi orang-orang lain.

Keluarga AhlulBait ini memang contoh par-excellent untuk kebaikan. Ingat ayat “wayuth’imuun at-to’aama alaa hubiihi yatiiman wa miskinan wa asiira…” (Q.S. Ad-Dahr/Al-Insan 5-12), ketika Siti Fatimah ra memberikan seluruh makanan mereka kepada 3 tamu yang berkunjung ke rumah mereka; dan itu bukan satu-satunya kejadian, melainkan peristiwa itu terus berulang setiap waktu, setiap tahun. Semuanya menunjukkan betapa dermawannya keluarga Nabi saw.

Catatan:

Untuk kisah 3 tamu Siti Fatimah (yang disebut dalam S. Al-Insan) itu, silakan baca di sini: http://bit.ly/30pSoLi

One thought on “Kedermawanan Keluarga Nabi saw

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s