17 Tuduhan terhadap Syiah


Sudah lama Syiah menjadi ‘terdakwa’ atas berbagai macam hal yang membuatnya tersudut. Di antara tuduhan itu, berikut adalah 17 di antaranya.

Tapi sebelum kita meninjauhnya lebih jauh, mari kita ulas beberapa prinsip di bawah ini. Untuk memudahkannya, ulasan di bawah disediakan dalam bentuk pertanyaan.

1. Pertama, apakah kita sepakat bahwa Al-Qur’an dijamin dan dijaga Allah dari segala penambahan dan pengurangan? Dan kalau ada anggapan bahwa seseorang atau sekelompok orang menyatakan bahwa Syiah memiliki Al-Qur’an lain, apakah anggapan ini tidak menentang jaminan Alllah tersebut? Bukankah Allah berkali-kali dalam Al-Qur’an menantang siapa saja untuk mendatangkan ‘suatu bacaan’ yang dapat menyerupai atau menandingi Al-Qur’an? Dan jika kita yakin dengan jaminan Allah, dan memang kita mesti dan wajib yakin, bukankah memunculkan keragu-raguan semacam ini adalah bagian dari waswas syaithanil khannas untuk melemahkan keyakinan kita terhadap keterjagaan Al-Qur’an dari segala kemungkinan dikurangi atau ditambahi apalagi disaingi sepenuhnya?

Quran_by_Imam_ali
QUR’AN yang ditulis Ali bin Abithalib as, kini tersimpan di Museum Masyhad, Iran.

2. Kedua, bukankah Sunnah Nabi yang shahih adalah rujukan dan sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an? Saya tekankan sekali lagi: yang shahih. Jika memang demikian, apakah mungkin suatu hadis, betapapun kuat matan dan sanadnya, dapat dianggap shahih bila bertentangan dengan Al-Qur’an? Jika tidak, maka semua matan dan sanad hadis yang menyatakan ada Al-Qur’an lain selain yang dipegang dan dibaca oleh lebih dari 1,8 milyar penduduk Muslim dunia ini wajib dianggap tidak shahih atau palsu (maudhu‘). Lantas, bila ada hadis yang dianggap shahih bertentangan dengan ayat yang valid (sharih), apa yang mesti dilakukan?

3. Ketiga, apakah ada orang yang pernah membaca atau mendengar sendiri dari seorang imam, ulama Syiah atau pengikut Syiah yang mengatakan bahwa seluruh hadis dalam ‘Ushul Al-Kafi’ (kitab hadis Syiah) itu semuanya shahih? Apakah ada yang pernah membaca atau mendengar buku berjudul ‘Shahih Al-Kafi’? Jelas tidak ada. Bahkan, seluruh kaum Muslim di dunia sepakat bahwa, selain nash Al-Qur’an, semua dapat dikritik dan diragukan keshahihannya. Penulis Ushul Al-Kafi, Al-Kulaini, sendiri dalam pengantar Al-Kafi telah menegaskan prinsip yang telah disebutkan di butir kedua di atas, yakni, “apa saja yang dianggap bertentangan dengan Kitab Allah haruslah dibuang dan dianggap maudhu’“. Maka itu, aneh kalau lantas dia sendiri dianggap meyakini Al-Qur’an yang dia yakini harus dijadikan rujukan kemudian dituduh secara sewenang-wenang meyakini ada Al-Qur’an lain. Sayangnya, sebagian orang memang membaca Al-Kafi tanpa menghiraukan pesan (wanti-wanti) Al-Kulaini di pengantar kitabnya itu.

4. Keempat, Islam adalah agama yang dimulai dengan ucapan La Ilaha IllaLLAH Muhammad RasuluLLAH. Siapa saja yang telah mengucapkannya secara lahiriah berhak dianggap Muslim dengan hak-hak yg sempurna dan tidak boleh dibunuh. (Lihat Al-Jami’ Al-Shahih, Imam Muslim, cetakan edisi revisi, Dar Al-Fikr, Beirut, Juz 1 hal. 66). Tidak ada satu ayat Al-Qur’an maupun Hadis Shahih yang membolehkan atau memberi hak kepada siapa saja untuk menjadi hakim untuk menilai kekafiran Muslim yang lain. Bahkan, Islam dengan jelas menyatakan bahwa seseorang dihukumi berdasarkan lahiriahnya. Mau orang itu ber-taqiyah atau menyembunyikan apapun di dalam hatinya, selama dia masih menyatakan keesaan Allah dan bahwa Nabi Muhammad (saw) adalah Rasul Allah terakhir, maka dia wajib dihukumi sebagai seorang Muslim.

Kuburan Nabi Muhammad saw (foto tahun 1920-an)
Makam Nabi Muhammad saw (foto lama).

5. Kelima, saat menyuruh kita berdakwah, Allah dengan tegas menyatakan bahwa, ‘hanya Dialah yang paling mengetahui siapa di antara makhluk yang paling mendapat petunjuk’ (QS An-Nahl: 125): “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu (Dia)-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Maksudnya, pendakwah yang sudah dianggap berilmu pun tidak berhak mengklaim dirinya ‘paling benar’, apalagi orang biasa yang tidak berilmu. Bahkan, dalam surat Saba’ ayat 24-25 Al-Qur’an menyebutkan adab Baginda Rasulullah dalam berdialog dengan orang musyrik: Katakan: “Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata ** Katakanlah: “Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”.” Ayat ini menegaskan bahwa seorang Nabi yang mendapat petunjuk Allah di saat menghadapi musuh harus menunjukkan sikap menerima kemungkinan salah, karena memang itulah tanda makhluk dan hamba di hadapan kesempurnaan Allah yang tidak terbatas.

6. Keenam, pendapat yang harus diterima dari suatu mazhab adalah pendapat jumhur, bukan satu dua ulama, apalagi seorang pengikut awam. Oleh sebab itu, tuduhan adanya hadis-hadis yang dianggap sebagai sumber adanya tahrif (perubahan Al-Qur’an) dalam ‘Al-Kafi‘ telah dijelaskan panjang lebar oleh jumhur ulama Syiah.

7. Ketujuh, tidak ada satu majlis ulama di dunia Islam atau lembaga keilmuan Islam yang diakui yang secara resmi menyatakan Syiah sebagai ‘sesat’, sebagaimana halnya Ahmadiyyah. Orang Syiah diperbolehkan haji dan negara berpenduduk Syiah seperti Iran masuk dalam anggota Organisasi Konferensi Islam. Kalau sebagian orang di Indonesia merasa lebih hebat dan lebih menguasai kitab-kitab Syiah melebihi ulama Al-Azhar, ulama Madinah, atau ulama negara-negara Islam lain dan menyatakan bahwa Syiah merupakan mazhab yang sesat, maka jelas sebagian orang Indonesia itu patut dianggap ‘keluar dari jumhur’ dan pantas dianggap sebagai syadz. Bahkan, mereka jelas keluar dari ‘Ahlus Sunnah wal Jamaah‘ yang ‘menekankan kesatuan pada jamaah dan pendapat jumhur‘.

8. Kedelapan, tidak semua pendapat ulama Syiah benar dan shahih. Malah pendapat sebagian ulama Syiah telah disalahkan oleh ulama Syiah yang lain; dan itu biasa saja, sebagaimana juga terjadi dalam semua mazhab Islam lainnya. Karena pendapat ulama adalah ijtihad yang bisa salah dan bisa benar.

Foto para habaib zaman dulu
Sebagian foto Habaib — ulama keturunan Nabi saw yang berperan dalam dakwah di Indonesia.

9. Kesembilan, mengambil suatu pernyataan di luar konteks, apalagi dengan tujuan untuk mengaburkan pandangan utuh seseorang adalah perbuatan yang salah.

17 Alasan Ulama Islam Mengkafirkan Kaum Syiah

SEJUMLAH tujuh belas (17) doktrin Syi’ah yang selalu mereka sembunyikan dari kaum Muslimin sebagai bagian dari pengamalan doktrin taqiyah (menyembunyikan Syi’ahnya).

—Taqiyah itu adalah suatu praktik dan sikap yang dibenarkan> rujuk Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 28:“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali  dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti (tuqatan) dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” Jadi, memelihari diri dari sesuatu yang ditakutkan adalah sikap yang dibenarkan oleh Al-Qur’an. Apakah ada yang merasa dirinya lebih baik dan lebih mulia daripada sikap orang Mukmin yang disebutkan dalam ayat di atas?

Ke-17 (tujuh belas) doktrin ini terdapat dalam kitab suci Syi’ah:

—-kitab suci Syiah hanyalah Al-Qur’an yang telah dijaga Allah selama-lamanya.

1. Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).

Jelas Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah SWT QS: Al-A’raf 7: 128, “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa yang Dia kehendaki”. Kepercayaan Syi’ah di atas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para imam Syi’ah dengan Allah dan doktrin ini merupakan aqidah syirik.

Jawab: Tolong berikan nomor hadis dan teksnya supaya kita bisa mengerti konteksnya bersama-sama. Namun, jika kita memahami surat Al-A’raf ayat 128 itu, maka di situ ditegaskan bahwa Allah berhak memberikan seluruh bumi ini kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Artinya, apabila Allah berkehendak demikian, maka terjadilah apa yang Dia kehendaki.

2. Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).

Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang berdusta atas nama Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan Ali sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum muslimin dan kesucian aqidahnya.

— Tolong sekali lagi berikan nomor hadis dan teksnya supaya kita bisa mengerti konteksnya bersama-sama. Kalau ada teks arabnya mungkin bisa dicari di internet. Namun demikian, wajib ditegaskan bahwa apapun yang bertentangan dengan Al-Qur’an jelas keluar dari kebenaran. Apabila hadis itu tetap dianggap shahih oleh ahli-ahli hadis, maka maknanya harus ditakwilkan sehingga tidak bertentangan dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an menyebutkan istilah takwil dalam beberapa ayat, misalnya, Ali Imran ayat 7 dan An-Nisa ayat 59. Metode takwil bukan saja diakui oleh ulama Syiah, tapi juga oleh ulama Sunni seperti Syaikh Ibn Taymiyah, sebagaimana yang ditulis dalam At-Tafsir Al-Kabir, juz 2, hal. 88-114 cetakan Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, tahun 1988.

3. Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).

—-Selama Allah tetap diesakan dan dianggap sebagai satu-satunya Dzat Pencipta yang mewujudkan segala sesuatu dan memiliki dan menguasai segala sesuatu dan meyakini bahwa apapun yang Allah kehendaki bisa terjadi, maka itu tetap dapat dianggap sebagai beriman kepada Allah. Jadi, kalau memang hadis ini shahih, hadis ini harus ditakwilkan agar sesuai dengan prinsip tauhid di atas. Takwilnya sama saja dengan takwil terhadap istilah Baytullah (Rumah Allah). Maksud Rumah Allah itu jelas beda dengan rumah makhluk, karena Allah tidak dibatasi oleh ruang. Kalau semua Muslimin bersepakat bahwa Ka’bah adalah Rumah Allah, apakah mereka semua menjadi kafir?! Kemudian, dalam Al-Qur’an disebutkan soal ‘tangan Allah’. Apakah maknanya sama dengan tangan manusia? Dalam hadis Imam Bukhari ada ungkapan bahwa, “YaduLLAH ma’al jama’ah” (tangan Allah bersama jamaah). Apakah makna tangan ini sama dengan tangan manusia? Atau pertolongan? Jadi, semua kata yang dipakai di sini harus diartikan sebagai kinayah. Makna “wajah”, “tangan”, “mata” Allah dalam hadis-hadis tersebut sama (mirip) dengan yang dijelaskan Ibn Al-Atsir dalam bukunya yang berjudul ‘Al-Nihayah fi Gharib Al-Hadits’.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul Kaafi, hal. 84).

—-Soal membagi surga dan neraka itu sebenarnya bisa merujuk pada hadis shahih Muslim yang menyatakan bahwa tidak mencintai Ali kecuali Mukmin (masuk surga) dan tidak membencinya kecuali munafik (masuk neraka). Lihat: Al-Jami’ Al-Shahih, Imam Muslim, cetakan edisi revisi, Dar Al-Fikr, Beirut, Juz 1 hal. 61.

Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi, hal. 278).

—-Hadis ini sebenarnya semakna dengan ayat dalam surah Ghafir (40) ayat 60: Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [1327] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. Bukankah ayat ini menyatakan keniscayaan diterimanya doa dan permintaan kita oleh Allah, sehingga berarti keinginan kita menjadi keinginan Allah?!

4. Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).

—Jika Allah menghendaki demikian, maka pasti hal ini bisa terjadi.

5. Para imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).

—Jika Allah menghendaki demikian, maka pasti hal ini bisa terjadi.

5. Allah itu bersifat bada‘ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan tetapi para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi (Ushulul Kaafi, hal. 40).

Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husain bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka (Syiah), Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah, Allah bersifat bada‘ (Ushulul Kaafi, hal. 232).

Jawab: Mohon menyebutkan hadisnya secara lengkap. Karena dalam hadis itu dijelaskan bahwa beliau mengetahuinya dari kitab Allah. Kemudian, maksud bada’ bukan sebagaimana tuduhan di atas, melainkan bahwa sebagaimana bunyi ayat 39 Surat Ar-Ra’ad: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

6. Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (Bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk mentaati imam Syi’ah, tidak boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran) Allah atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).

—Jika Allah menghendaki, maka pasti semua itu dapat terjadi.

7. Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).

—Mohon lengkapkan hadisnya supaya tidak kehilangan konteks yang dimaksudnya. Kalau yang dimaksud bahwa ada kesamaan di antara Nabi dan para imam dalam soal-soal tertentu, maka itu benar, karena Allah juga sudah meminta para nabi mengatakan demikian dalam ayat terakhir surat Al-Kahfi. Tapi kalau yang dimaksud sama-sama menerima wahyu, maka jelas itu keliru dan tuduhan yang salah.

Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali, Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal. 109)

—-Ini sesuai dengan bunyi ‘Hadis Kisaa’ yang juga diterima oleh ulama Ahlus Sunnah.

8. A. Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah (Ushulul Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Al-Qur’an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat Al-Qur’an An-Nisa’: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Ya ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuran mubiinan“. (Fashlul Khitab, hal. 180).

—-Ini tuduhan keliru dan menunjukkan si penuduh meragukan janji Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

8. B. Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushul al-Kafi, hal. 671).

—-Ini tuduhan keliru dan menunjukkan si penuduh meragukan janji Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Lagipula, dalam kitab-kitab ulama Syiah telah dijelaskan tuntas bahwa seluruh hadis yang menunjukkan makna-makna sebagaimana di atas harus ditakwilkan dengan cara yang tidak bertentangan dengan akidah tentang kemustahilan Al-Qur’an dapat ditambah atau dikurangi.

9. Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh Muhammad Baqir Al-Majlisi).

—-Ini jelas tidak benar dan bukan pandangan umumnya ulama Syiah.

10. Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang melakukan kawin mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Tafsir Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani).

—-Nikah mut’ah memang dihalalkan dalam Syiah dengan berbagai persyaratannya. Namun tuduhan di atas tidaklah benar. Kalau benar Al-Kasyani menyatakan demikian, mohon disebutkan teks arabnya secara lengkap.

16. Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka (Syiah), Imam Ja’far berkata kepada temannya: “Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika Engkau sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh Abu Ja’far Muhammad Hasan At-Thusi).

—Harus selalu diingat bahwa semua yang bertentangan dengan ayat yang jelas wajib dibuang. Dari manapun datangnya. Tapi, untuk diskusi lebih lanjut, mohon tunjukkan hadisnya secara lengkap, supaya tidak semata-mata menjadi bahan fitnah. Karena kalau hadis dipotong-potong, maka jelas pemahaman akan rusak.

17. Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum Hari Kiamat. Imam Mahdi sebelum Hari Kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang ini akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).

—Sekali lagi mohon disampaikan hadis lengkapnya. Kalau pun ada pandangan seperti ini, maka ini bukan pandangan jumhur ulama Syiah. Apalagi sekarang jelas ada fatwa yang mengharamkan seluruh pengikut Syiah untuk menodai semua simbol yang diagungkan oleh Muslimin (dari mazhab apa pun).

Ketujuhbelas doktrin Syi’ah di atas, apakah bisa dianggap sebagai aqidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw. dan dipegang teguh oleh para Sahabat serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi’in hingga sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN aqidah Syi’ah ini, maka dia termasuk Kafir.

Semua kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, upaya-upaya Syi’ah untuk menanamkan kesan, bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah dusta dan harus ditolak tegas.

—-Jelas bahasa tuduhan seperti di atas tidaklah tepat. Tidak perlu orang memaksa orang lain untuk menyatakan bahwa keyakinannya adalah seperti yang dituduhkan si penuduh di atas, padahal dia tidak meyakini hal-hal sebagaimana yang dimaksudkan si penuduh. Orang tidak boleh menghukumi apa yang dalam batin dan hati orang lain. Yang dapat dihukumi adalah apa yang dinyatakannya dengan lisannya secara tegas. Sudah pada tempatnya bila kepada penuduh diminta untuk menyebutkan ayat atau hadis yang membolehkan orang mengkafirkan orang lain, dengan menunjuk individu tersebut dan menyatakan: Engkau kafir. Malah sebaliknya ada hadis-hadis yang melarang perkataan-perkataan seperti itu, karena hanya akan menimbulkan permusuhan. Dan yang suka menimbulkan permusuhan adalah Setan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am (91): “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” Apalagi, Allah telah mengingatkan kita untuk tidak menghina mereka yang jelas-jelas menyembah selain Allah (QS. Al-An’am: 108), apalagi bagi mereka yang justru jelas menyembah Allah dan mengagungkan nama-NYA di tiap tempat.

Wallahu a’lam.

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s