Imam yang Syahid di Mihrab


Setiap memasuki hari ke-19 sampai ke-23 bulan Ramadhan mayoritas umat Islam akan mengenang peristiwa besar yang terjadi pada tahun 40 Hijriah. Berikut ini kisah singkatnya.

Tulisan seni kaligrafi 'Ali bin Abithalib': sang Singa Allah
Tulisan seni kaligrafi ‘Ali bin Abithalib’: sang Singa Allah

Mirip Nabi saw, akhlak Imam Ali bin Abithalib (as) sungguh luhur. Saat itu kepalanya baru saja ditebas pedang. Racun di badannya mulai menjalar. Dalam masa perawatan sebelum kematiannya, keluarga Ali memberinya susu. Ketika diberi semangkuk susu untuk menetralkan racun di tubuhnya, Imam hanya meminum setengahnya. Ia menyisakan separuhnya lagi. “Berikan (sisa) susu ini kepada orang asing yang ada di penjara. Perutnya kosong,” katanya.  Seorang yang hadir di situ bertanya, “Siapa orang asing di penjara itu, wahai Imam?” Beliau menjawab, “Orang yang telah berusaha membunuhku, Ibnu Muljam.”

Mari mengenang sejarah sahabat Nabi saw. Sesungguhnya dari sekian banyak sahabat Nabi saw, yang paling banyak kita kenal adalah empat sahabat besar, yakni Abubakar ra, Umar ra, Usman ra dan Ali ra – yang keempatnya kemudian popular sebagai Khulafa’-ur- Rasyidin.

Dari ke-4 sahabat besar itu, tiga yang terakhir ternyata wafat terbunuh: Khalifah Umar ra, Khalifah Usman ra, dan Khalifah Ali ra. Sahabat Usman ra (memerintah mulai tahun 644 sd 656 M) dibunuh di rumahnya, di Madinah, oleh pemberontak dan pengacau, setelah sebelumnya dikepung selama 40 hari. Sayidina Usman, yang dikenal sebagai saudagar kaya yang dermawan (dan menurut sebagian sejarawan pernah menikahi dua putri Nabi saw) itu syahid pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H (656 M). Dampak peristiwa terbunuhnya Usman itu kemudian berjalan cukup pelik; terjadi fitnah di sana-sini.

Setelah Usman ra meninggal, pengganti beliau adalah Ali (ra). Sayidina Ali yang sepupu dan sekaligus menantu Nabi saw  itu juga dibunuh saat melaksanakan solat subuh di masjid Kufah, Irak. (Ali yang dipukul pedang Ibnu Muljam pada 19 Ramadhan 40 H itu kemudian wafat tiga hari setelah peristiwa itu (pada 21 Ramadhan).

Berhubung tragedi pembunuhan Imam Ali berlangsung pada 10 hari-hari terakhir bulan Ramadhan ini, maka layak kiranya kita simak kisahnya berikut ini:

Suatu hari pada bulan Ramadhan, Imam Ali menatap kedua putranya, Hasan dan Husain. Pandangan matanya lembut dan syahdu. Mata yang dihiasi  bulumata indah dan alis yang tebal itu berbinar, penuh cahaya kasih namun tetap tegas. Ali menengadah seolah membaca tulisan di langit tentang berbagai peristiwa yang akan menimpa mereka, termasuk  tragedi yang akan segera dihadapinya. Sebagaimana dinubuatkan Nabi saw, Imam Ali sendiri memprediksi bahwa beliau akan dibunuh oleh orang yang pernah bekerja padanya. Orang itu belakangan diketahui, tak lain adalah Abdurrahman bin Muljam, seorang dari kelompok ‘khawarij‘ yang konon juga hafidz Qur’an .

Hiasan kuno dengan Ayat Kursi, beberapa Asma Tuhan, dan kata-kata yang menyebut nama Ali bin Abithalib, serta lambang pedang Dzulfiqar.  Diduga benda antik buatan India abad ke 19.
Hiasan kuno dengan Ayat Kursi, beberapa Asma Tuhan, dan kata-kata yang menyebut nama Ali bin Abithalib, serta lambang pedang Dzulfiqar. Diduga benda antik buatan India abad ke 19.

Pada 19 Ramadan 40 H, seperti hari-hari biasanya, Imam Ali as pergi ke masjid di Kufah untuk solat subuh. Seperti telah mendapat firasat, Imam meminta kedua putranya, Hasan dan Husain, untuk melaksanakan solat subuh mereka di rumah saja, padahal biasanya mereka menyertai sang ayah solat berjamaah di masjid.

  • Imam Ali The Movie: Saksikan film tentang Sayidina Ali (klik di sini)
  • Ceramah Abdal Hakim Murad dari Cambridge Muslim College (UK): Paradigms of Leadership. Jika ingin tahu, perhatikan mulai menit ke-58 ketika ada pembahasan tentang wanita yang ingin dinikahi Ibn Muljam minta mas kawin yang di dalamnya termasuk pembunuhan Imam Ali.
  • Baca juga: Wasiat Terakhir Imam Ali

Gulita di langit Kufah masih kelam. Waktu fajar belum hendak merekah, tapi malam sudah menggelinding. Tidak seperti biasa, terdengar burung-burung berkicau di rumah Imam Ali. Suara mereka nyaring. Saat dini hari itu Imam Ali sedang beranjak keluar dari rumahnya.  Seorang pembantu Imam mencoba mengusir burung-burung itu, namun Imam melarangnya. “Biarkan mereka… Mungkin saja kicauan mereka merupakan ratapan firasat atas kematianku,” kata Sayidina Ali as.

Lukisan Imam Ali bin Abithalib as
Lukisan Imam Ali bin Abithalib as

Bahkan sejak jauh hari sebelumnya, Nabi Muhammad saw telah menubuatkan kesyahidan Imam as. “Wahai Ali! Kulihat di depan mataku janggutmu memerah tercelup darah,” kata Nabi waktu itu. 

Saksikan video film pendek Perang Khandaq, saat duel Imam Ali as melawan Amr bin Abdi Wudd (durasi 7 menitan: klik di sini).

Tiba di masjid, Imam membangunkan beberapa orang yang tidur di sana, lalu melantunkan azan. Di antara mereka yang dibangunkan oleh Imam adalah Abdurrahman bin Muljam. Ia tidak segera bangun ketika Imam membangunkannya dan berusaha menyembunyikan sesuatu di balik bajunya.

Maka, ketika Imam hendak mulai mengimami solat, Ibnu Muljam berpura-pura ikut shalat dan berdiri tepat di belakang Imam.

Lalu ketika Imam sedang menggerakkan tubuh untuk bersujud, Ibnu Muljam menarik pedang beracun dari balik bajunya, dan memukulkannya tepat mengenai kepala Imam.

Ibnu Muljam sebenarnya pernah dipekerjakan oleh Imam sebagai pembantunya. Suatu saat, Imam pernah berkata kepadanya, “Hai Ibnu Muljam, akhir hidupku adalah di tanganmu.”  Pada kesempatan itu, Ibnu Muljam berkata, “Jauhkanlah hal itu dariku, wahai Imam! Lebih baik tanganku lumpuh daripada aku harus melakukan tindakan seperti itu.”

Ibnu Muljam kemudian meminta agar ia dihukum mati, tapi Imam menolak. “Bagaimana aku harus menjatuhkan hukuman mati padamu, sementara kamu tidak melakukan kejahatan. Zalimlah aku jika aku memenjarakanmu atau membunuhmu, sementara kamu belum berbuat kesalahan,” jawab sang Khalifah.

Imam pun bersimbah darah di tempat sujudnya, lalu dibawa ke rumah, dirawat dan diobati sebagaimana mestinya. Namun, meski dalam penderitaannya, Imam selalu menunjukkan teladan suci Ahlulbait as. Imam senantiasa memberikan nasihat dan petunjuk ke arah kebenaran dan kebajikan, dan mengajak pada ketaatan kepada Allah. (Beliau wafat tiga hari setelah peristiwa pembunuhan itu).

Imam selalu menunjukkan akhlak mulianya. Ketika diberi semangkuk susu untuk menetralkan racun di tubuhnya, Imam hanya meminum setengahnya. Lalu beliau berkata, “Berikan susu ini kepada orang asing di penjara. Perutnya kosong.” Seseorang bertanya, “Siapa orang asing di penjara itu, wahai Imam?” Beliau menjawab, “Orang yang telah berusaha membunuhku. Ibnu Muljam.”

Bendera Islam asal China; Imam Ali direpresentasikan dengan gambar singa, dan pedang Dzulfiqar (Buatan abad 18-19 M).
Bendera Islam asal China; Imam Ali direpresentasikan dengan gambar singa, dan pedang Dzulfiqar (Buatan abad 18-19 M).

Simak juga Video ini:

  • Imam Ali as Menjelaskan tentang Tuhan: Video dalam bahasa Inggris.
  • ‘Tentang Ali dan Sahabat-sahabat Nabi SAW’: ceramah ulama Syiah Sayed Ammar Nakshawani.

Selama kekhalifahannya yang berlangsung hampir empat tahun sembilan bulan, Imam Ali as selalu berpegang pada Sunnah Rasulullah Saw, serta melakukan berbagai gerakan spiritual dan pembaharuan. Beliau mulai melakukan reformasi di sana-sini. Tentu saja reformasi yang dijalankannya banyak yang bertentangan dengan kepentingan pihak-pihak tertentu yang telah menikmati keuntungan pribadi. Akibatnya, pihak-pihak tersebut bereaksi keras dan melakukan penentangan, bahkan pemberontakan dengan berbagai dalih.

Baca juga:

Memang dalam masa kepemimpinannya, kondisi dunia Islam sedang centang perenang akibat adanya ulah sementara oknum yang berhasil mengacaukan situasi di tengah rakyat yang sebagiannya melupakan Islam yang dibawa Rasulullah saw. Bagaimana pun, harus dicatat bahwa Ali  berhasil menorehkan prestasi di berbagai bidang. Keadilan dan sikap istiqamahnya merepresentasikan keindahan akhlak Nabi Muhammad Saw dan Islam, terutama bagi generasi muda.

Quote tentang Ali bin Abithalib oleh Kofi Annan (mantan Sekjen PBB).
Quote tentang Ali bin Abithalib oleh Kofi Annan (mantan Sekjen PBB).
Di antara keutamaan Imam Ali as: Orang pertama yang lahir di Ka’bah;  Orang pertama yang menawarkan perlindungan kepada Nabi saw di rumahnya;  Lelaki pertama yang masuk Islam;  Yang pertama memimpin solat, setelah Nabi saw; Yang pertama berdiri di garis depan Jihad.; Yang pertama menerima perintah-perintah dakwah dari Nabi saw;  Orang pertama yang mengkompilasi dan mengkodifikasi Al Quran; Orang pertama yang digelari sebagai ‘saudaraku oleh Nabi saw dan pada tiap kesempatan (beliau dipanggil dengan sebutan ‘akhi’ (saudaraku); Yang pertama mengurus penguburan Nabi saw; Orang pertama (dan satu-satunya) yang tidur di ranjang Nabi saw pada malam hijrahnya beliau ke Madinah; Yang pertama ditunjuk sebagai komandan pertempuran ketika Nabi saw sendiri tidak berada di (perang) situ.
QUR'AN yang ditulis Ali bin Abithalib as, kini tersimpan di Musium Masyhad, Iran.
QUR’AN yang ditulis Ali bin Abithalib as, kini tersimpan di Musium Masyhad, Iran.

Sebagai pemimpin, hidupnya sangat bersahaja dan rendah hati, serta jauh dari kemegahan dan kemewahan. Beliau tidak pernah mendukung teman atau relasi dan keluarganya yang merugikan orang lain.

Meski berbagai kesulitan dan beban berat terus mendera sepanjang hidupnya, namun Imam meninggalkan warisan intelektual yang amat berharga bagi umat Islam. Lebih dari 10.000 kata bijaksana dalam berbagai tema, baik intelektual, keagamaan, maupun sosial, yang telah dicatatkan. Beliau menggagas kaidah-kaidah tatabahasa Arab dan meletakkan dasar bagi sastra Arab. Beliau adalah orang pertama dalam Islam yang menyelesaikan masalah-masalah metafisika dengan menggabungkan kekuatan intelektual dan demonstrasi logis. Beliau juga dipandang sebagai guru, baik bagi kalangan ulama fikih maupun kaum sufi, dan guru pertama dalam teologi, serta tafsir dan qira’at Al-Quran.

Tiga hari Imam as terbaring dan sakitnya semakin parah. Akhirnya, pada Jumat 21 Ramadhan 40 H, ruh sucinya meninggalkan jasad ragawi untuk bertemu dengan Kekasih Sejati yang selalu dirindukannya. Dia telah syahid di mihrab (Masjid)-nya. Setelah dimandikan dan dikafani oleh kedua putranya, jenazah pemimpin kaum miskin itu dibawa ke Al-Ghari di Najaf dan dikuburkan di sana.

Lukisan Pelantikan Imam Ali as bersama Nabi saw di Ghadir Khumm . (Investiture of Ali - Edinburgh)
Lukisan Pelantikan Imam Ali as bersama Nabi saw di Ghadir Khumm . (Investiture of Ali – Edinburgh)

Sesuai dengan wasiatnya, pemakaman dan kuburan Imam dirahasiakan karena khawatir musuh-musuh yang membencinya akan berbuat zalim terhadap jasadnya. Orang-orang yang mengantar pun segera menghapus jejak mereka. Selama beberapa abad, kuburan Imam Ali as tetap menjadi misteri sampai ketika cucu beliau, Imam Ja’far al-Shadiq as, menunjukkan di mana lokasi persisnya. Sejak saat itu, kaum Muslim mulai ramai berziarah ke sana.

Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’uun.

Di antara wasiat terakhirnya sebelum wafat, Imam Ali menasihati, antara lain:

Hilangkan semua perbedaan, dan jagalah selalu tali persatuan (ukhuwah). Aku pernah mendengar  Nabi saw: “Menyambungkan perbedaan (silaturahim) lebih tinggi nilainya daripada semua solat dan segala (jenis) puasa.”

Tuhan, tolonglah kami agar mampu meneladani kehidupan suami Siti Fatimah (as) itu.

 

3 thoughts on “Imam yang Syahid di Mihrab

      1. Terima kasih atas informasinya. Menurut informasi yang saya dapat di Wikipedia ini, gambar bendera tersebut bertuliskan keterangan sbb:
        “Cotton banner with Arabic calligraph, with the Zulfiqar and Ali represented as a lion (dated to the late 18th or the 19th century), possible Chinese influence.” Silakan merujuk pada Wikipedia ini: https://en.wikipedia.org/wiki/Zulfiqar
        Jadi barangkali memang ada pengaruh Cina (pada abad 18 atau 19) di bendera itu — atau barangkali yang ada di Cirebon mendapat pengaruh Cina. Salam dan sekali lagi terima kasih.

        Like

Silakan Beri Komentar