Melanjutkan premis bahwa Islam ‘lebih mementingkan urusan sosial’ daripada urusan ritual itu (lihat posting sebelum ini), berikut tambahan beberapa alasan lain:
- Bila urusan Ibadah (mahdhah) bersamaan dengan urusan Muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan). Contoh: dalam Kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim ada hadis dari Anas bin Malik bahwa, Nabi saw berkata: ‘Aku sedang salat dan aku ingin memanjangkannya, tetapi aku dengar tangisan bayi. Aku pendekkan salatku, karena aku maklum akan kecemasan ibunya karena tangisannya itu.’ Hadis lain berbunyi kurang lebih seperti ini: ‘Imam agar memendekkan solat jamaah bila di tengah makmum ada yang sakit, orang lemah, orang tua , atau orang yang punya keperluan.’ Bukhari juga meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi sawa menyegerakan (mempercepat waktu) solat Jumat bila udara terlalu dingin, dan mengundurkan Jumat bila udara terlalu panas. Itu semua menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memperhatikan sekali urusan sosial, masalah kemaslahan umatnya.
- Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar dari ibadah yang bersifat perseorangan. Contoh: solat jamaah. Lebih banyak makmum lebih besar pahalanya. Solat jamaah 27 derajat lebih tinggi daripada solat sendirian. Begitu pula solat Jumat, ibadah haji, dan zakat mendapatkan perhatian yang sangat besar dalam Islam, karena ibadah ini melibatkan segi sosial, tidak hanya melulu ritual.
Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah. - Bila ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifarat (tebusan, atau denda – fine)-nya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan Muamalah. Misal bagi orang yang tidak mampu puasa (misal karena sakit berat yang lama, atau uzur karena usia amat tua): membayar fidyah (memberi makan orang miskin); bila suami-isteri bercampur siang hari (pada Ramadhan), kifaratnya memberi makan kepada orang miskin. Lalu, ada sebuah hadis Qudsi yang menyatakan: salah satu tanda orang yang diterima solatnya adalah merendahkan diri karena kebesaran Allah, tidak sombong pada makhluk-Nya, menyantuni orang lemah, menyayangi orang miskin, anak yatim, janda dan yang mendapat musibah.
-
Sebaliknya: bila sebuah urusan Muamalah tidak baik (atau buruk), maka ia tidak bisa ditebus dengan Ibadah mahdhah. Jika orang merampas hak orang lain, misalnya, maka itu tidak bisa dihapus dengan tahajud. Sebuah perbuatan dzalim (misalnya melanggar hak orang lain), maka ia tidak bisa ditebus dengan membaca zikir 10,000 kali. Bahkan ada pesan bahwa, Ibadah Ritual tidak diterima Allah bila pelakunya melanggar norma Muamalah. Contohnya, seorang wanita yang salat di malam hari dan puasa di siang hari, tapi masuk neraka karena menyakiti tetangganya. Di sini jelas bahwa solat dan puasa (dari hadis itu) menjadi tidak berarti karena mengganggu tetangganya dengan lidah (Muamalah). Bukan saja ibadahnya tidak diterima, bahkan ia tidak termasuk orang yang beriman.
Catatan: bahan tulisan ini (dan sebelumnya) merujuk kepada buku ‘Islam Alternatif (Ceramah-Ceramah di Kampus)‘ karya DR Jalaluddin Rakhmat.
Beberapa contoh hadis lain:
Tidak beriman kepada-Ku, orang yang tidur kenyang sementara tetangganya kelaparan; Tidak masuk surga mereka yang memutuskan silaturahim; Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya ada perasaan takabur walau hanya sebesar debu; Dalam Al-Qur’an Surat Al-Mauun disebutkan bahwa, orang yang solat akan celaka bila ia menghardik anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, riya’ dalam amal, dan tidak mau memberikan pertolongan.
Jangan lewatkan: Ternyata Ada 8 Mazhab dalam Islam
Ganjaran amal baik dalam kemasyarakatan lebih besar pahalanya daripada ibadah sunnah. Contoh dalam hadis disebutkan beberapa hal berikut:
- Orang yang bekerja keras untuk menyantuni janda dan orang miskin (pahalanya) seperti pejuang di jalan Allah, dan seperti orang yang terus menerus solat malam dan terus menerus puasa.
- Mendamaikan dua pihak yang bertengkar lebih utama dari pada solat, puasa dan sedekah.
- Berpikir (tafakkur) satu saat adalah lebih baik dari bangun solat satu malam.
- Mencari ilmu satu saat lebih baik dari sembahyang satu malam, dan mencari ilmu satu hari lebih baik dari puasa tiga bulan.
Kemudian, baik juga memahami hadis ini: ‘Barang siapa yang bangun pagi dan berniat menolong orang yang teraniaya dan memenuhi keperluan orang Islam, baginya ganjaran seperti haji mabrur.‘

Hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling bermanfaat bagi manusia, dan amal yang paling utama adalah memasukkan rasa bahagia pada hati orang yang beriman – menutup rasa lapar, membebaskan dari kesulitan, atau membayarkan hutang.
Alhasil, bila di sini kita menunjukkan bahwa ‘Muamalah itu penting’, bukan berarti kita memandang enteng solat, puasa, haji dan Ibadah mahdhah lainnya. Kita Cuma hendak menempatkan Muamalah pada proporsi yang tepat sesuai ajaran Islam, dan untuk mengingatkan kita bahwa kita ‘tidak boleh merasa puas’ menjadi Muslim hanya karena kita telah melakukan solat, shaum, membayar zakat dan naik haji.
Sebab di luar itu semua, berbagai masalah Muamalah masih sangat luas terbentang.
###
Baca juga:
- Antara Ibadah dan Muamalah – bagian 1.
- Pentingnya Muamalah – bagian 2.
- Siaplah Menangis untuk Doa ini.