Kita tahu, bahwa hasil hitung-cepat Pilkada DKI 15 Februari 2017 lalu pasangan Anies-Sandi berhasil masuk ke putaran kedua. Maka, tepat kiranya untuk membaca kembali tulisan ini. Artikel yang aslinya dimuat di seword pada 11 Februari 2017 silam itu sengaja saya edit seperlunya, termasuk menambahkan beberapa tautan (link) dan foto-foto, agar lebih mencerahkan pembaca. Selamat menikmati.

Ini memang tentang Anies dan Sandi. Jika Anda gak suka pada keduanya, silakan baca tulisan lain saja, bukan yang ini.
Yang jelas, menurut pengamatan media, seusai debat ketiga Jumat malam 9 Februari 2017 lalu, nama Pasangan Calon (paslon) 3 Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tampak makin moncer. Juga di Media Sosial. Terbukti pada Sabtu dini hari pasca debat, tiga trending topic yang sempat mencuat di antaranya adalah #Paslon 3, #Pak Anies, dan #Oke Oce. Lewat debat itu, mereka berdua berhasil meyakinkan publik sebagai sepasang Gubernur dan Wagub DKI yang paling piawai untuk jadi pemimpin.
Pada 11 Februari dini hari itu nama Sandiaga Uno juga sempat mencuat sebagai trending di Google Search untuk Indonesia, mencapai lebih dari 10 ribu kali pencarian. Sementara itu, di Tiwtter, hingga Sabtu 11 Februari jam 17.00 pidato penutupan (closing statement) Anies di debat itu juga digaungkanulang (retweet) oleh lebih 893 kali dan mendapat like dari 1005 orang (klik di sini).
Catatan: Ternyata hasil hitung-cepat pada 15 Februari sore membuktikan bahwa minat kepada keduanya memuncak. Terbukti, pasangan Anies-Sandi memperoleh suara yang hanya sedikit di bawah pasangan Ahok-Djarot (paslon 2).
Kita yakin, di antara yang mendongkrak nama Anies dan Sandi itu adalah berbagai program mereka, yang sebagiannya sempat dibahas pada debat Jumat malam itu. Nah, di antara program yang inovatif dan bisa menohok paslon lain adalah:
- Program melibatkan masyarakat Jakarta. Sebagaimana dikatakan Anies dalam debat dan berbagai kesempatan kampanye, untuk mengurus Jakarta, termasuk dalam dalam mengelola masalah perempuan, anak dan penyandang disabilitas, tim Anies-Sandi akan melibatkan masyarakat luas.

Para pemangkukepentingan (publik) di sektor terkait akan diajak terlibat, berkolaborasi, bersama-sama mencari dan menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga programnya lebih tepat sasaran dan bisa berjalan secara lebih efektif. Strategi seperti ini sesungguhnya pernah dilakukan Anies ketika ia memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dulu. Ini inovasi yang keren. Sebab, lewat pelibatan publik tentu terjalin komunikasi dua-arah yang baik, karena sesungguhnya yang paling mengerti tentang kebutuhan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri, sedangkan pemerintah cukup menjadi fasilitator yang menjamin dan memastikan bahwa kegiatan itu berjalan secara efektif, bisa dipertanggungjawabkan, dan akan memberikan solusi atas permasalahan terkait.

Pelibatan publik sendiri kini jadi salah satu fenomena paling penting di berbagai bidang di Indonesia dan dunia. Satu contoh: pada Ahad 17 Januari 2016 lalu, misalnya, Anies menelorkan gagasan agar para wali kelas berkomunikasi dengan orangtua siswa supaya bisa mengetahui sejak dini apabila ada gejala-gejala penyimpangan pada anak didik, seperti narkoba, pornografi, dan kekerasan termasuk tawuran remaja serta terorisme.
Komunikasi dua arah dalam bentuk dialog para pemangkukepentingan begitu merupakan salah satu terobosan yang baru muncul pada era Anies (mudah-mudahan berlanjut pada era Mendikbud penggantinya). Pelibatan publik model begitu memang amat perlu, sebab selama ini pemerintah rasanya seperti berjalan ‘sak karepe dewe’ (semaunya sendiri), dan jarang mendengar masukan dari masyarakat. Padahal ‘mendengar masukan’ dan ‘bersikap terbuka (transparan)’ pada pemangkukepentingan akan meningkatkan ‘kepercayaan publik’ terhadap penyelenggara negara, suatu hal yang belakangan terasa menurun di Indonesia.
Jangan Lewatkan:
- Kenapa Anies-Sandi Tegas Tolak Reklamasi (lihat di sini).
- 23 Janji Kerja Anies-Sandi.
Selain itu, partisipasi publik seperti itu juga bakal memperbaiki kualitas keputusan dan kebijakan, meningkatkan akuntabilitas penyelenggara negara, serta memaksimalkan (dan mengontrol) anggaran secara lebih ketat. Hal itu juga meningkatkan legitimasi karena masyarakat tidak akan merasa dimanipulasi atau jadi curiga. Saya menduga, nanti untuk urusan yang kontroversial seperti reklamasi, umpamanya, Anies dan Sandi bakal melibatkan para nelayan, dan bukan cuma bicara dengan pengusaha pengembang (property).

- One Kecamatan One Centre for Entrepreneurship. Populer dengan singkatan OK OCE, program ini tampaknya tidak muluk, dan sangat bisa diimplementasikan, khususnya mengingat Sandi Uno adalah pengusaha yang lama bergelut dengan urusan bisnis dan lapangan kerja.
Di negara maju seperti Australia, misalnya, banyak kegiatan serupa dilaksanakan pada tingkat suburb, kira-kira serupa dengan kecamatan kita. Saya pernah melihat lembaga kursus bahasa Inggris di suburb Bankstown, atau suburb Campsie, misalnya,yang diperuntukkan bagi penduduk migran di wilayah itu yang belum pandai berbahasa Inggris. Tentu OK OCE bukan urusan kursus doang, tetapi berbagai aktivitas kewirausahaan yang dibutuhkan oleh masyarakat di kecamatan bersangkutan. Sebagaimana yang dijelaskan pada laman kampanye Paslon 3, Jakarta Maju Bersama Anies-Sandi, gerakan itu ditargetkan untuk melahirkan 200.000 pengusaha baru, dengan membangun 44 Pos Pengembangan Kewirausahaan Warga di setiap kecamatan di DKI.

Adapun inovasi lain, biar tulisan ini gak kepanjangan, saya batasi tiga lagi saja, yakni:
- Merevisi dan memperluas manfaat Kartu Jakarta Pintar dalam bentuk Kartu Jakarta Pintar Plus untuk semua anak usia sekolah (6-21 tahun), Kelompok Belajar Paket A, B dan C, pendidikan madrasah, pondok pesantren dan kursus keterampilan.
- Dalam bidang kesehatan, di antaranya meningkatkan pelayanan kesehatan preventif (pencegahan), sehingga warga jarang sakit. Dengan demikian, rumah sakit bisa lebih optimal dalam memberikan pelayanan, dan anggaran APBD yang digunakan pun lebih terkendali. Berkaitan dengan itu, Anies-Sandi juga akan memperluas cakupan jaminan kesehatan kelas satu oleh pemerintah provinsi (lewat Kartu Jakarta Sehat Plus ) bagi para guru mengaji, pengajar sekolah minggu, khatib, pemuka agama dan lainnya.
- Stadion Sepakbola Bersama. Sejak dirobohkannya stadion Lebak Bulus dan Menteng, di Jakarta kini hanya ada Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Maka, salah satu inovasi Anies-Sandi adalah merevitalisasi stadion-stadion kecil di Jakarta, membangun wahana-wahana wisata di dalam stadion dan menyiapkan rute bus Transjakarta ke Stadion Bersama.
