Yaa Kariim


Sungguh Maha Baik, Tuhan itu.

Alkisah, pada suatu ketika Rasulullah saw sedang tawaf. Di sekitar Ka’bah itu, beliau (saw) melihat seorang Arab Badui sedang khusyu’ berkeliling Bait-al-“Atiq itu. Lelaki Arab itu berkali-kali berdzikir memanggil Tuhan:

“Yaa Kariim,” katanya. [Wahai Yang Maha Dermawan].

Nabi pun kemudian mengikuti yang dikatakan lelaki itu. “Yaa Kariim,” kata Nabi saw (sebagaimana dapat disimak dalam video youtube ini).

“Yaa Kariim…

Rasulullah s.a.w menirukannya membaca,

“Ya Kariim…”

Orang itu lalu berjalan ke rukun (sudut Ka’bah) kedua. Lagi, ia menyeru lagi: “Yaa Kariim... ” Nabi yang berada di belakangnya mengikuti zikirnya:

“Yaa Kariim…”

Ka'bah:  Yaa Kariim...
Ka’bah: Yaa Kariim…

 

Lelaki Arab itu menuju Hajar Aswad, dan memanggil asma Allah itu lagi:

 “Yaa Kariim…”

Nabi saw mengikutinya lagi:

 “Yaaa Kariiim…”

Merasa ada yang mengikutinya, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki gagah dan tampan yang belum pernah dikenalinya. Mungkin ia merasa jengah, kok ditiru-tirukan begitu.

Lelaki itu lalu berkata: “Wahai Engkau, mengapakah Engkau sengaja meniru-nirukan aku? Demi Allah, kalaulah bukan karena ketampanan dan wajahmu yang simpatik dan penuh aura, aku akan mengadukanmu kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Mendengar bicara orang Badui itu, Rasulullah SAW tersenyum, lalu bertanya:

“Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

”Belum,” jawab orang itu. “Demi Allah, aku percaya kepadanya meski belum pernah melihatnya, dan aku memasuki Mekah (beribadah umrah) sekalipun aku belum pernah bertemu dengannya,” kata lelaki Arab itu lagi.

Nabi SAW pun berkata kepadanya:

“Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu.”

Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang. Kaget tak alang kepalang. Ia hampir pingsan. Nyaris tidak percaya pada apa yang dilihatnya.

Dalam riwayat lain, diceritakan bahwa lelaki Badui itu segera merunduk bagai seorang budak kepada tuannya, berusaha mencium tangan Nabi SAW. Ia berkata kepada Nabi saw: “Biarlah ayah dan ibuku menjadi tebusan bagi nyawamu wahai kekasih Allah (maksudnya menghormati Nabi lebih dari kedua orangtuanya).”
Melihat hal itu, Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan serupa itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya. Ketahuilah, ALLAH mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi berita gembira bagi orang yang beriman, dan membawa berita ancaman bagi yang mengingkarinya.”

Ketika itu, Malaikat Jibril a.s. turun membawa berita dari langit. Jibril berkata:

“Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepadamu dan bersabda: ‘Katakanlah kepada orang Arab itu, supaya menyadari (meski ia mengucapkan ‘Yaa Kariim Yaa Kariim’, agar dan tidak terpesona dengan kata-katanya itu), karena ALLAH tetap akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti.”  [Maksudnya Tuhan akan menimbang semua amalannya sebagaimana amal setiap orang, baik yang kecil maupun yang besar.]

Lukisan Nabi saw di atas buroq saat Isra' dan Mi'raj
Lukisan Nabi saw di atas buroq saat Isra’ dan Mi’raj

 

Usai menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi.

 

Setelah Nabi saw menyampaikan (apa yang diwahyukan Allah melalui Jibril tadi) kepada sang Badui, lelaki itu pun berkata:

“Demi keagungan serta kemulian ALLAH, jika ALLAH akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan denganNYA.”

 

“Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan ALLAH?” tanya Rasul saw.

 

“Jika ALLAH akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa besar maghfirah-NYA. Jika Allah memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-NYA. Jika DIA memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawananNYA,” jawab lelaki Arab itu.

Dalam sebuah riwayat dikatakan, bahwa setelah mendengar ucapan orang Arab itu, maka Rasulullah SAW pun menangis, mengingat  kata-katanya. Air mata beliau meleleh membasahi janggutnya. Tak lama, Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata: “Wahai Muhammad. Allah menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: [“Berhentilah engkau dari menangis! Sungguh karena tangismu, penjaga Arash lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang.]
Saksikan juga video Cak Nun (Emha Ainun Najib) melantunkan kisah itu di video berikut ini (mulai menit ke-10.33). 

 

Ini yang kemudian dikatakan Jibril kepada Nabi Muhammad saw:

“Katakan kepada temanmu itu, bahwa ALLAH tidak akan menghisab dirinya, juga tak akan memperhitungkan kemaksiatannya. ALLAH sudah mengampuni semua kesalahannya dan ia akan menjadi temanmu di surga nanti.”

Betapa sukanya orang Arab Badui itu, saat mendengar berita tersebut. Ia lalu menangis haru.

— *** —

Selamat Menjalani Ibadah Ramadhan. Semoga kita berhasil meraih maghfirah Allah SWT,  Yang Maha Dermawan. Yaa Kariim…

 

Baca juga:

 

 

2 thoughts on “Yaa Kariim

  1. Asslmualaikum, terimakasih jd nambah ilmu saya. Kalau boleh tau, hadist iji diriwayatkan oleh siapa?

    Like

    1. Wa’alaikum salam wr wb.
      Terima kasih, Bung Zakaria. Mohon maaf, saya belum sempat menemukan riwayatnya (kebetulan sedang sangat sibuk). Mungkin Anda bisa googling tentang itu.

      Like

Leave a reply to Sembrani Cancel reply