Suatu malam seorang berseru “Allah!” berulang-kali, sehingga bibirnya menjadi manis oleh puji-pujian bagi-Nya.
Lalu Setan datang berbisik padanya dengan berkata,
“Hai kau yang banyak berkata-kata…. Mana jawaban ‘LABBAIKA’ (Aku di sini menjawab panggilanmu) atas semua seruan ‘Allah’ yang kau sampaikan itu? Tak satupun jawaban dari `Arsy, kan? Berapa lama lagi kau akan berkata ‘Allah’ dengan wajah suram?”

Ia pun patah hati dan berbaring tidur. Dalam mimpi dia melihat Nabi Khidir (as) di antara dedaunan.
Khidir berkata:
“Dengar, engkau telah berhenti memuji Tuhan; Mengapa engkau sesali dzikirmu kepada-Nya?
Dia menjawab: “Karena tak kunjung datang jawaban `Labbaika’ (Aku di sini) dari Allah, maka aku takut diriku dijauhkan dari Pintu-Nya.”
Nabi Khidir pun menyahut:
“Justru sebaliknya; Tuhan berfirman: Sesungguhnya `Allah’ dalam dzikirmu adalah ‘LABBAIKA’ (dari)-Ku, dan sesungguhnya permohonan, duka, dan semangatmu adalah utusan-Ku kepadamu.Ketakutan dan cintamu adalah ‘jerat’ untuk menangkap Karunia-Ku.
Di balik setiap ucapan `O Tuhan’ olehmu, selalu ada LABBAIKA dari-Ku.”
~ Jalaluddin Rumi [dgn sdkit adaptasi pada terjemahan bahasa Indonesia].