Palestina kekeringan. Suhu menyengat sekali. Udara gerah. Waktu itu jamannya Nabi Sulaiman (as). Palestina yang damai mengalami ‘famine’ yang dahsyat — manusia dan hewan kelaparan.
Nabi Sulaiman bersama ribuan pengikutnya menuju sebuah lapangan terbuka. Mereka hendak berdoa minta hujan, kepada Tuhan.
Tiba-tiba Sulaiman melihat seekor semut berdiri di kedua kakinya, menengadahkan kedua tangannya ke arah langit, dan berkata:
“Wahai Tuhan, kami ini hanya makhluk kecil di antara ciptaan-Mu. Kami tak bisa bertahan tanpa Kasih Sayang-Mu. Mohon kasihanilah kami dengan rejeki (makan) dari-Mu, dan janganlah menghukum kami gara-gara dosa-dosa manusia. Tolong kirimlah hujan agar pepohonan tumbuh kembali, dan ladang pertanian hijau lagi, dan palawija (kacang-kacangan) menjadi tersedia kembali,agar kami bisa mendapatkan makanan.”

Nabi Sulaiman paham bahasa hewan. Ia lalu berkata kepada semua yang hadir di lapangan itu, “Mari kita pulang. Doa semut ini sudah cukup.”
Tak lama hujan pun turun. Deras. Dan seluruh daratan menjadi hijau dan kembali produktif.
Semut adalah hewan yang pandai. Pada musim panas, mereka mengumpulkan makanan seperti biji tumbuhan (dan gula, dan lain-lain) dan menyimpan dalam lubang-lubang (rumah) mereka. Mereka tahu bahwa ketika musim hujan atau bulan-bulan yang dingin, mereka tak bisa mencari makan. Untuk menghindari benih-benih makanan itu tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan (atau pohon) karena adanya air pada musim hujan, mereka membelah biji-bijian itu menjadi beberapa potong. Pada saat-saat tertentu, biasanya malam hari, mereka membawa potongan-potongan biji itu ke luar dari gudang untuk dikeringkan dan pengawetan agar tidak busuk.
Ada pun tentang Sulaiman, memang ia seorang Nabi dan Raja yang belum tertandingi. Putra Nabi Daud (David) itu dilahirkan pada tahun 1154 Sebelum Masehi, dan namanya disebutkan 16 kali di dalam Al-Qur’an. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa selain Sulaiman, Daud memiliki tujuh putra lain, yakni: Sam’u, Sakhub, Natan, Yakhayad, Al-Yash’a, Nafa’a dan Baqi. Di antara semuanya hanya Sulaiman yang dilahirkan di Baitul Maqdis. Daud melihat bahwa cahaya spiritualitas, kesucian dan kesalehan terpancar pada wajah anaknya itu. Maka, dalam Al-Qur’an pun di sebutkan bahwa, “Daud kemudian mewariskan kepada Sulaiman.”
Istana Raja Diraja Sulaiman teramat luas dan megah, juga singasananya. Dalam riwayat disebutkan bahwa Sulaiman memiliki 300 isteri, dan 700 budak perempuan. Pohon-pohon di sekitar istananya terbuat dari emas, perak dan penuh dengan wewangian. Di samping kanan singasananya terdapat 12.000 kursi terbuat dari emas, dan di kirinya 12 ribu kursi perak. Di depannya 12 ribu kursi kristal, dan di belakangnya 12 ribu kursi besi.
Yang menjadi Perdana Menteri Sulaiman adalah seorang gagah perkasa bernama Asif Barqia. Ia seorang yang sangat pandai, berpengalaman, kuat, dan karismatik. Asif mengepalai pasukan yang antara lain terdiri dari 40 ribu pasukan berkuda.
Alkisah, pada suatu saat lain, Nabi Sulaiman sedang dalam perjalanan bersama serombongan besar manusia, jin-jin dan burung-burung. Mereka sampai di lembah pemukiman semut.

Seekor pemimpin semut (betina) melihat kemegahan dan keperkasaan Sulaiman dan bala tentaranya menuju ke arah perkampungan semut itu. Ia pun segera memperingatkan para semut agar segera masuk bersembunyi ke lubang-lubang (rumah) mereka. “Wahai para semut, berlindunglah kalian ke dalam rumah2 kalian, agar jangan sampai nanti Sulaiman dan bala tentaranya menggilas kalian, sedangkan mereka tidak menyadari hal itu.”
Nabi Sulaiman tersenyum mendengar peringatan sang pemimpin. Ia pun memerintahkan pada para pengikutnya agar berhenti, menunggu semut-semut itu masuk ke rumah-rumah mereka. “Siapa pun tidak boleh ada yang menyakiti seekor semut pun waktu nanti kita lewat daerah mereka,” kata Sulaiman.
Kemudian, Sulaiman pun berdoa kepada Tuhan:
“Gusti, anugerahi kami (dukungan) agar selalu bersyukur atas segala nikmat yg TELAH Engkau limpahkan kepada kami dan kpda kedua orangtua kami; dan (agar) kami selalu beramal saleh (baik) yg Engkau ridhoi; serta masukkan kami ke dalam golongan hamba2 (pelayan)-Mu yang saleh.” (Q.S. An-Naml: 18,19).
(Transliterasinya kurang lebih seperti ini: ‘Robbi Auzi’niiy an ashkura ni’mataka-l-latiiy an’amta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala soolihan tardhoohu, wa adkhilniiy birahmatika fiiy ‘ibaadika-s-soolihiin).

– (An-Naml 19).
Ulama mengatakan, bahwa, (karena kuatir kita lupa atau lalai untuk bersyukur), maka hendaknya kita dianjurkan untuk selalu minta bantuan Tuhan dalam hal apa pun. Sekali lagi karena kita manusia yang lemah.
Sejalan dengan itu, tak heran jika cucu Nabi saw, Imam Ali (putra Al-Husain) Zainal Abidin as, mengatakan dalam salah satu doanya:
“Tuhan, bagaimana daku harus bersyukur kepada-Mu, sedangkan ‘rasa bersyukur’ itu sendiri sudah mewajibkan daku untuk bersyukur? “
Dengan kata lain: berterima kasihlah kepada Tuhan jika kita bisa mensyukuri nikmat-Nya.
Dikisahkan bahwa sebenarnya sempat terjadi perbincangan antara Nabi Sulaiman dengan sang pemimpin semut tadi.
“Bagaimana mungkin orang-orangku melukai semut-semut kawanmu, sedangkan mereka itu berjalan di udara (terbang). Tidakkah kau tahu bahwa aku adalah utusan Allah (nabi) dan tidak mungkin bertindak tidak adil (sembrono)?
Pemimpin semut itu menjawab:
“Wahai Nabi Allah. Peringatanku kepada para semut bukan agar mereka terhindar dari kepedihan yang bisa menimpa mereka, tetapi untuk mencegah mereka agar tidak limbung dan tersesat, dan kemudian (akibat itu) mereka lupa pada kebesaran Tuhan gara-gara melihat kemegahan dan keperkasaan tentaramu.”

Ada makna penting dari peristiwa ini: semut menunjukkan dirinya sebagai ciptaan mungil yang sangat rendah hati tetapi punya sikap bijak agar bisa hidup secara selamat dan aman, sekali gus memahami posisi Tuhan. Dengan kata lain, siapa pun tak boleh lupa keagungan dan kekuatan Allah yang tak terkira, bahkan dibandingkan kekuatan dan kemegahan makhluk lain seagung Nabi Sulaiman pun.
Walhasil, semut menjadi salah satu ciptaan Tuhan yang paling mengagumkan di dunia ini. Dan kisah dalam Surat ‘Semut’ (An-Naml) dalam Al-Qur’an itu menjadi pelajaran amat penting bagi makhluk lain bernama manusia.
Sumber:
- Wikipedia: Solomon in Islam
- Prophet Hazrat Sulaiman.
Baca juga:
- Tidak Kulihat Kecuali Keindahan: Sayidah Zainab as
- Beberapa tulisan mengenai Imam Ali Zainal Abidin (as): buka di sini.
Reblogged this on alwayshikmah.