Doa Arafah – di Mekah atau di Indonesia


… Dan ketika aku meminta kepada-Mu, Engkau memberiku;      … Dan jika aku berterima kasih (bersyukur) pada-Mu, Engkau memberi lebih banyak lagi…

Sungguh sebuah doa yang sangat cantik dan menggugah! Ini doa yang benar-benar datang dari hati suci seorang yang disucikan Allah SWT, cucunda Baginda Nabi saw, Imam Husain as. Diriwayatkan bahwa beliau melantunkan doa ini tanpa persiapan, tanpa membaca buku, melainkan benar-benar datang dari petunjuk Allah kepadanya, sang ‘Penghulu Para Syahid‘.

.. Dan jika aku memanggil-Mu, Engkau menjawabku, dan ketika aku meminta kepadaMu, Engkau memberiku; Dan jika aku mentaatiMu, Engkau menghargai (berterima kasih kepada) -ku; Dan jika aku mensyukuriMu, Engkau memberi lebih banyak lagi; Dan semuanya itu adalah untuk menyempurnakan rakhmat-Mu bagiku, dan kebaikanMu kepadaku…
Surat 48 Al-Qur'an - Abad 8 atau 9
Surat 48 Al-Qur’an – Abad 8 atau 9

Dalam suasana Hari Raya Iedul Adha (kurban) ini, barangkali kita yang berada di dalam negeri, dan belum sempat ber-haji ke Mekah, mungkin baik menyimak Doa Arafah ini. Di Mekah, di Indonesia, di mana pun, doa kayak ini sungguh membuat kita terharu. Atau bahkan menangis — sepanjang hati kita memang bersih. Bening.

Ini sebagian yang dikatakan Imam Husain (as) dalam Doa Arafah itu:  (maaf sebagian dalam bahasa Inggris…)
 .. and before that you were kind to me. Through your gracious acts and abundant blessings…You originated my creation form a sperm-drop emanated; and made me to dwell in a three-fold darkness, among flesh, blood and skin; You gave me not to witness my creation, nor did You entrust me with anything of my own affair; Then You sent me out into the world for the guidance that had been foreordained for me; complete and unimpaired; And You watched over me in the cradle as an infant boy; Provided me with food, wholesome milk; and turned the hearts of the nurse-maids in kindness toward me; You entrusted my upbringings to compassionate mothers; Guarded me from the calamities brought by the jinn… and kept me secure from excess and lack;
Exalted art You, O Mercifull, O Compassionate!
Then when I began to utter speech, You completed for me Your abundant blessing; And you nurtured me more and more each year, until my nature was perfected and my strength balanced. You made Your argument incumbent upon me by inspiring me with knowledge of You; Awing me with the marvels of Your wisdom; 
… And the innovation in Your creations, and instructing me in Your thanks and remembrance; You made incumbent upon me Your obedience and worship; And made me to understand what Your messenger had brought; And made easy for me the acceptance of Your good pleasure.
 … Tuhan, Engkau mudahkan bagiku menyukai apa yang Engkau ridhoi; Dan ketika Engkau sempurnakan semua nikmatdan rahmatMu itu; Dan Engkau hindarkan daku dari segala keburukan dan celaka; Kebodohan dan ke-naive-anku tidak mencegahMu dari membawaku ke jalan yang mendekatkanku kepada-Mu, atau dari kelancaran jalan yang mendekatkanku ke haribaan-Mu;
.. Dan jika aku memanggil-Mu, Engkau menjawabku, dan ketika aku meminta kepadaMu, Engkau memberiku; Dan jika aku mentaatiMu, Engkau menghargai (berterima kasih kepada) -ku; Dan jika aku mensyukuriMu, Engkau memberi lebih banyak lagi; Dan semuanya itu adalah untuk menyempurnakan rakhmat-Mu bagiku, dan kebaikanMu kepadaku…

Berikut di bawah ini sebuah ulasan yang menarik, yang saya kutip dari blog Sdr.Zinat Badri

Do’a Arafah merupakan salah satu do’a penting yang menjelaskan sisi ritual dan politik ibadah haji. Do’a ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang sementara menunaikan ibadah haji, namun juga dapat dibaca kapan dan dimana saja lantaran pelajaran yang terkandung di dalamnya dapat menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan.

Do’a ini merupakan ajakan bergabung dengan kafilah al-Husain, sebagai seorang muwahhid, arif, sahaya, ahli makrifat, pejuang, pemberani,  penentang tirani, politisi Ilahiah, dan sebagai penyeru kebebasan.

Do’a Arafah adalah do’a multi dimensi. Salah satu dimensinya adalah rajutan komunikasi yang terajalin antara arif dan makruf, antara orang yang mengenal dan dikenal. Disebut do’a arafah lantaran do’a ini merupakan pengakuan seorang arif kepada makruf. Dalam do’a Arafah pengakuan seorang arif tampak jelas dalam ungkapan lirih Imam Husain:

“Akulah wahai Tuhanku yang mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah aku, akulah yang berbuat kejelekan, akulah yang bersalah, akulah yang menginginkan (maksiat), akulah yang bodoh,

Akulah yang lalai, akulah yang lupa, akulah yang bersandar (pada-Mu), akulah yang sengaja (berbuat dosa), akulah yang berjanji dan akulah yang mengingkari,

Akulah yang merusak, akulah yang menetapkan, akulah yang mengakui akan nikmat-Mu atasku, namun aku menghadap-Mu dengan dosa-dosaku. Maka, ampunilah aku.

Wahai Dzat yang tidak dirugikan oleh dosa-dosa para hamba-Nya. Ia-lah yang Maha Kaya (dan tidak memerlukan) terhadap ketaatan mereka dan memberikan taufik kepada orang yang beramal salih dari mereka dengan pertolongan dan rahmat-Nya. Maka, bagi-Mu segala puji wahai Tuhanku.”

Baca juga:

One thought on “Doa Arafah – di Mekah atau di Indonesia

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s