
Beruntung umat Islam di Indonesia bersikap bijak. Demo memprotes film Innocence of Muslims yang dilakukan di Jakarta dan berbagai kota berjalan secara damai.
Di negara lain demo terhadpa film murahan itu kembali membawa korban. Sebanyak 15 orang meninggal di Pakistan, akibat aksi bentrokan antara pendemo dan aparat yang mencegah mereka merangsek ke kantor kedutaan dan konsulat AS atau negara lainnya.
Tragedi itu terjadi pada Jumat 21 September kemarin, ketika ribuan Muslimin melakukan protes di berbagai kota di Pakistan. Padahal beberapa hari sebelumnya, Amerika baru saja menayangkan iklan yang membawa pesan bahwa pemerintahan Obama menolak film yang melecehkan Nabi Muhammad itu.
Berbagai protes di banyak negara lain pada Jumat kemarin berlangsung secara damai.
Di Perancis, tempat publikasi karikatur yang menghina Sang Nabi menambah api kemarahan — yang sebelumnya muncul gara-gara video buatan warga California asal Mesir, Nakoula — itu, anehnya, orang dilarang menjalankan kebebasan berekspresi mereka oleh penguasa negeri itu. “Tidak ada pengecualian, semua demonstrasi akan dilarang dan dicerai-beraikan,” kata Menteri Dalam Negeri Perancis, Manuel Valls.

Di banyak negara berpenduduk Muslim, para diplomat Barat meningkatkan pengamanan menjelang solat Jumat. Perancis sendiri memerintahkan penutupan kantor kedutaan, sekolah dan pusat kebudayaannya di sejumlah negara di dunia.
Beragam demo terjadi di Nigeria, Iran, Srilanka, dan di negara kita, Indonesia. Protes juga berlangsung di Kashmir, wilayah Muslim yang berada di bawah kontrol India. Di Jerman, di mana terdapat sekitar empat juta Muslimin, terjadi demo di Freiburg.
Sebagaimana ditulis di atas, di Pakistan puluhan ribu orang turun ke jalan dalam demo (yang mendapat dukungan moral pihak pemerintah) di berbagai kora termasuk Islamabad, Karachi, Peshawar, Lahore, Multan dan Muzaffarabad.
Demo paling berdarah meletus di bagian selatan Karachi. Menurut juru bicara pemerintah propinsi Sindh, di situ 10 orang (termasuk tiga polisi) terbunuh, dan ratusan orang luka. Sekitar 20 kendaraan, tiga bank dan lima bioskop dibakar.

Di Peshawar, bentrokan antara demonstran dan polisi menyebabkan lima orang meninggal.
Menurut kantor berita Reuters yang dikutip Yahoo!, seorang pemrotes, Muhammad Tariq Khan mengatakan,” Tuntutan kami adalah siapa saja yang menghina Nabi suci kami, haruslah diserahkan kepada kami, supaya kami bisa mencincang orang itu menjadi potongan-potongan kecil di hadapan seluruh negeri.”
Di Irak, kemarahan terhadap film menyebabkan ribuan Muslimin Syiah dan Sunni secara bersama-sama dalam sebuah aksi demo di bagian selatan kota Basra, Irak. Di sana mereka membakar bendera AS dan Israel. Protes juga meruyak di kota-kota lain, termasuk Karbala, dan
Televisi Lebanon Al-Manar menayangkan aksi protes ribuan orang di sekitar Baalbek yang mengibarkan bendera-bendera Hizbullah sambil meneriakkan slogan-slogan seperti “Mati bagi Amerika, mati bagi mereka yang menghina sang Nabi.”
Menurut Yahoo!, kekerasan yang diprovokasi oleh film Innocence of Muslimsitu sejauh ini telah menyebabkan 30 orang meninggal, kata seorang petugas PBB.

Keduanya, baik film dan kartun sama-sama kurang ajar dan secara sengaja bersifat provolkatif. Film itu khususnya menyuguhkan penyelewengan citra yang memalukan bagi orang-orang Islam,’’ kata Rupert Colville, juru bicara Lembaga Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (U.N. High Commissioner for Human Rights) bagi Navi Pillay kepada media di Geneva, Swizterland.
Menurut Colville, atasannya (Pillay) mengijinkan masyarakat untuk melakukan protes secara damai, tetapi tidak menyetujui adanya reaksi-reaksi yang diwarnai kekerasan dan merusak.
“Akan halnya kasus Charlie Hebdo, berhubung mereka sudah tahu persis respon apa yang terjadi akibat film itu pekan lalu, jelas bahwa mempublikasikan kartun-kartun itu merupakan tindakan yang sama sekali tidak bertanggungjawab,” kata Colville mengenai majalah Perancis itu.

Catatan: Majalah mingguan Perancis Charlie Hebdo, menurut Wikipedia, dikenal sebagai publikasi satiris yang anti agama, ‘sayap-kiri’, anarkis. Sesudah memuat ulang karikatur Nabi saw yang dibuat Jyllands-Posten pada tahun 2006 (lihat foto polisi Perancis di atas), tahun 2011 lalu majalah dengan tiras 150 ribu eksemplar itu sekali lagi menghina Nabi saw dengan mempublikasikan edisi yang menyatakan Nabi Muhammad saw sebagai “editor tamu”-nya. Terakhir, September ini, lagi-lagi ia menerbitkan kartun Muhammad saw, yang sebagiannya digambarkan dalam pose telanjang.
Related articles:
- 12 Ribu Tahun Sebelum Adam: Apakah Muhammad saw Manusia Biasa?
- Ulama (Habib) Yang Berdakwah Secara Damai: artikel di Kompas.
- Rohingya: Bukti Diskrimasi Lain Terhadap Muslim?
- America: Connect the Dots:by Shakeel Syed.
- Deadly film protests in Pakistan (bbc.co.uk)
- O,Kumail… (syafiqb.com)