
English: Muhammad riding the Buraq; a 16th-century Persian miniature. فارسی: صحنه ای از معراج پیامبر اسلام سوار بر براق نگاره ای از سلطان محمد در قرن 16 میلادی (Photo credit: Wikipedia)
What a pray…
Sungguh doa-doa Imam Ali Zainal Abidin as seperti di bawah ini, membuat bulu kuduk merinding… Betapa agung, betapa menyentuh. “Daleeem,” kata orang sekarang.
Sejarah mencatat bahwa cucu Siti Fatimah (putri Nabi saw) ini sering bersedih dalam hidupnya — akibat peristiwa kejam yang menimpa ayahnya, Al-Husain (as) di Karbala.
Banyak catatan tentang kesedihannya berkenaan dengan tragedi itu. Selama 20 tahun setiap kali hendak menyuapkan makanan ke mulutnya, ia menangis… Sehingga suatu hari pembantunya bertanya,” Wahai putra Rasulullah, tidakkah cukup bagi Anda untuk menghentikan segala kesedihan?” Beliau menjawab: “Bagaimana sih kamu ini.. Nabi Ja’kub punya 12 putra, dan Tuhan mengujinya dengan menghilangkan salah satu di antaranya (yakni nabi Yusuf). Akibat itu, matanya memutih buta gara-gara menangis terus menerus, kepalanya beruban dan punggungnya membungkuk dalam keharuan, padahal anaknya itu masih hidup di dunia (hanya tidak berada bersamanya). Sedangkan aku… sedangkan aku menyaksikan dengan mata kepalaku, betapa ayahku (Al-Husain as), saudaraku, pamanku dan 17 anggota keluargaku semuanya disembelih di depanku (dalam peristiwa Karbala – SB). Bagaimana mungkin kesedihan ini bisa berhenti…?”
Yang membuat kita kian takjub adalah: caranya memohon dan isi munajatanya itu lho — seolah-olah beliau itu orang yang banyak dosa, padahal beliau seorang wali, seorang pemimpin yang saleh — yang sering gemetar tubuhnya setiap kali usai berwudhu untuk solat (saking tingginya iman beliau kepada Allah SWT).