5 Hal Yang Sering Diremehkan Orang


Sepulang acara Maulid, Kiwir jumpa dengan sobat lamanya, Klepon, di sebuah warung rawon Nguling, Probolinggo. Aneh, ternyata Klepon lupa padanya…

“Lho, panjenengan iki lak Mbak Klepon kan? (Anda ini kan Mbak Klepon). Mosok lali ambek aku ta? (masa’ lupa pada saya?)” kata Kiwir tiba-tiba dengan dialek Suroboyoan.

“Sampeyan siapa ya…?” tanya Klepon sambil tersipu manis. Tahi lalat kecil yang parkir di bagian kiri atas mulutnya menambah sedap wajahnya — membuat Kiwir makin geregetan.

Pemandangan siluet yang cantik: manusia sering meremehkan yang dekat, dan sibuk pada yang jauh

Huuughhh

+ Oh ya..ya… Ingat aku sekarang. Maaf ya Mas. Tapi sampeyan memang manglingi — berubah banyak. Apa karena kurusan atau karena sampeyan ketoke makin ganteng…?

– Huahaha… Syukurlah kalau ingat. (Kiwir tertawa panjang. Dalam hati ia merasa bangga dibilang ganteng).

Kisah ini pernah saya tulis di Facebook 4 Maret 2011

+ Ya maaf Mas… Bukan saya sengaja melupakan, tapi memang benar-benar gak ingat.

–  Biasa, Mbak Klepon, kita ini cenderung khilaf dan alpa.

+ Iya Mas, kata nenekku, manusia cenderung meremehkan teman lamanya – dan sibuk ngurusi teman baru. Tapi aku gak ngeremehin Sampeyan lho…

– Iya tahu, kamu kan orang baik. Tapi by the way buss way, nenekmu ngasih nasihat apa lagi?

+ Waktu itu, katanya sesudah dengar Arvan Pradiansyah di radio Smart FM, Jakarta, dia bilang setidaknya ada lima hal yang sering diremehkan manusia.

Alhasil, ringkas cerita mereka berdua ngobrol sambil ‘ngiras’ rawon, kerupuk udang, dan macam-macam penganan ala  Jawa Timuran di situ (jadi jangan tanya ’empek-empek’ ya…)

– Jadi, apa yang lima hal itu?

+ Ini Mas, dicatat ya… hehehe.. Aku koyo dosen ngajar mahasiswa ya? Gayane kui lho…  Iyo to Mas?

– Hehehe… Iya, kayak dosen baru ngajar mahasiswa semester satu yang baru lulus SMA… Jadi apa saja?

+ Pertama,  banyak dari kita sering meremehkan hal-hal yang sudah kita miliki, dan meng-‘agung’-kan yang belum kita miliki.  Dalam hal ini termasuk pasangan hidup, suami atau isteri. Mentang-mentang sudah memiliki sebuah benda, mobil, televisi, HP atau rumah sekian lama, kita cenderung menganggapnya ‘remeh’. Padahal sebelum memilikinya, kayaknya sangat memuja banget benda itu…

Sepasang suami isteri: sering meremehkan yang sudah dipunyai, dan sibuk mencari yang belum dimiliki

– Iya ya.. dalam bayangan kita mikir, ‘Oh alangkah senangnya kalau punya mobil baru…’ Tapi habis itu, baru berapa bulan saja sudah merasa tidak seindah dulu ya.

+ Begitu pula katanya, waktu baru memiliki pasangan hidup…

– Oh ya? Waaaaah… aku gak berani komentar deh kalau soal suami-isteri…  Mending teruskan saja. Yang kedua apa?

+ Hal-hal yang lama versus baru. Kita cenderung menganggap remeh barang lama, lagu lama, program, bahkan sampai teman — semua yang lama cenderung kita nomor duakan, dan mendahulukan yang baru.

– Buktinya apa Mbak?

+ Buktinya, betapa orang sibuk meladeni teman barunya di Facebook, tapi lupa berkomunikasi dengan kawan lamanya di dunia nyata.

– Oh iya ya.. benar juga. Lalu, yang ketiga?

+ Begini saja Mas Kiwir. Biar ringkas, saya sampaikan saja yang ke-3 sampai ke-5 ya…  Kata nenekku, kita juga suka meremehkan:

  1. Hal-hal yang dekat versus jauh. Itulah sebabnya muncul istilah ‘rumput tetangga lebih hijau’ — karena yang ada di depan mata kita anggap remeh. Ketika orang bicara dengan kawan di depannya, kadang sering melupakannya dan memilih berkutat dengan HP, menjawab sms, BBM-an, dan sebagainya, yang datang atau dikirim kepada orang-orang yang jauh, sementara kawan di depan justru ‘dicuekkin’. Identik dengan soal kawan lama dan baru, betapa banyak kawan kita (ya, maksudnya kawan lama) di luar Facebook sebelum ini, tapi kita justru sibuk ‘mengurus’ kawan ‘baru’ yang ‘jauh’ di dunia maya.
  2. Yang mudah , mudah didapat, mudah diurus, mudah dipelajari, versus yang dianggap ‘sulit’. Misalnya, buku yang didapat secara mudah, atau gratis, pasti dianggap remeh, ketimbang buku yang dibeli dengan mengorbankan sekian ratus ribu rupiah.
  3. Yang kita anggap ‘hak’ kita. atau yang kita nilai sebagai ‘gift‘ bagi kita. Semisal orang tua yang dikira sudah jadi ‘hak’ anak, maka ketika seorang ibu atau ayah meladeni anak, menyiapkan minum dan makanan yang disukainya, ia menganggap bahwa itu sudah menjadi ‘hak’nya, dan sudah menjadi ‘kewajiban’ orang tua untuk menyediakannya bagi sang anak. Akibatnya, pelayanan orang tua diremehkan. Begitu pula halnya dengan suami-isteri, atau boss dan anak buah.

Weleh weleh weleeeeh…. Mbak Klepeon ini memang top. Sudah bisa jadi filosof sekarang.

+ Ah, nggak lah.. Aku kan cuma nerusin yang dikatakan nenekku — dan dia dengar dari radio. Ayo Mas, monggo rawonnya dimakan. ‘Ntar keburu dingin lho…

– Kalau begitu, nenekmu yang ahli filsafat ya. Kirim salam hormat buat beliau ya. Aku jadi belajar hal baru sekarang. Matur nuwun lho Mbak. Alhamdulillah, rejeki ketemu sampeyan saya dapat tambahan ilmu.

Srupuuuttt… Suara kuah rawon di bibir Kiwir.

Huuuuugh… Kiwir masih juga geregetan memandangi tahi lalat di mulut Klepon.

2 thoughts on “5 Hal Yang Sering Diremehkan Orang

  1. Saya paling suka yang ke-5 “Sudah merasa bahwa itu hak kita.” Ini – bagi saya – yang paling membahayakan, yang membuat kita (baca “saya”) bisa teregelincir. Terima kasih sudah diingatkan.

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s