Hati Yang Menakjubkan – 1


Bicara soal hati rasanya tak pernah habis. Ia selalu menjadi topik yang menarik. Tapi apa sebenarnya yang kita ketahui tentang ‘hati’ ?

Lukisan Pelantikan Imam Ali as oleh Nabi saw di Ghadir Khumm – Investiture of Ali (sumber: wikipedia)

Segudang filosof, ahli jiwa atau psikolog di Timur dan Barat mencoba menerangkannya – – lewat berbagai teori dan petatah petitih, tapi sepertinya belum ada yang bisa menggambarkannya secara tepat secerah Imam Ali bin Abithalib a.s.

Singa Padang Pasir, sang pembeda antara yang Mukmin dan Kafir, dan mahaguru kebijaksanaan sepanjang sejarah ini bilang, ia takjub pada ‘hati’ manusia.

Pernah dimuat di Facebook 5 Juli, 2010

 

Hati, katanya, mengandung elemen “kebijaksanaan”, tapi sekaligus juga menyimpan anasir yang berlawanan dengannya. Di bawah ini beberapa ciri khas ‘HATI’ manusia:

~ Ketika ‘harapan’ tumbuh cantik merekah di dalam hati, maka benih materialisme-dan-kekerdilan jiwa membuatnya (harapan itu) layu; dan saat kekecutan jiwa itu berkembang, maka ketamakan menghancurkan sang harapan tadi.

Bagaimana mengulasnya?

Barangkali yang beliau maksud adalah sang pemilik hati, ketika punya asa (harapan) yang baru tumbuh, hendaknya segera melaksanakannya secara sebaik-baiknya.

Jangan menunda niat berbuat baik sedetik pun, karena nanti ia keburu ‘layu’ oleh anasir materialisme dan kekerdilan jiwa yang mencoba merenggutnya. Jika itu terjadi, ketamakan pun akan menjadikan harapan baik tadi hancur berkeping-keping.

Sebaliknya, kata Imam Ali:

“ketika keputus-asaan merengkuh di dalam hati, perasaan ‘kasihan pada diri’ sendiri membunuhnya.”

Menarik sekali: sesudah bicara mengenai harapan (asa), ia menyusulnya segera dengan bahasan soal yang sebaliknya: keputus-asa-an.

Saya tidak tahu apa pemahaman Anda mengenai kalimat di atas. Menurut saya, putus asa seringkali menjadikan orang lemah, lunglai. Apatis. Kemudian muncul rasa kasihan (self-piety) pada diri sendiri, sehingga tidak ada gairah hidup. Orang menjadi seolah ‘mati sebelum meninggal’. Itu sebabnya agama melarang orang putus-asa.

Putus asa adalah dosa… Dalam bahasa Al-Qur’an, Jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Bahkan sebejat apa pun manusia sebesar apa pun dosa yang pernah dilakukan, pastilah diampuni (kecuali musyrik kepada Allah).

Selanjutnya, sang Imam yang suci bicara mengenai marah…Tapi nanti kita sambung di bagian dua (2) saja.

Baca juga:

 

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s