Beragama kok Gak Toleran?


Terry Jones
Terry Jones (Photo credit: Wikipedia)

Hingga hari ini kita masih belum tahu apa latar belakang penganiayaan dua jemaat HKBP Bekasi. Semoga saja polisi bisa segera mengungkap pelaku dan motivasi mereka secara transparan.

 Tulisan Opini saya (Syafiq Basri) ini, aslinya berjudul,”HKBP, Terry Jones, dan Toleransi Beragama,” dimuat di Media Indonesia,  Jumat, 24 September 2010

Pengungkapan polisi itu sangat penting karena dua sebab. Pertama, peristiwa itu bahkan menjadi perbincangan antara Menlu Marty Natalegawa dan Menlu AS Hillary Clinton dalam pertemuan keduanya, Jumat 17 September, di Washington. Kedua, dan ini patut digarisbawahi, peristiwa yang berkaitan dengan soal agama selalu menjadi isu sensitif bagi kita di Indonesia. Sekecil apa pun sebuah agama atau pengikutnya disulut fitnah atau dinodai, segera saja pengikut agama itu bereaksi keras. Kedua, lihat misalnya yang terjadi dengan dengan Salman Rushdie (Ayat-Ayat Setan), Ahmadiyah, FPI, dan lainnya. Juga, yang masih hangat dalam ingatan kita, rencana pembakaran Alquran oleh pendeta Terry Jones belum lama ini. Saat terbetik berita provokasi sang pendeta, bukan hanya kaum muslimin di berbagai negara yang marah, melainkan juga para tokoh gereja di dunia. Bahkan Vatikan pun mengutuk rencana itu.

Jika bicara soal Terry ini, kita jadi penasaran, apa yang sesungguhnya ia ketahui mengenai Alquran? Mungkin sekali pemimpin gereja kecil evangelis The Dove World Outreach Center di Florida, itu tidak mengira rencananya membakar Alquran untuk memperingati tragedi 11 September 2001 itu bakal berdampak amat serius.

Meski First Amendment konstitusi AS–yang memberikan kebebasan bicara–memberi hak kepada siapa pun, termasuk gereja, untuk melakukan apa saja, toh kecaman datang bertubi-tubi bahkan dari mayoritas umat kristiani sendiri.

Virgin Mary and Jesus, old Persian miniature. ...
Virgin Mary and Jesus, old Persian miniature. Di dalam Islam, mereka dipanggil dengan Maryam dan Isa. (Photo credit: Wikipedia)

Semua menyesalkan hal itu. Padahal, kalau saja Terry Jones paham bagaimana Alquran menghormati Yesus, yang dalam Alquran disebut dengan nama Isa, besar kemungkinan pikiran itu tak bakal muncul dalam benaknya.

Tahukah Terry Jones bahwa kesucian dan jiwa umat Islam dalam menghormati Yesus bersumber pada Alquran? Tahukah ia bahwa umat Islam selalu menyebut nama Yesus (baca: Isa) dengan gelaran alaihi salam (AS), ‘damai atasnya’–yang maknanya adalah sebuah pemuliaan, sebagaimana diberikan kepada keluarga Nabi Muhammad, sahabat, dan orang-orang suci dalam Islam?

Alquran secara eksplisit menyebut Yesus, ‘Isa’ dalam bahasa Alquran, sedikitnya 25 kali. Itu artinya lima kali lipat dari penyebutan nama Nabi Muhammad SAW. Alquran juga menggelari Isa AS yang namanya berasal dari bahasa Ibrani, Esau dan Yeshehua–dengan sebutan-sebutan yang mulia, di antaranya ‘Almasih’, ‘Kalimat Allah’, ‘Rasul Allah’, dan ‘Ibnu Maryam’ (Putra Maryam). Ia disebut sebagai ‘utusan yang saleh’ (Al An’am 85), dan ‘pembawa Kitab Injil’ (Al Maidah 49). Memang masih ada ulasan lain seperti kontroversi penyalibannya, tetapi tidak pada tempatnya di sini untuk membahasnya terlalu jauh.

Baca juga: Pujian Michael Hart kepada Nabi Muhammad saw.

Selain menulis tentang mukjizat Isa AS yang bicara ketika dalam buaian, menghidupkan orang mati, dan menyembuhkan orang buta dengan izin Tuhan, Alquran juga memberi penghormatan yang luar biasa kepada ibunda beliau, Maria (Maryam). Bahkan salah satu (di antara 114) surah di dalam Alquran diberi nama Surah Maryam.

Kelahiran Almasih pun digambarkan secara apik, sehingga setiap muslim mengetahui kisah Maryam dengan posisi mulianya ketika mengabdikan dirinya di Baitul Maqdis, sebelum anugerah kelahiran putranya, Isa AS yang tanpa ayah itu diterimanya.

Kemarahan umat Islam atas rencana pembakaran itu karena Alquran kitab suci yang sangat sakral. Pertama, mereka sangat yakin Alquran adalah otentik. Bagi umat Islam, Alquran bukan karangan manusia (Nabi Muhammad SAW) yang adalah seorang ummiy (tidak dapat menulis dan membaca), melainkan wahyu dari Tuhan semata.

Sejak diturunkan 14 abad lalu hingga zaman ini, Alquran dibaca mulai dari ulama besar, ayatullah, ustaz, hingga orang awam. Ia satu-satunya ‘buku’ yang bisa dihafal di luar kepala, sejak awal Surah Al Fatihah hingga akhirnya (Surah An Nas) –tanpa satu huruf pun berbeda dari yang termaktub. Bahkan orang non-Arab pun dapat menghafalkan seluruh 30 juznya.

Sura Al-Fātiha from a Qur'an manuscript by Hat...
Surat Al-Fātiha dalam Qur’an manuscript oleh penulis (Hattat) Aziz Efendi. (Wikipedia)

Walaupun Nabi SAW, keluarganya, dan para sahabatnya menghafal isinya, guna menjamin terpeliharanya wahyu Allah itu, Nabi memerintah beberapa sahabat yang dikenal pandai menulis–seperti Ali ibn Abi Talib dan Zaid bin Thabit untuk menuliskan ayat-ayat itu di pelepah kurma, batu, kulit, atau tulang binatang. Beliau juga menyampaikan tempat dan urutan setiap ayat dalam surah berkenaan agar semuanya dicatat. Para penulis itu dikenal sebagai penulis wahyu (kuttab al-wahy). Sementara untuk tugas-tugas di luar itu, terdapat kesekretariatan yang bertugas menulis surat, perjanjian, dan sebagainya.

Khalifah pertama, Abu Bakar, membentuk tim penulisan yang diketuai sahabat Zaid bin Tsabit. Abu Bakar memerintahkan agar masyarakat membawa manuskrip mereka ke Masjid Nabawi di Madinah, untuk kemudian diteliti tim Zaid. Naskah yang diterima harus sesuai dengan hafalan sahabat yang lain dan merupakan hasil perintah Nabi SAW, bukan atas inisiatif orang itu sendiri. Hal ini pun mesti dikuatkan oleh dua orang saksi mata.

Langkah Abu Bakar dilanjutkan khalifah II, Umar, dan khalifah III, Usman bin Affan. Beberapa salinan yang telah diverifikasi tim Zaid kemudian disebarkan ke berbagai kota di dunia dan menjadi sumber rujukan setiap kali ada verifikasi untuk kesesuaian isi Alquran. Selain sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW, Alquran berfungsi sebagai petunjuk nomor wahid bagi umat Islam. Ia adalah dasar syariat Islam dan ‘hidup-mati’ setiap muslim. Maka, tak aneh bila kemudian kaum muslimin marah kepada Terry Jones.

Tapi mungkin semua ada hikmahnya. Siapa tahu, justru insiden Terry Jones membawa pelajaran agar hendaknya kita makin hati-hati dalam menghakimi agama orang lain. Siapa tahu, justru akibat kejadian ini, dua agama besar di dunia ini, Islam dan Kristen, bisa makin akrab dan pengikutnya makin toleran serta saling menghormati satu sama lain. Wallahu a’lam.


2 thoughts on “Beragama kok Gak Toleran?

  1. Sebuah tulisan yang sangat penting untuk membangkitkan kesadaran bertoleransi antar agama. Saya sendiri juga heran dengan Terry Jones. Agama seharusnya memberi makna yang melebihi kehidupan duniawi dan mengarahkan manusia kepada sesuatu yang hakiki. Tetapi kalau niatnya untuk membakar “kitab suci” agama lain, bukankah itu sesuatu yang tidak etis? Saya rasa dalam agama apapun, tidak ada yang mengajarkan tentang hal itu. Sebagai seorang umat kristiani, saya prihatin dan juga menentang segala bentuk tindakan yang dapat ‘mengadu domba’ antar agama. Saya jadi teringat pembahasan sebelumnya bahwa di dalam etika ada empat tingkatan untuk mempertimbangkan hubungan kita dengan sesama, yaitu cari selamat, untung-rugi, benar-salah dan baik-buruk. Dalam hal ini, saya rasa agama terlebih lagi selalu mengajarkan untuk mempertimbangkan baik atau buruk bagi manusia sebelum bertindak. Walaupun tujuannya baik, tetapi kalau hasilnya keliru, tetap saja “the ends justified the means”. Tentu akan berakibat fatal jika melihat hasilnya. Menurut saya, jika Terry Jones memang ingin melakukan tindakan berbahaya, seharusnya dia jangan ‘bawa-bawa’ nama agama, karena yang akan terkena ‘imbasnya’ bukan saja dirinya, tetapi semua umat kristiani dan Islam yang tersebar di seluruh dunia. Saya percaya bahwa setiap agama punya tujuan yang baik, dengan caranya masing-masing. Hendaknya kita lebih menghargai satu sama lain. Saya sendiri jadi lebih paham bahwa dalam Al’quran juga tertulis tentang Yesus sebagai Isa. Dengan kata lain, antara agama yang satu dengan yang lain selalu punya hubungan, baik secara eksplisit ataupun implisit. Semuanya memiliki sejarah sehingga melalui sejarah tersebut, akan lebih baik jika kita bisa saling mempelajarinya agar bisa menumbuhkan “respect” antara agama yang satu dengan yang lain.

    1. Jeany, saya kagum pada komentar Anda. I wish Terry Jones juga membacanya, sehingga dia bisa lebih menghargai perbedaan pendapat dan pentingnya toleransi terhadap pengikut agama lain. Tindakan yang dilakukannya itu memang bisa memancing kemarahan umat Islam yang dalam ajarannya diperintahkan untuk menghormati agama lain, kecuali bila agama (Islam) diganggu lebih dulu. Di dalam Islam, jangankan manusia, bahkan terhadap hewan yang akan disembelih (dalam Hari Raya Iedul Adha, misalnya), semua umat Islam mesti berlaku sebaik-baiknya dan etis. Hewan yang akan disembelih pun tidak boleh disiksa, pisaunya mesti tajam benar (sehingga tidak ada torture), dan sebagainya. Nah, apatah lagi terhadap manusia lain (meski beda agama). Nabi Muhammad saw — yang menjadi penerus Yesus (Nabi Isa as) dan menyempurnakan agama Tuhan (sebagai nabi terakhir) — mengajarkan bahkan di saat perang melawan musuh pun, orang Islam tidak boleh menyerang lebih dulu (jadi bersikap defensif), tidak melukai mereka yang tidak bersenjata (non combatans), wanita dan anak-anak dan tumbuh-tumbuhan. (Setahu saya, prinsip seperti ini belakangan ‘diadopsi’ oleh Konvensi Geneva yang mengatur ‘etika’ berperang di dunia.)

      Anyway, terima kasih atas komentar Jeany yang mencerahkan.

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s