40 Tahun Bermaksiat


Nabi Musa, Palestine
Palestina, bagian wilayah dakwah Nabi Musa as (Photo credit: Wikipedia)

Alkisah, suatu ketika datang musim paceklik yang hebat. Semua penduduk kota menderita saking panasnya udara yang luar biasa.

Nabi Musa (as) berdoa dan minta kepada Allah agar diturunkan hujan.

Kemudian Allah menjawab, “Aku tak akan menurunkan hujan, sebelum seorang ahli maksiat yang ada di situ pergi — karena orang itu telah menentang-Ku selama 40 tahun.”

Musa pun berkeliling, mencari si ahli maksiat. Dia masuk-keluar kampung. Musa memanggil-manggil, “Wahai orang yang telah bermaksiat kepada allah selama 40 tahun, keluarlah kamu. Kalau tidak penduduk negeri ini semua menderita karenamu.”

Sang ahli maksiat kaget, takut dan malu. Ia kemudian menutupkan muka dengan jubahnya, dan berteriak,”Oh betapa malunya aku, wahai Tuhan..” (Dia sangat kuatir semua orang akan tahu dan mempermalukan dirinya jika sampai ketahuan). Ia kemudian bertaubat. “Ya Allah, ampuni aku.. Aku benar-benar taubat. Sesungguhnya, aku bermaksiat bukan karena ingin menentang-Mu, tetapi diriku ini yang tidak sanggup melawan godaan yang datang. Ampuni aku ya Allah… ”

Belum selesai ia berdoa, langit mendung, dan hujan turun dengan derasnya.

Musa heran.”Ya Allah, bagaimana ini, aku belum temukan orang yang bermaksiat kepada-Mu itu, tapi kini Engkau sudah turunkan hujan?”

Ya Allah; aku bermaksiat bukan karena ingin menentang-Mu... Ampuni daku, Ya Robb!

Jawab Allah: “Wahai Musa, sesungguhnya dia telah bertaubat kepadaku..”

Lalu kata Musa: “Kalau begitu, tunjukilah daku. Siapa kiranya orang yang telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun itu?”

Allah pun berkata lagi:” Duh, Musa… (Kamu ini gimana sih..? -SB) Aku sendiri telah mengampuninya. Aku tutupi rahasia dirinya selama 40 tahun ia bermaksiat kepada-Ku, lalu sekarang engkau ingin membuka aibnya? Ketahuilah wahai Musa, sesungguhnya aku turunkan hujan ini karena dia!”

Sebenarnya kisah di atas hanya satu ilustrasi mengenai sifat Allah Yang Maha Pengampun, dan bahwa ampunan-Nya itu diberikan secara sangat cepat, tepat, kapan saja Dia mau, dan di luar dugaan makhluk-Nya.

Itu sebabnya, manusia diharuskan untuk selalu memiliki ‘harapan’ – optimism – bahwa Tuhan akan selalu mengampuni dosanya, seberat apa pun dosa itu. Bahkan seorang yang sudah berkutat dengan maksiat selama 40 tahun pun diampuni-Nya.

Itu disampaikan dalam sebuah ceramah menarik oleh Ustadz Muhammad bin Alwi (Bangil) di Jakarta, awal April lalu.

Al-Qur'an di Musium (diperkirakan dari abad 8 atau 9): mengajarkan manusia untuk selalu takut kepada Tuhan dan tidak putus berharap pada ampunan-Nya.

Dalam ceramahnya itu, sang ustadz membahas bahwa Muslimin mesti selalu berada dalam keadaan antara ‘berharap’ dan ‘takut’. Berharap, optimis, bahwa dosanya akan diampuni. Tapi juga takut bahwa sebaik apa pun amalnya, tetap saja ada kemungkinan sang hamba terperosok dalam dosa – lebih-lebih pada akhir umurnya – sehingga ia terperosok ke dalam neraka.

Konsekuensinya, seorang Muslim tidak boleh merasa hebat, ujub (bangga diri): meski ia selalu beribadah, beramal, banyak solat, puasa, umrah, dan sebagainya – sebab, siapa tahu suatu ketika ia dirasuki dosa-dosa yang membawanya ke azab jahannam.

Sebaliknya, sebesar apa pun dosa yang telah dilakukan, seorang Muslim tidak boleh berputus asa dari rakhmat dan ampunan Allah, karena Dia bisa (dan boleh) mengampuni siapa saja yang bertaubat kepada-Nya.

Demikian pula, seorang Muslim dilarang keras menggunjing keburukan (dosa) orang lain, sebab boleh jadi justru yang digunjing itu diampuni Allah, sedangkan diri si penggunjing justru membawa dosa (baik dosa sebelumnya, maupun dosa besar akibat menggunjing) yang malah membawanya ke api neraka.

Dalam bagian lain, ceramah Ustadz itu juga mengemukakan bahwa ampunan Allah itu sering kali mendahului amarah-Nya. Ini sekaligus bisa diartikan bahwa agama Islam adalah agama yang sangat menekankan cinta-kasih, agama eros: kalau Tuhan saja sangat suka mengampuni hamba-Nya yang berdosa besar, tentunya sang hamba sendiri harus selalu suka menebarkan maaf, ampunan dan cinta.

2 thoughts on “40 Tahun Bermaksiat

  1. Rahmat Allah sangat besar, Dia mengampuni dosa-dosa hambanya secepat kilat, kecuali syirk. Makanya kita harus setiap hari memberbahurui iman kita dengan mengucapkan “la ilaaha illallaahu”, ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw., kalau seorang muslim sampai terperosok ke dalam neraka ini keterlaluan, karena Allah SWT. sudah memberi fasilitas pengampunan yang luar biasa, maka ayo kita manfaatkan sebaik-baiknya. Pak Syafiq Basri tulisan sangat bagus.

    1. Terima kasih, Saudara Muhammad Assegaff. Setuju sekali, kita harus selalu menjaga dan memperbaharui iman kepada Allah SWT. Lagi, sesuai dengan petunjuk-Nya untuk selalu dalam keseimbangan antara ‘harapan’ (rojaa’) dan ‘takut'(khauf).
      Salam hangat selalu. 🙂

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s