6 Cinta


Ternyata ‘cinta’ bisa jadi perkara.

Ada enam cinta. Cinta dunia, cinta kekuasaan, cinta makanan, cinta perempuan, cinta tidur, dan cinta kenyamanan. Ke-enamnya itu ternyata bisa menjadi pemicu munculnya sebuah maksiat kepada Allah SWT.

Maka, cucu baginda Nabi saw, Ja’far As-Sadiq as, menasihati agar berhati-hati terhadap ke-enamnya.

“Urusan yang paling sering menyebabkan terjadinya maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala (SWT) ada enam hal, cinta dunia, cinta kekuasaan, makanan, perempuan, tidur, dan kenyamanan,” kata Imam Ja’far as-Sadiq as.

Seorang ulama menjelaskan, bahwa keenamnya merupakan hal-hal yang mengawali maksiat. “Bukan berarti bahwa hal-hal lain tidak menyebabkan orang menjadi terlalu cinta pada dunia, tetapi dosa-dosa yang menghampiri manusia biasanya bersumber dari keenam masalah itu.”

(Catatan: Terima kasih kepada Syarifah Muna Idrusi, seorang rekan di Facebook – yang telah memberikan bahan untuk tulisan ini).

Harta, salah satu sumber maksiat; Uang dinar Dinasti Abbasiyah-Harun al-Rashid tahun 786-809 - dari situs Edgarlowen.
  1. Pertama cinta dunia atau persahabatan dengan uang. Orang yang terjebak di dalamnya ini tidak mengenal halal dan haram lagi. Oleh karena itu ia menyebabkan terjadinya maksiat.
  2. Kedua adalah cinta kekuasaan dan kepemimpinan. Ini juga menjadi sumber dosa. Tentu saja yang dimaksud adalah ketika orang menyalahgunakan kepemimpinannya. Sekarang pun kita menyaksikan banyaknya pemimpin politik atau penguasa yang melakukan korupsi dan penyalahgunaan wewenang.
  3. Ketiga adalah kecintaan pada makanan atau menjadi ‘budak perut’, yaitu orang-orang yang terjebak dan hanya memikirkan makanan. Itu sebabnya Islam menganjurkan orang untuk banyak berpuasa, karena puasa itu menurut ulama, adalah ‘gizi untuk ruh’ manusia.
  4. Keempat adalah cinta perempuan atau ‘budak perempuan’. Tentu itu untuk orang laki, tetapi maksud dari ‘cinta perempuan’ di sini adalah orang yang mengumbar hawa nafsu seksualnya, baik ia seorang laki-laki — yang biasanya lebih mudah tergoda — mau pun wanita.
  5. Kelima adalah cinta tidur, yakni orang-orang yang banyak tidur. Mereka juga akan terjebak dalam maksiat. Contoh yang paling mudah adalah, karena terlalu cinta tidur, solat subuh jadi terlewatkan.
  6. Keenam adalah cinta kenyamanan, yakni orang yang tidak suka bersusah payah. Orang yang terlalu mengejar ‘kenyamanan’ biasanya mau enaknya saja, cenderung malas, ingin ‘cepat kaya’ tanpa berusaha. Itu sebabnya juga, kata ulama, orang dianjurkan untuk berbakti, memperhatikan orang lain atau memasukkan ‘rasa gembira’ kepada saudaranya, khususnya mereka yang berada dalam kesulitan atau kaum lemah.

رُوِيَ عَنِ الصَّادِقِ (عَلَيهِ السَّلَامُ) قَالَ:

إِنَّ أَوَّلَ مَا عُصِيَ اللَّهُ بِهِ سِتٌّ حُبُّ الدُّنْيَا وَ حُبُّ الرِّئَاسَةِ وَ حُبُّ الطَّعَامِ وَ حُبُّ النِّسَاءِ وَ حُبُّ النَّوْمِ وَ حُبُّ الرَّاحَةِ.[*]
[*]. بحارالانوار، ج70 ، ص 60

3 thoughts on “6 Cinta

  1. He3x, mari kita saling mendo’akan. Sebuah kesadaran adalah awal perbaikan – aamien. Sebenarnya, saya juga cenderung suka makan, namun – alhamdulillah – lidah saya berbeda dari lidah kebanyakan orang Indonesia. Saya sulit menikmati makanan yang dibubuhi food seasoning, secanggih apapun itu (apalagi yang tidak canggih). Saya meringgis menyaksikan pembuat martabak asin, yang isinya telur, daging dan sayuran, toh masih membubuhkan beberapa sendok serbuk putih bernama . . . . seasoning. Katanya “agar gurih!”. Tobaaaat, bukankah daging dan telur sudah memiliki rasa gurih bawaannya?

    Saya suka heran melihat orang datang, sengaja, ke suatu tempat hanya untuk mencari makanan tertentu – sesuatu yang nyaris belum pernah saya lakukan (g berani kalau menyebut tidak pernah), antri lagi.

    Yang membuat saya meringgis lagi adalah saat merasakan bahwa, makanan berkuah santanpun masih juga dibubuhi seasoning (ada yang berupa serbuk putih, serbuk coklat muda, atau berbentuk cairan). Cukup sulit mencari makanan tanpa seasoning, bahkan di rumah saudara kandung saya sendiri. Jadilah saya penggemar makanan sederhana – memang saya orang sederhana – hasil karya sendiri (yang kata kebanyakan orang “tidak enak”). Saya menisbahkan “ketidakenakkannya” kepada “makanan sehat” menurut TCM, yaitu makanan dengan rasa sederhana (kata paman saya “Masakan di rumahmu rasanya sayup-sayup.” Saya antisipasi dengan menyediakan garam, merica, juga kecap, tapi keberatan kalau harus menyediakan penyedap, apapun bentuknya). Jadi ingat pada cita rasa makanan di rumah sakit . . . . . .

    Maaf, jadi curhat nih. Salam

  2. Tampaknya, jenis cinta yang ke-3 sering dianggap remeh. Kita saksikan cinta makanan mulai merebak dan disuburkan di mana-mana. Dapat kita lihat orang berburu aneka makanan dan bersedia antri atau melakukan kepayahan2 lainnya hanya untuk memenuhi kepuasan atas makanan. Bulan puasa juga tidak lepas dari cinta makanan, sehingga orang bisa berpayah-payah menyiapkan makanan istimewa untuk perut ketimbangan makanan istimewa untuk ruh . . . . . . . Mudah-mudahan kita terhindar dari perilaku seperti ini

    1. Benar Bu Mieke. Tapi saya jadi malu, karena jangan-jangan diri ini juga masih tergolong doyan makan. 😦
      Semoga makin hari makin baik ya Bu… Doakan please.

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s