A wise old owl sat on an oak; The more he saw the less he spoke; The less he spoke the more he heard; Why can’t we all be like that bird?
- Seekor burung hantu bertengger di pohon oak;
- Makin banyak yang dilihatnya makin sedikit ia bicara;
- Makin sedikit ia bicara, makin banyak ia mendengar.
- Mengapa kita tidak bisa seperti burung itu?
Burung Hantu: antara Baik dan Buruk.
Berbagai bangsa di dunia menghubungkan burung hantu (owl) dengan mitos dan kebudayaan mereka.
Burung hantu dikaitkan dengan berbagai sifat, seperti yang keren (handsome), elegan, nocturnal (aktif pada malam hari), pengamat yang baik, penuh kerahasiaan pribadi (privacy), pendiam, sederhana, bijak, suka penasaran…
Tapi anggapan itu khususnya berkembang di Barat saja.
Bangsa Barat modern pada umumnya mengasosiasikan burung hantu dengan kebijakan. Kaitan itu berasal dari Yunani Kuno, tempat Atena, yang ramai dengan seni dan keilmuan, memiliki burung hantu sebagai simbolnya.
Simbol itu kemudian banyak digunakan pada budaya Eropa kuno, antara lain dengan menggambarkannya sebagai dewi .
Namun, dalam budaya berbagai suku penduduk asli di benua Amerika, seperti suku Aztec dan Maya, misalnya, burung hantu justru dikaitkan dengan kejahatan. Dalam mitologi Arab, burung hantu juga dihubungkan dengan makhluk jahat.
Mata besar yang dimilikinya tertanam kuat dalam kantung (kelopak), sehingga ia mesti menggerakkan seluruh kepalanya ketika hendak menggeser pandangan. Subhanallah, (karena itu) lehernya bisa berputar hingga 270 derajat.
Berhubung matanya rabun jauh, burung hantu hanya bisa mengamati mangsa yang jauh, dan tidak dapat melihat apa pun dalam jarak beberapa senti meter di depan matanya. Itu kelemahannya. Namun, kelebihannya, mata burung hantu bisa melihat secara baik dalam kegelapan atau saat cahaya minimal.
Telinga burung hantu tidak simetris. Dengan telinga-telinga yang berada pada tempat yang berbeda di tengkoraknya — tidak simetris — burung hantu bisa menentukan arah dari mana datangnya suara secara sangat presisi (akurat), berdasarkan gelombang suara yang masuk ke telinga kanan dan kirinya.
Ia kemudian menggerakkan kepalanya, hingga suara itu terdengar secara simultan di kedua telinga, yakni pada saat ia langsung berhadapan muka dengan sumber suara. Jeda waktu terdengarnya suara di antara kedua telinga itu hanya sekitar 0,00003 detik, atau 30 perjuta detik.
Terserah Anda, mau mengikuti mitos Yunani — yang menganggap burung hantu sebagai simbol kebijakan dan ilmu — atau mitos Aztec, Arab atau lainnya.
Yang jelas, kalau bicara mendengar, ilmu dan pengetahuan, beberapa tulisan berikut bisa menjadi rujukannya:
- The Wise Owl. (bloomanyway.wordpress.com)
begitu rupanya. jadi tahu. kemaren istri nanya “kenapa burung hantu ya yang dijadikan icon ilmu pengetahuan”. bingung deh jawabnya.