Abu Hurairah: Obrolan Kiwir di WBH


Bahasa Indonesia: 4 sahabat nabi
4 Sahabat utama Nabi saw (Image via Wikipedia)

Siapa tidak kenal Abu Hurairah?

Memasuki bulan Rabi’ul Awwal, bulan Maulid Nabi saw, beberapa hari silam, Misro dan Kiwir bicara soal sahabat Nabi saw, di Warung Bang Hoody (WBH), Pejaten. Perbincangan menyangkut sahabat Nabi saw, Abu Hurairah, yang banyak sekali meriwayatkan hadis. Lebih tepat lagi karena bulan sebelumnya, Sofar, adalah saat yang bersamaan dengan peringatan ‘khaul’ wafatnya Sang Rasul saw (menurut sebagian riwayat beliau meninggal pada bulan Rabi’ul Awwal juga).

– Pak Misro pernah tahu mengenai Abu Hurairah?


+ Setahu saya nama Abu Hurairah tidak kalah populer ketimbang para ‘Abu’ yang lain, Khalifah Abubakar, Abu Thalib, Abu Jahal, Abu Sofyan, dan Abu Lahab.

– Benar, yang sebagian di “kanan” — pecinta Nabi saw — dan sebagiannya di ‘kiri’…

+ Di antara yang di ‘kiri’ itu adalah Abu Lahab dan Abu Jahal ya Pak Kiwir?

– Hehehe… Benar juga. Nah, mengenai sahabat Nabi saw yang namanya Abu Hurairah ini te-o-pe-be-ge-te deh. Ia meriwayatkan hadis dalam jumlah yang luar biasa banyaknya; lebih banyak dari siapa pun pada masa Nabi saw. Ulama menghitung, hadis yg diriwayatkan Abu Hurairah dalam Bukhari saja mencapai 446 buah. Total hadis yang diriwayatkannya, menurut hitungan ahli nujum, eh.. ulama, maksud saya, ada: 5.374.

+ Waaah…Hebat benar? Lima ribu tiga ratus tujuh puluh empat hadis?

– Iya, Bung: 5.374. Seorang sahabat Nabi yang sangat ’istimewa’, Abu Hurairah itu.

+ Lho, kok bisa? Bukankah jumlah hadis yang diriwayatkan para sahabat yg sangat dekat dengan Nabi saw, seperti para khalifah yg empat itu saja tidak sebanyak itu? Kok Abu Hurairah sendirian bisa meriwayatkan segitu banyak?

Percakapan terhenti sejenak. Pengunjung WBH makin padat.Seorang cewek kece datang menghampiri mereka. Kiwir dan Misro masing-masing berpikir itu teman salah satu dari mereka. Ternyata bukan.

“Om, boleh pinjam kursi yang tidak dipakai ini,” tanya si wanita sambil tangannya meraih kursi di samping Kiwir.

“Oh ya, ya, silakan…,” jawab keduanya hampir bersamaan.

(bersambung ke bagian 2).

(Bagian 2)

“Padahal ngapain coba ngambil kursi itu? Mendingan kan duduk sama kita saja ya Pak…?” kata Misro.

“Ah, Bung Misro ini gitu deh. Kalau ada cewek bening langsung aja deh pengin dideketin. Genit ah… Ingat isteri di rumah Bung,” jawab Kiwir, sok alim.

Keduanya larut dalam tawa penuh arti… Dasar laki-laki !

+ Kembali ke ‘bisnis’ kita, Pak. Kok bisa ya Pak jumlah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah jauh lebih banyak dibanding jumlah hadis yang diriwayatkan para sahabat yg sangat dekat dengan Nabi saw?

– Benar, saya juga bingung. Ini catatan saya mengenai ke-empat khalifah itu: Abubakar bin Abi Quhafah meriwayatkan 142 hadis: Umar bin Khattab 437 hadis, Usman bin Affan 146 dan Ali bin Abithalib 586. Sehingga total hadis yang diriwayatkan ke-4 khalifah itu hanya 1.411 buah hadis.

+ Itu artinya hanya sekitar 25 % dari jumlah yg diriwayatkan Abu Hurairah dong…?

– Betul Bung…

+ Tapi by the way bus-way, tetap saja itu mungkin bukan? Saya gak tahu persis, tapi katakanlah, kalau Abu Hurairah itu barangkali sangat cerdas, dan pandai menghapal, boleh jadi ia memang mampu meriwayatkan hadis sebanyak itu, kan?

Foto lama Madinah Al-Munawarrah
Foto Madinah lama

– Entahlah. Tapi sebentar… Bagaimana kalau kita bandingkan masa hidup para sahabat itu? Hitung punya hitung, seumpama setiap orang setiap harinya meriwayatkan sebuah hadis dari Nabi saw, maka berarti seakan-akan Abu Hurairah hidup ‘mendampingi’ Nabi selama 14,7 tahun, padahal pada kenyataannya ia hanya tiga tahun saja hidup pada masa Nabi saw.

Sedangkan keempat khalifah itu, berdasarkan ‘utak-atik’ di atas, seolah-olah rata-rata ‘hanya’ hidup bersama Nabi sebentar sekali. Sahabat Abubakar dan Usman, kalau mengikuti hitungan yang sama, hanya hidup 0,4 tahun bersama Nabi, sedangkan Umar 1,2 tahun, dan Ali bin Abithalib 1,6 tahun.

+ Waaah.. kok bisa? Gimana ngitungya?

– Begini. Mari kita lihat hitungan saya ini.

Kiwir membuat corat-coret semacam tabel sederhana, seperti di bawah ini:

Sahabat – jumlah hadis — Lama hidup (tahun) bsma Nabi, bila diasumsikan sehari meriwayatkan satu hadis:

  • Abu Hurairah – 5.374 — 14,7 tahun
  • Khalifah Abubakar ra – 142 — 0,4 tahun
  • Khalifah Umar ra – 437 — 1,2 tahun
  • Khalifah Usman ra – 146 — 0,4 tahun
  • Khalifah Ali ra – 586 — 1,6 tahun

– Nah, Pak Misro, sebelumnya, Anda sependapat tidak bahwa Ali bin Abithalib a.s. bisa dianggap sebagai ‘sahabat’ yang paling lama hidup bersama Nabi saw, karena sejak kecil beliau dipelihara Nabi, dan merupakan lelaki pertama yang masuk Islam?

+ Ya.Tentu saja.. Beliau kan terus menerus mendampingi Nabi saw, sejak muda, menggantikan Nabi saw di tempat tidur pada malam hijrah, berkali-kali menjadi panglima perang bersama Nabi saw, teruuuuss… sampai saat Nabi saw wafat pun Imam Ali bersama beliau.

– Benar sekali. Artinya, Imam Ali as hidup paling dekat bersama Nabi saw, yakni selama 23 tahun… Bahkan lebih dari itu, bila dihitung sejak sebelum masa kenabian. Ya kan? Nah, beliau itu “hanya” meriwayatkan 586 hadis, maka logikanya begini: seumpama kita anggap Imam Ali a.s. meriwayatkan sebuah hadis per hari, maka beliau hanya ‘hidup’ bersama Nabi saw selama 1,6 tahun saja (586 dibagi 365 hari).

+ Oh ya.. Tapi itu jadi absurd deh.. Gak logis ya… ?

Keduanya seperti orang bingung. Dahi mereka berkerenyit… Mulut Misro malah menganga terbuka, persis kayak orang sedang kepingin makan kelepon. Keduanya menyeruput Cappucino yang ada di meja. Kiwir menyulut sebatang rokok A Mild lagi. Pusss… Asapnya membubung ke langit-langit Warung Bang Hoody.

– Pak ..Eh, Bung Misro, udah… jangan melongo begitu.

+ Bukan Pak.. Saya lagi gak habis pikir… Banyak sekali hadis Abu Hurairah itu, padahal beliau tidak selamanya bersama Nabi saw bukan?

– Tidak. Lha wong dia itu lebih banyak tinggal di emperan masjid Nabi kok, yang dalam kitab-kitab disebut sebagai ahli ‘suffah’… Malah lamanya tempo ia hidup di zaman Nabi saw, menurut riwayat hanya tiga (3) tahun saja. Bayangkan, jika dalam masa tiga tahun ia bisa ‘menciptakan’ hadis lebih dari lima ribu, apa tidak hebat dia itu?

+ Lho..Sebentar, Pak Kiwir, sebentar… Anda ini punya dasar bicara kayak gitu? Jangan bikin orang makin bingung atau marah lho Pak…

– Dalam Sahih Bukhari (jilid I hal.1), Abu Hurairah mengatakan tentang dirinya sebagai salah seorang penghuni “suffah” yang miskin. Dalam hadis panjang yg disebutkan Bukhari — jilid I hal.60 — Abu Hurairah mengatakan: “Aku melihat ada 70 penghuni suffah, tak satu pun dari mereka yang berbaju. Dan seterusnya…” Di tempat lain, ia mengatakan, bahwa “Aku dekat dengan Nabi hanya untuk makanan.” Itu ada di Sahih Bukhari jilid II. halaman 1.

+ Waaah, ya, saya kira sulit menerima orang yg hanya dekat dengan Nabi untuk makanan, bisa meriwayatkan hadis sebanyak itu. Kita jadi sanksi, apakah hadis-hadis itu bisa dipertanggung-jawabkan?

– Ya jelas, orang yang kritis akan sulit menerimanya, Bung Misro. Abu Hurairah sendiri menceritakan masa persahabatannya dengan Nabi saw melalui salah satu hadisnya yang dimuat dalam Sahih Bukhari. Lihat saja di Sahih Bukhari — yang bahasa Arab lho ya, bukan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Cek saja Bung, di Bukhari jilid II, halaman 182. Malah, kisah hidupnya juga dimuat dalam al-Ishabah dan At-Thabaqat.

+ Oh ya? Oke, oke. Percaya deh. Terus Pak?

– Nah, bila ditambahkan hadis-hadis isteri-isteri Nabi saw, Siti Aisyah ra dan Ummu Salamah ra, serta seluruh istri Nabi lainnya, plus putri Nabi saw, Siti Fatimah a.s., kedua cucu Nabi saw yang menjadi pemuda penghulu surga, Hasan dan Husain (alaihima salaamullah) — tambahkan semuanya, plus hadis yg diriwayatkan ke-4 “Khulafa’a Rasyidin” tadi, semuanya kalah banyak oleh jumlah hadis yg diriwayatkan Abu Hurairah.

+ Wooowww… gawat ini ya Pak. Lha kalau kita pikirkan ke-empat khalifah, para keluarga Nabi saw, isteri-isteri Nabi saw, yg hidup bersama Rasulullah, hijrah, berjuang, perang, keutamaan mereka dalam Islam, selama 23 tahun mengabdi pada Nabi, dan sebagainya; ternyata semua ‘kalah’ banyak dalam meriwayatkan hadis dibanding Abu Hurairah, maka tidak salah jika kita menganggap sahabat yang satu ini sungguh ‘istimewa’.

– Benar benar istimewa Pak. Kata ‘istimewa’-nya dalam tanda kutip. Ibarat martabak, itu bukan cuma tiga telor, tapi 13 telor.. he3.. 🙂

(bersambung ke bagian 3)

Bagian 3:

+ Lantas, bagaimana kualitas hadisnya Pak?

– Simak saja ini, dan nanti Anda bisa menyimpulkan sendiri, ya Bung Misro. Bukhari dan Muslim menyebutkan sebuah hadis yg diriwayatkan oleh Abdur Razak dari Mamar dari Huma bin Munabbih, bahwa Abu Hurairah telah berkata: “Nabi saw berkata, ‘Allah telah menciptakan Adam seperti bentuk-Nya sendiri sepanjang enam puluh hasta.”

+ Masha Allah…. Jadi, ukuran Tuhan adalah 60 hasta? Ada di mana tuh Pak?

– Ada di Sahih Bukhari Jilid IV hal.57; Sahih Muslim Jilid II hal.481, Musnad Ahmad jilid II.hal. 315. Cari kitab yang bahasa Arab lho Bung Misro.. Sekali lagi, jangan kitab hadis bahasa lain.

+ Wah, Pak Kiriw…eeeh, maksud saya Pak Kiwir… Maaf, saking bingungnya, sampai kepleset menyebut nama sampeyan..

– Hahaha.. Untung keplesetnya cuma Kiriw, bukan Prikitiuww…

+ Maaf Pak, maaf. Gini Pak Kiwir, Saya tidak tahu apa yang sampeyan pikirkan, tapi sebagai orang bodoh, saya tidak mudah mengerti bagaimana Tuhan bisa dikuantifisir begitu. Otak saya yang tumpul ini gak bisa menerimanya, dan saya pikir mending cari tuhan lain saja yang lebih gede dari 60 hasta. Ya ‘gak?

– Hehehe… Seperti cerita Nabi Ibrahim mencari Tuhan ya? Masih banyak hadis-hadis aneh lainnya Bung, tapi nanti saja kalau ada waktu insya Allah kita sambung lagi ya; sekarang saya harus pergi nih. Ditunggu pacar, eeeeh, isteri ‘
matsna‘ saya…hahaha …(Kiwir tertawa, sambil berjalan pergi).

+ Lho, isteri Pak Kiwir berapa…??

Misro bingung. Tapi Kiwir sudah terlanjur ngeloyor pergi. Saroooott… Misro terpaksa membayar minuman mereka di WBH.

15 thoughts on “Abu Hurairah: Obrolan Kiwir di WBH

  1. Sebuah tulisan yang menggugah akal dan hati yang mau terbuka. Memang seharusnya begitulah kita beragama. Terus menulis dan tetap rendah hati. Semoga Allah bersama anda

    Like

  2. Saya sudah baca teks bahasa Arab dari hadits yang ditakhrij Bukhari mengenai penciptaan Adam , artinya “Allah menciptakan Adam dan panjangnya 60 hasta” , jadi gak ada kaitannya dengan fisik Tuhan segala. Na’udzubillah.

    Like

  3. saya sudah baca hadits penciptaan Adam as yang ditakhrij oleh Bukhari yang berbahasa Arab, Tidak ada yang seperti disampaikan bahwa artinya “Nabi saw berkata, ‘Allah telah menciptakan Adam seperti bentuk-Nya sendiri sepanjang enam puluh hasta.” yang benar sebagaimana teks bahasa Arab dalam Hadits yang ditakhrij Bukhari artinya” Allah telah menciptakan Adam dan panjangnya 60 hasta” jadi gak ada tuh dikaitkan dengan panjang fisik Tuhan. Na’udzubillah

    Like

    1. Saudaraku Ibnu Siena,
      Terima kasih atas komentar Anda. Saya senang membacanya, dan sangat berharap kitab yang Anda nukil itulah yang benar. Di dalam tulisan di atas, (pembahasan tentang ukuran Tuhan yang 60 hasta itu) bunyinya begini (saya copy di bawah):
      – Ada di Sahih Bukhari Jilid IV hal.57; Sahih Muslim Jilid II hal.481, Musnad Ahmad jilid II.hal. 315. Cari kitab yang bahasa Arab lho Bung Misro.. Sekali lagi, jangan kitab hadis bahasa lain.”

      Husnudh-dhan saya, tentu saja akan sangat senang bila kitab yang Anda sebutkan itulah yang benar (dan bukan yang saya kutip di atas). Kalau boleh, mohon dituliskan rincian kitab yang Anda maksudkan itu, misalnya judul asli, penulis atau pen-sharh, nama penerbit, tahun terbit, tempat diterbitkannya, dan sebagainya. Maksudnya agar bisa kita pakai sama-sama sebagai rujukan yang benar. Sekaligus bisa digunakan untuk mengkoreksi buku mengenai ‘Abu Hurairah’ yang saya kutip dalam cerita di atas. Secara pribadi, saya (dan kita semua tentunya) benar-benar berharap bahwa kitab yang Anda kemukakan itulah yang benar. Dan itu sungguh melegakan.

      Oh ya, apakah Anda juga sempat mem-verifikasi ‘Sahih Muslim’ dan ‘Musnad Ahmad’ yang dikutip dalam kisah di atas juga?

      Sekali lagi terima kasih. Jazaakallah khair.

      Like

  4. dari tulisan diatas :
    a) Lha wong dia itu lebih banyak tinggal di emperan masjid Nabi kok, yang dalam kitab-kitab disebut sebagai ahli ‘suffah’
    b) “Aku melihat ada 70 penghuni suffah, tak satu pun dari mereka yang berbaju. Dan seterusnya…”

    ada kemungkinan tdk, andai orang yg lebih banyak berkumpul dg orang itu, lebih banyak yg dikatakannya ( bukan berarti lebih luas/ pintar )

    Like

  5. Asww, @ Akhina Taufik Al Haddad : Afwan, sepanjang penelusuran saya Sayyidina Abu Hurairah ra dimakamkan di Baqi’, Madinah Al Munawwarah, demikian pula penuturan guru kami yang lama tinggal di kota Madinah Al Munawwarah. WaLlahua’lam. Wassalam.

    Like

  6. Asww, menarik sekali membaca obrolan diatas, sebuah artikel yang “aneh” dalam menyambut rabiul awwal, yaitu dengan mengkritik sahabat RasuluLlah SAW. Berikut tanggapan saya atas obrolan “ngalor ngidul” Kiwir & Misro:
    1. Kemuliaan para sahabat Nabi SAW bukan tergantung pada jumlah hadist yang diriwayatkan. Karena masing2 sahabat mempunyai peran dalam Islam, dan yang mengetahui kedudukan dan perannya dalam Islam tentu hanyalah Allah.

    2. Soal jumlah hadist yang diriwayatkan tentu tidak bisa di”rumus” atau dicocokin dengan itung2an Kiwir & Misro. Karena itu semua kan karunia Allah SWT, siapa yang dikehendaki diberikan pemahaman oleh Allah SWT, maka akan dimudahkan oleh Allah SWT. Mungkin Kiwir & Misro perlu sering2 mengunjungi pesantren2 hafalan Quran & Hadist di berbagai daerah, biar tahu bagaimana besarnya karunia Allah SWT utnuk mencerdaskan hambanya.

    3. Setelah “menggugat” jumlah hafalan hadist Abu Hurairah ra, Kiwir & Misro semakin “berhasrat” tinggi melanjutkan kritikannya, kali ini masuk ke wilayah tafsir hadist, sayangnya denan kemampuan yang pas2an. Sehingga tafsirannya pun nggak pas, diiringi dengan sikap “intelek” dan “kritis” dengan meninggalkan hadist yang dianggap “salah”. Tentu akan beda ceritanya klo mereka berdua mempunyai guru yang bersanad shahih & membaca kitab2 syarah hadist, yang disusun oleh para ulama. Tapi tentu bukan sifat kedua tokoh kita ini, kan takut kehilangan sifat “intelek & kritis”nya ( sayang dengan ilmu yang pas2an ).

    4. Lebih gawat lagi mereka berencana membahas lagi hadist2 lainya. Waduh….bisa tambah berantakan klo begini….he he he….

    5. Usul buat Kiwir & Misro, supaya selamet dunia akhirat, perbanyak baca shalawat ( bukan memperbanyak mengkritik sahabat Nabi SAW )

    NB : Saya membaca artikel Bung Syafiq tentang Sayyidah Zaynab ra, masya Allah sangat menggugah & memberi pencerahan, tapi kok dibandingkan dengan artikel yang ini agak njomplang ya…..he he he…..

    Salam Ukhuwwah. Wassalam.

    Like

  7. Dalam sebuah kesempatan kunjungan saya ke Damaskus beberapa tahun silam. Rasa keingintahuan saya yang besar terhadap tokoh yang banyak meriwayatkan hadist ini pun mendorong saya untuk mencari tahu dimana makam orang yang katanya Istimewa ini. Syiria memang sebuah tempat dimana banyak situs Islam dan dunia ada di sana.

    Singkat kata, dari beberapa teman pelajar yang menempun ilmu di sana, akhirnya saya pun di tunjukan makamnya. Saya terperanjat, dan terkejut, ternyata makamnya ada di pasar. Sebuah pasar yang lebarnya tidak lebih dari 10 meter namun memanjang hingga 1 km yang berujung pada masjid Damaskus, dimana makam nabi Yahya ada di dalamnya.

    Saya sempat bertanya kepada seorang penjual untuk memastikan apakah benar makam ini, makamnya Abu Hurairah. Ia pun mengiyakan. Di depan makam itu ada para penjual sekitar dua sampai 3 kios. Makam itu terletak di pojok dinding pembatas pasar. Namun sayang makamnya terkunci rapat. Saya pun hanya melongoknya dari luar.

    Makamnya sangat kecil, kalah jauh dan hebat daripada makam keluarga Nabi yang juga ada di negerinya Bashir Asad ini. Fakta ini pun mengejutkan saya karena dalam sejarah selama bertahun-tahun keluarga Nabi menjadi sasaran hujatan dan cibiran dalam mimbar-mimbar Jumat, pusat khalifah Muawiyyah ini. Sebagai akibat dari persaingan politik dengan Imam Ali.

    Makam Sayyidah Zainab, saudara Imam Hussein as, sangat indah misalnya. Pun makam putri Imam Hussein as, seperti Sayyidah Sukainah, Sayyidah Ruqayyah, dan beberapa sahabat nabi yang setia seperti Ammar bin Yassir, begitu menawan.

    Saya punya kesimpulan sendiri mengenai mereka? Saya kira, ada pesan kuat dari fenomena ini? Anda pun saya yakin punya kesimpulan sendiri? Wallahu’alam

    Like

    1. Terima kasih, Bung Taufiq.. Waaaah, Antum bikin saya iri kepingin berkunjung ke Damaskus. Hehe 🙂
      Kisah makam orang-orang suci dan para waliAllah itu sangat menarik. Sekali lagi terima kasih.
      Salam,
      SBA.

      Like

  8. Itulah sebabnya, mengapa kita harus kritis dalam “menilai’ suatu hadts. Paling ‘sederhana”, benturkan kandungan hadits itu dengan Qur’an. Begitu bertentangan, buang saja, jangan ragu-ragu – maksud saya, tidak usah dianggap ada.

    Mas Kiwir “bisaan euy” membahas hal serius dengan gaya bercanda. saya sendiri sering “terheran-heran” oleh Abu Hurairah . . . . .. Hidup Mas Kiwir

    Like

    1. Nuhun Teteh Mieke. Anda benar sekali: kita memang harus beragama secara kritis. Hidup Teh Mieke!

      Like

Silakan Beri Komentar