Ciptakan Release di Era PR 2.0


Syafiq Basri Assegaff (bahan kuliah).

Para praktisi Public Relations (PR) kini dihadapkan pada fenomena menarik, ketika khalayak – termasuk wartawan – dengan mudah dapat membaca rilis media (press release) secara online. Inilah saatnya ketika semua orang, mulai dari sumber berita, para wartawan dan redaksi penyebar berita sampai ke penikmat berita (pembaca, pendengar radio, atau pemirsa televisi) bersatu pada sebuah ruang (space) maya yang dihadirkan Internet. Inilah era PR 2.0, Public Relations generasi kedua – yang meninggalkan berbagai aturan dan kaidah lama pada era PR selama satu dasawarsa terakhir. Web (Internet) telah mengubah segalanya. Web juga mengubah aturan-aturan mengenai rilis pers (media) atau yang biasa disebut press release.

Apakah Anda ingin:

  • Merengkuh pembeli (khalayak) secara langsung?
  • Menarik sebanyak mungkin ‘lalu lalang’ (traffic) ke situs (Web site) Anda?
  • Memperoleh ranking tinggi pada mesin pencari (search engines)?
  • Mengikat minat para pembeli yang sedang mencari produk atau jasa yang Anda tawarkan?
  • Menggerakkan orang kepada atau melalui proses penjualan Anda?
  • Berkompetisi secara lebih efektif?

Aturan Lama Rilis Pers.
Dulu, sebelum era Internet, sebuah rilis pers selalu merupakan naskah yang ditujukan kepada pers (media). Sebelum era Web, setiap orang tahu bahwa satu-satunya alasan Anda membuat sebuah rilis adalah agar media menulis tentang Anda atau organisasi Anda. Ketika itu, tidak ada yang melihat rilis pers itu kecuali sejumlah kecil wartawan dan redaksi (editor) kantor media massa. Saat itu, Anda harus punya ‘berita’ – kejadian yang memiliki kriteria sebagai sebuah berita – sebelum Anda boleh menulis sebuah rilis. Fakta lain adalah bahwa rilis lazimnya mesti menyertakan kutipan (quotes) dari pihak ketiga seperti konsumen, analis atau para ahli yang berkompeten. Dari situ, satu-satunya cara khalayak (pembeli) akan mengetahui tentang rilis Anda itu hanyalah ketika redaksi kemudian menuliskan cerita (berita) Anda itu di medianya. Akhirnya, satu-satunya jalan untuk mengukur efektivitas rilis pers Anda adalah melalui pengoleksian (klipping) berita, yang mengumpulkan sejumlah guntingan berita yang menuliskan rilis Anda.

Kini tidak lagi. Web telah menggeser aturan-aturan itu dan Anda juga harus mentransformasikan rilis media Anda untuk merengkuh ke pasar khalayak yang meramaikan dunia virtual Web dengan ide-ide, produk dan jasa.

Mengapa Perlu Mempelajari Aturan Baru.
Kini, tenaga pemasar profesional menggunakan rilis media untuk menembus pasar secara langsung. Meski banyak praktisi pemasaran dan PR paham bahwa rilis pers yang dikirim ke kantor berita muncul hampir pada saat yang sama (real-time) di ruang seperti Google News (http://news.google.com/), nyatanya hanya sedikit yang mengerti implikasi apa yang mesti mereka lakukan mengubah secara dramatis strategi penyebaran rilis mereka demi memaksimalkan efektivitas siaran rilisnya sebagai saluran (kanal yang menghubungkan secara) langsung komunikasi dengan konsumen (khalayak).Kini media sudah tidak lagi diperantarai – tak ada mediasi lagi antara sumber berita dan media. Web telah mengubah aturan-aturan yang ada. Khalayak atau pembeli langsung membaca rilis Anda dan Anda perlu bicara (berdiskusi, ngobrol, atau ‘chating’) dengan bahasa mereka.

Hal itu bukan berarti bahwa ‘media relations’ dalam tugas praktisi PR tidak penting lagi. Media utama (mainstream media) dan kantor-kantor berita harus tetap menjadi bagian dari strategi komunikasi Anda. Bagi sebagian organisasi atau perusahaan, mainstream media dan surat kabar bisnis justru sangat penting, dan tentu saja, masih ada media yang merujuk berita yang dipublikasikannya berdasarkan rilis. Namun, masalahnya kini khalayak utama Anda (primary audience) bukan lagi hanya segelintir jurnalis. Khalayak Anda adalah jutaan orang yang tersambung dengan Internet dan memiliki akses kepada mesin pencari di Web (search engines) dan RSS readers, yakni program komputer yang dikenal sebagai pembaca umpan yang bertindak sebagai pengumpul berita yang diinginkan pengguna Internet.

… bersambung.

2 thoughts on “Ciptakan Release di Era PR 2.0

  1. artikel ini sangat menarik perhatian saya, ketika praktisi PR termasuk wartawan dihadapkan pada fenomena menarik karena perkembangan teknologi internet yang telah dapat dan mudah diakses kapan dan di mana saja. tetapi pada era globalisasi seperti sekarang ini, memang sudah seharusnya praktisi PR mengikuti perkembangan zaman, dan menjadikan internet sebagai sarana pilihan efektif untuk melakukan kegiatan PR dengan menemukan kembali standar dan metodologi untuk melindungi, mengelola, dan memelihara citra atau image yang akan meningkatkan kepercayaan dan reputasi.

    1. Terima kasih Sabrina,
      Tepat sekali, praktisi PR (malah sebenarnya siapa saja yang bergelut dalam komunikasi) sekarang ini mesti sudah terbiasa ‘bergelut’ dengan Internet. Sebabnya, antara lain, karena Internet telah menggeser fungsi sebagian media konvensional. Sebuah data mengemukakan bahwa sejak tahun 2011 lalu Internet menjadi sumber informasi kedua (setelah TV) bagi orang Indonesia, mengalahkan koran dan radio. Padahal tahun 2009, Internet masih di bawah koran.

Silakan Beri Komentar

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s